Minggu, 29 Desember 2013

I.D.E.A.L.I.S

Menjaga konsistensi ide bukanlah sesuatu yang mudah. Ia memerlukan proses perjuangan terus menerus dengan aneka pengorbanan yang seringkali memilukan.  Perlu konsentrasi sepanjang waktu dan semangat belajar yang tak pernah berhenti agar ide-ide yang pernah diproduksi di masa lalu dapat terus bertahan dalam fikiran dan buntalan semangat, serta dapat diwujudkan dengan aneka ragam tantangan dan masalah yang dihadapi.

Mereka yang selalu fokus mempertahan ide di masa lalu dengan fikiran dan tenaganya, disebut sebagai seorang yang idealis. Ia berjuang sekuat tenaga dengan fikiran dan tenaganya agar apa yang telah digagasnya dimasa yang lalu dapat terwujud di masa yang akan datang. Bahkan demi ide tersebut ia rela melepaskan kesenangannya bahkan mengorbankan apa yang ia cintai.

Soekarno berkali-kali harus rela hidup dalam pembuangan untuk mewujudkan idenya tentang sebuah nation-state yang bebas merdeka dan maju peradabanya. Tan Malaka hidup berpindah-pindah untuk mewujudkan idenye tentang sebuah bangsa yang cerdas dan bersemangat juang. Ghandi rela menjauhi kemewahan dan kekerasan untuk melepaskan penindasan manusia tanpa pertumpahan darah. Nelson Mandela juga berpuluh tahun hidup dalam bui untuk memperjuangkan gagasannya tentang dekolonialisasi tanpa rasa benci antar sesama manusia.
Jauh sebelum era kolonialisme berkumandang, puluhan bahkan ratusan manusia idealis telah menghiasi cerita dalam lembaran sejarah manusia. Tentang perjuangan Nabi Ibrahim untuk membebaskan manusia dari hegemoni pemikiran manusia kepada manusia lainnya dan penindasan manusia terhadap manusia lainnya. Yang mana dengan keyakinannya terhadap gagasan itu telah menjadikannya sebagai manusia super hebat sehingga mampu membuat skenario gerakan dengan tracking yang sangat panjang dan sangat memilukan Seperti meninggalkan istri dan anak tercintanya di tanah sunyi dan gersang yang ia yakini akan menjadi tempat terpenting dalam mewujudkan ide/ cita-citanya tersebut.

Atau cerita tentang Nabi musa yang menolak tawaran menggiurkan dari raja dan lebih memilih mengajak pengikutnya dalam sebuah track longmarch yang sangat panjang, kolosal dan heroik demi mewujudkan cita-citanya tentang sebuah peradaban manusia yang mandiri, solid serta bebas dari tipu daya manusia angkara.
Atau kisah pengorbanan Nabi Isa yang rela ditangkap dan disiksa demi mempertahankan idenya tentang masyarakat yang memiliki rasa cinta terhadap sesama. Dan juga kisah Muhammad SAW yang rela hidup terbuang di negeri orang dengan beberapa pengikutnya untuk mewujudkan ide yang disampaikan Allah kepadanya tentang peradaban manusia yang bebas dari penyembahan terhadap harta serta bebas dari penindasan antar sesama manusia.

Pertanyaannya, mengapa manusia-manusia mensejarah tersebut sanggup berkorban dan sanggup menempuh jalan berliku untuk mewujudkan ide-ide tersebut? Saya pribadi tak tahu pasti jawabannya. Namun, saya sangat percaya bahwa ide-ide yang ia lontarkan tersebut sudah melewati proses pemikiran dan perenungan yang kompleks dan mendalam. Sehingga ia yakin seyakin yakinnya bahwa ide yang ia pikirkan adalah ide terbaik yang mampu membawa manusia kepada kondisi yang lebih baik. Dan saking yakinnya, maka ia tak pernah berhenti untuk berpikir, bereksperimentasi dan bergerak demi menemukan jalan terbaik bagi perwujudan cita-cita tersebut. Saking hebatnya aktivitas berpikir, bereksperimen dan bergerak tersebut, mereka menjadi semakin mampu berpikir jauh ke depan. Mereka mampi mengetahui dengan tingkat kepastian sangat tinggi bahwa cita-cita tersebut pasti akan terwujud. Dengan perhitungan yang sangat kompleks ia dapat memformulasikan berbagai unsur kompleks yang menjadi prasyarat bagi pencapaian tujuan. Dan dengan kemampuan tersebut ia memiliki kemampuan untuk menskenariokan masa depan, bahkan memiliki kemampuan untuk memprediksi sebuah kejadian yang belum terjadi.

Menariknya, justru orang-orang yang bercita-cita besar dan berdaya pikir super tersebut selalu digambarkan sebagai sosok yang rendah hati dan peduli terhadap sesama. Tak taulah apakah ada hubungan antara sifat rendah hati dan peduli tersebut dengan kekuatan daya fikir dan kehebatan daya juang. Yang jelas hanya dengan kerendahan hatilah maka seseorang akan mampu menampung berbagai macam data dan informasi yang tersimpan dalam seribu bahkan beribu akal manusia, kedalam memori akalnya yang tak pernah sempit. Dan hanya dengan rasa kepedulianlah maka seseorang akan menjadi lebih kuat dan lebih bersemangat sehingga mampu menjadi sentra berkumpulnya individu-individu yang memiliki aneka informasi dan data tersebut. Lalu hanya individu yang memiliki keduanyalah yang akan dipercaya oleh orang-orang disekitarnya akan mampu membawa nasib mereka ke arah yang lebih baik. Merekapun menjadi sekelompok orang yang siap berkorban demi perbaikan nasib tersebut. Lalu lahirlah gerakan perubahan. Lalu lahirlah para pemimpin besar yang abadi dalam catatan lembar-lembar sejarah.

Pertanyaannya, sudahkah kita menjadi pribadi yang rendah hati dan peduli? Jika jawabannya belum, maka pantas saja jika kita tak pernah memiliki ide yang besar, daya fikir yang besar dan semangat juang yang besar pula. Pantas pula kita menjadi individu yang suka patah semangat, mudah frustasi serta tak memiliki energi. Dan pantaslah pula jika hingga saat ini kita masih berada dalam kubangan lumpur yang sama dengan kubangan lumpur setahun, sewindu, bahkan seratus tahun yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...