Jika ingin hidup Anda panjang umur, banyak-banyaklah tersenyum. Tapi jika ingin hidup Anda abadi, maka banyak-banyaklah menulis.
Heheee, itu bukan quote saya, tapi qoute seseorang yang saya tak ingat namanya, lalu saya tulis ulang sesuai dengan pemahaman saya. Mungkin tak sama persis. Tapi gak masalahkan? Yang penting maknanya sama.
Dan memang hanya dengan menulislah nama kita akan dapat dikenang orang sepanjang masa. Tak peduli apakah tulisan itu baik atau buruk.
Namun, banyak orang yang tak bisa menulis. Mungkin mau menulis, tapi tak bisa. Ada juga yang merasa tak layak menulis karena beranggapan bahwa menulis itu kerjaan orang-orang pintar yang sudah mengecap pendidikan formal yang tinggi. Orang-orang biasa seperti kita tak akan becus dalam menulis dan kalaupun dipaksakan untuk menulis, pastilah tulisan itu jelek, buruk dan tak berkualitas. Anggapan itu jelas-jelas salah besar. Karena menulis itu esensinya sama dengan berkomunikasi sebagaimana kita berkomunikasi lewat ucapan. Bedanya, menulis itu berkomunikasi lewat huruf yang tersusun menjadi kata dan kalimat. Sehingga semua orang punya potensi yang sama untuk bisa menulis sebagaimana potensi setiap orang dalam berbicara.
Akan tetapi berkomunikasi lewat tulisan akan lebih abadi dibandingkan berkomunikasi lewat ucapan. Kalau lewat ucapan hanya orang yang mendengar secara langsung saja yang akan menangkap pesan kita. Sedangkan jika kita berkomunikasi lewat tulisan, maka akan lebih banyak orang dalam waktu dan ruang yang lebih luas yang akan menangkap pesan yang kita sampaikan. Kata-kata itu akan bertahan dan tersebar sepanjang umur dan sebanyak media yang digunakan untuk menulis. Selembar kertas, misalnya akan bertahan kurang lebih 50 tahun. Jika hanya dibuat satu lembar dan tak berpindah maka satu orang saja yang akan membacanya, sekali atau berkali-kali dalam 50 tahun. Kalau dibuat 10 lembar maka 10 orang juga yang akan membaca selama 50 tahun. Lalu bagaimana jika 100,1000, atau sejuta lembar? Bagaimana jika setengah diantaranya disimpan dan atau disalin kembali lalu diperbanyak. Dan bagaimana apabila tulisan itu disimpan di media yang tak berpengaruh dengan cuaca seperti melalui media blog? Dimana setiap orang darimanapun dan kapanpun akan dapat mengaksesnya? Tentu tulisan kita akan bertahan jauh lebih lama lagi.
Mungkin cicit dari cicitnya kita masih bisa membacanya. Bahkan mungkin cicit dari temanya cicit kita akan dapat menangkap pesan lewat tulisan kita. Inilah yang membuat hidup kita abadi.
Tapi bagaimana caranya? Banyak cara agar kita bisa menulis. Cara menulis tersebut dapat kita pelajari dari berbagai buku yang dijual di toko buku, atau berbagai artikel yang tersaji di dunia maya. Namun, seringkali setelah membaca banyak buku dan banyak artikel kita tak kunjung punya kemampuan menulis.
Nah, walaupun saya bukanlah penulis yang produktif namun tak salahkan jika saya ingin berbagi tips menulis?
Tak taulah apakah metode atau tips yang ingin saya sampaikan ini pernah dibahas oleh orang lain. Kalau sudah, mudah-mudahan tips ini akan semakin memperkaya bahasan itu.
Oke saya sebut saja metode menulis yang ingin saya sampaikan ini dengan istilah menulis imajinatif.
Menulis imajinatif adalah metode menulis dengan cara membayangkan sesuatu atau seakan-akan menjadi sesuatu. Lalu ketika bayangan itu eksis maka mulailah untuk menyampaikannya secara teratur lewat kata-kata.
Bingung ya? Saya juga, hehee..
Jadi maksudnya begini, kita akan mulai dengan hal yang sepele. Sekarang katakanlah kita ingin menulis tentang kondisi rumah kita. Lalu kita ingin menyampaikan kondisi rumah kita tersebut kepada rekan kita dengan jelas dan detail. Maka, yang pertama harus kita lakukan adalah membayangkan rumah kita sejelas-jelasnya lalu mulailah menyampaikan kondisi rumah kita itu dari depan lalu secara berurutan hingga ke belakang. Agar apa yang disampaikan jelas maka janganlah sampaikan kondisi rumah kita itu secara melompat-lompat, tapi sampaikanlah secara berurutan.
Tekhnisnya seperti ini...bayangkan pagar anda, jelaskan dengan kata-kata. Bayangkan halaman rumah Anda jelaskan dengan kata-kata, bayangkan teras rumah Anda, jelaskan. Bayangkan pilar, pintu, gagang pintu, jendela. Jelaskan! Bayangkan ruang tamu Anda jelaskan....begitu seterusnya beruurutan hingga ke belakang. Sistematik kata orang kampus.
Saat Anda menjelaskan kondisi bangunan rumah itu, jangan hiraukan kata-kata yang telah Anda tuliskan. Tak usah pedulikan apakah kata-kata itu sudah tertata dengan baik atau belum. Jangan hiraukan apakah kata-kata itu telah memenuhi standar bahasa Indonesia atau masih bercampur dengan bahasa daerah. Teruslah menulis dan menulis apa yang terbayang dalam bayangan Anda. Yang penting tetaplah konsentrasi untuk membentuk bayangan itu dan jangan berhenti untuk menjelaskan kondisi yang kita bayangkan tersebut dengan kata-kata yang tertulis.
Makin detail bayangan itu makin baik, dan tentu saja makin banyak kata-kata yang dapat Anda tuliskan. Saat Anda membayangkan bagian-bagian rumah Anda, sisipkan perasaan Anda terhadap bagian itu. Perasaan apa saja, terserah. Setelah habis karena tak ada satupun sesuatu yang dapat dibayangkan lagi, maka itu pertanda bahan tulisan Anda telah habis. Dan itu berarti telah selesailah tulisan itu. Nah, sekarang Anda telah menjadi penulis. Mudah bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar?