Kira-kira seminggu yang lalu saya mengantarkan istri mengikuti forum kajian Bang Dodi. Ini kali pertama saya mengikuti kajian Bang Dodi secara langsung.
Saya agak kesulitan menyerap kajian beliau. Mungkin karena kajian malam itu adalah kajian yang didesain dengan kurikulum yang terprogram secara sistematis. Sehingga saya perlu waktu untuk memahami istilah dan konsep berpikir yang mungkin telah disajikan pada pengajian-pengajian sebelumnya.
Pengajian dilakukan di sebuah masjid, yang terletak di daerah Jl. S. Raya Dalam Pontianak. Tepatnya di gg. Imaduddin. Pesertanya cukup banyak. Sekitar 80 orang. 90% nya anak muda berusia 20-40 tahun. Malam itu Bang Dodi menyampaikan tema tentang Iman dan peristiwa.
Dalam kajiannya Bang Dodi menyampaikan bahwa seorang manusia pasti mengalami berbagai peristiwa dan setiap peristiwa itu harus dikaitkan dengan iman. Peristiwa menghasilkan iman dan iman menghasilkan peristiwa. Begitu siklusnya, kata Bang Dodi.
Ia menjelaskan konsepsi tersebut dengan peristiwa kelahiran Muhammad SAW. Dimana manusia yang agung itu dilahirkan oleh pasangan Abdullah dan Aminah, lalu ayahnya meninggal sebelum Muhammad lahir. Dan tak lama setelah ia lahir, ibunya meninggal pula. Lalu Rasul diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, seorang pemuka suku Quraisy yang disegani di daerah Mekkah.
Bang Dodi membuat gambaran kelahiran Muhammad dengan aksara arab. Paling atas sekali ia menulis kakek Muhammad dengan aksara arab; Abdul Muthalib. Di bawahnya ada Abdulllah. Disamping Abdullah ada nama Aminah. Lalu dari kedua nama tersebut ia menulis kata Muhammad. Dan disamping kanan kata Muhammad ada kata aksara arab yang dibaca; Abu
Thalib.
Bang Dodi pun lalu melemparkan pertanyaan kepada peserta kajian. Pertanyaan pertama yang ia lemparkan adalah mengapa yang meninggal duluan adalah ayahnya Muhammad bukan ibunya. Peserta tak ada yang bisa menjawab. Bang Dodi memotivasi peserta untuk berpikir. Beberapa peserta ada yang menjawab tapi tak masuk kategori jawaban tepat menurut Bang Dodi. Saya ikut-ikutan sibuk mencari jawaban. Namun, saya lebih sibuk merekam apa yang Bang Dodi bicarakan malam itu.
Beragam jawaban disampaikan oleh peserta kajian lagi. Tapi selalu saja tak ada jawaban yang tepat menurut Bang Dodi. Namun, tiba-tiba ada suara wanita di belakang yang menjawab bahwa kalau ibunya dulu yang meninggal, maka Muhammad tak akan lahir. Dan Bang Dodi bilang itulah jawaban yang tepat. Hadirin tertawa. Saya yakin yang mereka tertawakan bukanlah jawaban wanita itu, tapi lebih kepada mentertawakan diri sendiri karena tak bisa berpikir sesederhana wanita di belakang itu.
Spekulasi jawaban sayapun sama sekali tak ada yang sama dengan jawaban wanita di belakang sana. Sayapun ikut tertawa kecil sebagai wujud pengakuan tentang kedunguan akal saya, hihiii.
Lalu Bang Dodi melemparkan pertanyaan kedua. Pertanyaan itu ia istilahkan dengan "PR" artinya Pikirkan Rahasianya. Saya tak paham dengan istilah itu. Tapi pada akhirnya saya paham bahwa istilah itu adalah istilah untuk mengajak peserta kajian untuk memikirkan pesan dibalik peristiwa atau ayat Al-Quraan.
PR kedua yang ia lemparkan adalah memahami peristiwa dan iman dibalik kelahiran Muhammad. 7-8 orang mencoba menjawab PR dari Bang Dodi melalui kertas untuk diperlihatkan kepada Bang Dodi. Tapi tak ada satupun yang masuk dalam kategori 'jawab tepat' oleh Bang Dodi. Sayapun ikut sibuk berpikir walau tak paham benar apa maksud pertanyaannya. Saya turut serta menyiapkan jawaban saya. Buat persiapan, pikir saya. Siapa tahu tiba-tiba ia meminta apa yang saya tuliskan. Gawat juga kalau ia tahu saya tak menuliskan apa-apa. Hihiii.
Karena tak terbiasa membawa pulpen dan buku pada acara diskusi, sayapun menuliskan jawaban saya pada hp saya. Jawaban yang saya tuliskan adalah: "tanda/ al-ayat". Maksud saya, dalam peristiwa kelahiran Muhammad pasti ada tanda kekuasaan Allah.
Namun, syukurlah Bang Dodi tak menghampiri saya, jadi saya agak santai.
Beberapa orang tetap berusaha menjawab dan tak ada satupun jawaban yang tepat menurut Bang Dodi.
Karena tak ada yang bisa memberikan jawaban yang tepat, pada akhirnya Bang Dodi pun menjawab sendiri pertanyaannya.
Saya berharap penjelasannya sama dengan apa yang saya tuliskan. Tapi ternyata jauh berbeda, hehee.
Penjelasan Bang Dodi sebagai berikut. Bahwa peristiwa kelahiran Muhammad adalah peristiwa yang menghasilkan keimanan. Ayahnya adalah Abdullah yang berarti hamba Allah. Ibunya bernama Aminah yang dalam bahasa indonesia berarti irang yang jujur atau amanah. Dari kedua orang tua itulah lahir Muhammad, seorang manusia terbaik di muka bumi. Oleh karena itu, lanjutnya, jika kita menginginkan generasi yang berkualitas, maka jadilah ayah dan ibu yang benar-benar berkualitas yaitu ayah yang benar-benar mengabdi kepada Allah (abdullah) serta ibu yang dapat memegang teguh kejujuran (al-amin). Kedua kombinasi itu melahirkan Muhammad yang memiliki keimanan yang terbaik diantara manusia. Manusia-manusia berkualitas seperti Muhammad akan bisa lahir apabila kita semua dapat menjaga keimanan kita sehingga semata-mata hanya mengabdi jepada Allah bukan kepada yang lain. Dan menjadi orang tua yang mampu beraikap amanah. Begitu kata Bang Dodi berapi-api.
Saya belum nyambung dengan penjelasannya. Tapi berusaha untuk tetap fokus dengan segala ucapannya. Kalaupun saya tak mampu merekam apa yang ia bicarakan, minimal dengan fokus saya bisa terhindar dari serangan kantuk. Kalau tiba-tiba tertidur di tengah-tengah masjid itukan bisa kacaukan karir saya sebagai peserta kajian barunya Bang Dodi, hihiii.
Jam dinding menunjukan pukul 22.30. Beberapa kali kantuk menyerang tapi selalu hilang dengan ajakan berpikir dari Bang Dodi. Perginya rasa kantuk itu mungkin juga akibat saya terpengaruh oleh keantusiasan peserta kajian malam itu. Ada banyak anak muda di dalamnya. Tampak energik, bersemangat dan haus dengan ilmu. Ada beberapa yang sudah mulai mengantuk tapi lebih banyak yang bersemangat. Saya memfokuskan pandangan saya pada yang bersemangat agar bisa menyerap semangatnya demi mengalahkan serangan rasa kantuk.
Setelah memenangkan pergukatan dengan rasa kantuk, saya kembali fokus pada Bang Dodi.
Selanjutnya ia menjelaskan tentang perlunya ummat islam meniru kebiasaan Muhammad.
Ia mejelaskan bahwa kata Muhammad dalam aksara arab itu berbentuk seperti orang jongkok. Lebih tepatnya seperti orang yang sedang berpikir. Nah, makanya kalau mau seperti Muhammad maka berpikirlah, berpikirlah! ucapnya bersemangat setengah berteriak.
Saya setuju dengan ucapannya, saking setujunya hampir saja saya bertepuk tangan. Untungnya saya sadar bahwa saya berada di masjid yang sedang serius mengkaji AlQuraan dan tepuk tangan itu tak umum dilakukan pada saat acara-acara seperti. Andaikan saya tak sadar berada di tengan pengajian lalu bertepuk tangan sendiri, pastilah saya akan jadi pusat perhatian. Bisa kacau jadinya.
Saya bersemangat karena saya sependapat dengan statemen Bang Dodi itu, bahwa kemunduran peradaban mualim itu lebih banyak disebabkan karena ummat muslim enggan berpikir. Kita lebih senang memikirkan bagaimana cara wudhu yang benar ketimbang memikirkan betapa hebat ciptaanNya.
Ia menutup sesi itu dengan otokritik terhadap kondisi umat muslim. Kita itu, kata Bang Dodi, masih sibuk ngurusi masalah halal-haram, masalah shalat yang sesuai dengan hadis dan mana shalat yang tidak sesuai dengan hadis Nabi. Kita juga masih sibuk ngurusin masalah mana hadish sahih mana yang tidak, sementara ummat lain sudah membuat bom nuklir. Mana mungkin kita bisa maju kalau masih sibuk ngurusi hal-hal seperti itu. Kita harus kembali kepada Al-quraan, tegasnya.
Forum hening. Bang Dodi mengangkat gelas yang berisi air putih lalu meneguknya.
Bersambung
assalamualaikum.. wah...wah..bang ben ternyata jago nulis juga nih.. mantap banget tulisannya..
BalasHapusingat gak ma aku bang.. yang malam itu kita ketemuan untuk minta satu sovwer quran..
mudah2an ingat ya..
semoga abang tetap dirahmati ALLAH...dan terus memberikan masukan yang positif di dunia maya ini.....
mampir ke blog aku bang ben. dan tolong berikan kritikan buat blog aku.. membeca tulisan bang ben yang ringan. mudah diserap semakin meningkatkan semangat menulis lagi ni..
BalasHapus