Saya tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita seorang kawan berumur 40an tahun yang pelatih karate meninggalkan kerjaannya memperbaiki instalasi listrik di swadesiprinting gara-gara mencium aroma wewangian.
Ketertawaan saya sebenarnya bukan dalam konteks mengejeknya. Tapi dalam konteks mentertawakan saya yang dahulu juga penakut.
Namun penyakit penakut dengan hantu, jin dan sejenisnya itu sudah pergi jauh meninggalkan saya.
Dulu kalau berada seorang diri saya suka merinding. Merasa ada sesuatu yang aneh di sekitar saya. Tapi sekarang justru berada ditengah keramaian bulu saya suka berdiri, khususnya bulu di remoat-tempat terrentu, hehee.
Dulu saya akan lari menghindar kalau ada aroma wangi hinggap di hidung saya. Sekarang kalao ada aroma wangi malah saya akan datang mendekat lalu menghirup untuk menikmatinya.
Takut itu menurut saya adalah penyakit psikologis yang berbahaya. Orang penakut biasanya berkeperibadian peragu, reaksioner, tidak tenang, gopoh dan lamban dalam bersikap.
Kepada sang kawan ahli beladiri itu saya bertanya apa sebenarnya yang ia takutkan.
Ia menjawab, "hantu!".
"Hantu yang seperti apa?", tanya saya.
"Yaa pocong, gendoruwo dan aneka makhluk yang menyeramkan lainnya", jawabnya.
Sayapun bertanya lagi apakah selama ini ia pernah menyaksikan makhluk-makhluk aneh itu? Ia menjawab tidak pernah. Lha dengan sesuatu yang tidak pernah dilihat kok kita bisa takut? Bukankah itu aneh?
Lalu saya mencoba meyakinkannya dengan menjelaskan bahwa makhluk yang ia takutkan itu sebenarnya adalah makhluk ciptaan manusia. Ia protes, dan mengatakan bahwa keberadaan makhluk halus dibenarkan dalam kitab suci Al-quraan. Saya bilang mana ayatnya? Mana ayat yang menyatakan bahwa ada pocong, gendoruwo, jin tomang, sundal bolong, dsb. Ia tak bisa menjawab.
Sayapun menegaskan kembali bahwa makhluk-makhluk itu adalah makhluk ciptaan manusia. Ia diciptakan melalui penggambaran imaginer yang diskriptif, lalu dipertegas dengan gambar visual dan ketika teknologi semakin maju dipertegas lagi dengan penggambaran animasi. Dengan cara itu maka akan terbentuklah halusinasi dalam penglihatan tak normal manusia. Penglihatan tak normal adalah penglihatan yang dilakukan tanpa kontrol kesadaran normal. Misalnya dalam situasi kelelahan, dalam situasi tidur dan terjaga, dalam kondisi cahaya yang kurang, dsb.
Makhluk-makhluk itu adalah ciptaan sastrawan dan seniman grafis yang dibuat sedemikian rupa sehingga mempengaruhi imaginasi dan memperkuat ketidaknormalan penglihatan manusia.
Sang kawan masih tetap tidak percaya. Ia masih berupaya meyakinkan saya bahwa makhluk itu "ada" dengan mengatakan bahwa beberapa orang pintar dan orang indigo mampu melihat makhluk-makhluk itu.
Saya tertawa dan menantangnya untuk membawa orang indigo luar negeri ke indonesia. Niscaya yang akan dia lihat bukanlah pocong. Tapi mayat hidup yang menggunakan jas. Niscaya yang akan dilihat bukanlah sundal bolong tapi wanita bule menggunakan daster dengan mata kosong yang lebam.
Dan kalau pocong, genderuwo dan sejenisnya itu ada, tentulah sekarang mereka sudah berimigrasi ke luar negeri. Ke Inggris misalnya. Dan orang indigo disana akan melihatnya disana. Nyatanya disana hanya ada vampire atau hantu-hantu berbaju rapi.
Hal ini membuktikan bahwa makhluk-makhluk itu adalah ciptaan manusia.
Makanya pada saat revolusi pemikiran di jaman Nabi, semua visualisasi makhluk dibakar dan dilarang keras. Karena akan menciptakan manusia-manusia yang hidup dialam nyata tapi berpikir di alam bentukan manusia.dan pada akhirnya menyebabkan rusaknya kualitas generasi. Generasi manusia menjadi generasi yang irrasional, penakut, peragu dan tidak berkualitas.
Ia hanya memandang omelan saya. Saya tak tahu apakah ia paham dengan apa yang saya ucapkan. Tamoaknya ia tak hanya bengong.
"Kenapa bengong bang?", tanya saya.
"Aku merinding", katanya.
Hadoh...
Pontianak 5 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar?