2 hari mengunjungi Kota jogja saya berkesempatan ngobrol panjang dengan beberapa pengusaha muda di sana. Bersama Bang Mirza kami menemui beberapa pengusaha industri kreatif di Jogja. Ada tole, pengusaha konveksi yang sangat konsisten pada bisnisnya, ada Pak Dunadi seorang perupa sekaligus pebisnis industri kreatif raksasa yang memproduksi aneka benda seni berukuran raksasa yang telah mendunia.Ada Indra yang menekuni bisnis event organizer dan sekolah musik. Ada Agung pengusaha tas parasut yang mana bersama keluarganya telah merintis usaha clothing kaos budaya bermerk Jaran yang sangat populer di era 90an, serta produk perlengkapan outdoor dengan merk cotrex yang tak kalah populernya di era 90-2000an.
Selain bertemu dan berdiskusi dengan pengusaha industri kreatif tersebut saya juga diskusi panjang dengan mantan aktivis gerakan 98 yang hingga saat ini masih mampu menjaga dengan baik moralitas dan ide-ide pergerakannya seperti Yudi dan Imam.
Kunjungan ke Jogja ini adalah kunjungan yang pure bisnis. Saya sebut pure karena misi yang kami bawa adalah misi bisnis dari SwadesiPrinting dan dibiayai secara mandiri oleh perusahaan kami.
Memang betul saya sering berkunjung ke Jogja atau Jakarta namun tak pernah se 'pure' ini. Kadang berkunjung untuk bisnis tapi dibiayai oleh personil non bisnis.Kadang berkunjung untuk bisnis tapi bisnisnya adalah bisnis orang lain. Nah, kunjungan kali ini tentulah jauh berbeda karena sebuah kunjungan yang sangat mandiri.
Lalu apa hasil dari kunjungan tersebut? Sangat banyak! Saking banyaknya sayapun kesulitan untuk memanfaatkan hasil kunjungan tersebut untuk memajukan bisnis Swadesi. Namun, alhamdulillah diakhir-akhir kunjungan di Kota Gudeg itu saya berhasil membuat pola pengembangan bisnis yang memungkinkan ditindaklanjutinya aneka ragam hasil kunjungan tersebut untuk kemajuan gerakan usaha Swadesi.
Sebuah pola pengembangan bisnis yang dapat mempercepat pengembangan layanan secara geographis dan pengembangan layanan secara dramatik baik dalam konteks kuantatif maupun kualitatif.
Pola tersebut walaupun telah dipraktekan dengan sukses selama kurang lebih 2 tahun dalam skup kecil, namun keberhasilan itu tak dapat menjamin kesuksesan dalam skup yang lebih luas.
Namun, saya tak mau hasil di masa depan itu membebani pikiran dan mental kita. Yang terpenting adalah melakukan yang terbaik untuk saat ini. Tentang hasil dari aksi terbaik tersebut, kita pasrahkan saja kepada Sang Pemilik Waktu saja.
Sayangnya saya belum memiliki keberanian moral untuk menyampaikan secara terbuka kepada publik seperti apa pola pengembangan bisnis yang akan dilakukan tersebut, namun secara umum pola yang saya rumuskan tersebut saya yakini dapat menjamin peningkatan jangkauan layanan ke seluruh pelosok nusantara dan peningkatan pendapatan secara quantum tanpa banyak energi yang dilepaskan, baik itu dalam bentuk dana, mesin produksi, teknologi, serta manusia.
Bagaimana hal itu dapat dilakukan? Yah alas logikanya sederhana saja. Bahwa kota Jogja adalah kota yang menjadi gerbang menuju Nusantara. Posisi gerbang tersebut tidak sekedar dalam konteks infrastruktur transportasi saja, tetapi juga berkaitan dengan faktor kepercayaan konsumen nusantara terhadap layanan yang dihasilkan di oleh kota budaya ini dan faktor pemanfaatan aneka faktor produksi yang terpasang di kota ini dalam skala raksasa yang tak mungkin dapat dibangun dalam waktu 50 tahun bahkan satu abad gerakan bisnis ini.
Tiga faktor itu berada dalam satu kota yang bernama jogjakarta yang hanya memakan waktu 1,5 jam saja untuk mengaksesnya.
Saya berharap di Kota ini kita dapat turut memiliki dan mengelola puluhan sdm yang kredibel dan kompeten di bidang industri kreatif, turut memiliki dan mengelola image positif kota Jogja sebagai pusat peradaban tinggi di nusantara, serta turut memiliki san mengelola mesin-mesin produksi berskala raksasa. Yang mana semua itu akan kita lakukan dalam tempo yang singkat, energi yang tak terlampau banyak serta yang terpenting, tanpa menggadaikan moralitas dan harga diri sebagai insan swadisi yang mandiri, peduli serta selalu berbagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar?