Dua minggu yang lalu saya mengajukan diri ke sebuah sekolah swasta di kota pontianak untuk turut serta membina murid-murid yang berada dibangku madrasah aliyah/ setingkat SMA. Pada awalnya saya menawarkan sebuah tema motivasi. Saya memberi tema iti dengan tajuk SPIRIT SUPERMUSLIM. Tajuk itu saya angkat karena saya meyakini bahwa persoalan rendahnya kualitas generasi kita saat ini bukanlah persoalan rendahnya potensi yang mereka miliki. Tapi karena persoalan lemahnya kemauan untuk maju. Dan itu sangat berkaitan dengan spirit. Sebuah istilah yang lebih rumit dari sekedar istilah motivasi.
Dua minggu sudah konsep itu saya layangkan. Sayapunpun lalai. Ingatan tentang layangan konsep itu terlindas dengan aneka pekerjaan teknis dipojok ruang kreatif swadesiprinting. Dan tiba-tiba Bang Mirza, ketua yayasan sekolah itu yang juga kolega bisnis saya mengatakan bahwa pelatihan itu telah di acc dan para pelajar telah bersiap untuk mengikuti sessi diskusi. Dan saya diminta hadir sore ini. Beliau menyampaikan hal tersebut disiang hari, disaat pekerjaan lagi bertumpuk-tumpuk dan hanya selang 2 jam sebelum pelatihan teraebut dimulai.
Nah loh, saya belum menyiapkan materi apapun. Mestinya, agar sesuai dengan konsep pelatihan yang saya buat dan sampaikan, saya harua membuat satu atau dua halaman berisi bagan dan kata kunci untuk memudahkan proses pembelajaran tentang cara membangum spirit dalam jiwa anak-anak siswa aliyah itu. Namun, nyatanya bagan dan kata kunci itu masih tersimpan dalam batok kepala. Dan tak mungkin membuatnya dalam waktu yang begitu singkat dan ditengah pertempuran sengit dengan aneka deadline. hihii.
Karena tak ingin membuat mereka kecewa, sayapun langsung tancap gas ke sekolah itu. Saya belum punya ide harus bicara apa. Namun setelah sholat ashar bersama para siswa itu, saya coba mengamati mereka satu persatu. Mereka adalah anak-anak remaja yang punya sorot mata redup, tak punya perhatian dan gerak tubuh yang gelisah tak berirama.
Akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan rencana untuk menyampaikan tema tentang spirit supermuslim. Tema itu saya rasa agak berat. Bukan buat mereka, tapi buat saya yang secara konseptual belum punya waktu untuk menyederhanakan gagasan awal tentang membangun spirit agar mudah diajarkan dan mudah dipahami oleh siswa.
Lalu secara spontan sayapun memutuskan untuk menyampaikan tema tentang kapasitas memori mereka. Agak jauh menyimpang dari rencana awal.
Setelah mengenalkan diri secara singkat, sayapun memulai pelatihan itu dengan menguji kemampuan mereka untuk menyebutkan benda-benda dilingkungan sekolah dalam waktu 30 detik.
Hasilnya dari 30 orang hanya 3 orang yang mampu menuliskan 10 benda. Yang lain rata-rata 4 benda.
Lalu saya ajarkan tentang tekhnik penyebutan benda secara sistematik. Hasilnya 13 orang berhasil menuliskan 10 benda. Lumayan ada peningkatan.
Kemudian saya menyampaikan teori tentang daya rekam otak manusia yang luar biasa. Bahwa pada prinsipnya apa yang direkam oleh pancaindera tak akan pernah hilang dari memori manusia. Dan lupa itu adalah gagalnya kita dalam memanggil memory yang tersimpan rapi dalam otak kita.
Sayapun meminta mereka untuk membayangkan seakan-akan mereka berjalan dan pada saat berjalan mereka melihat aneka barang secara runtut. Serelah itu saya meminta mereka untuk menyebutkan secara lisan benda-benda yang berhasil mereka lihat. Lalu menuliskannya dalam 30 detik. Hasilnya 20 orang mampu menuliskan 10 benda.
Lalu saya meminta mereka untuk menghadirkan diri pada satu tempat saja lalu memusatkan perhatian dan pengamatan disitu secara runtut dan fokus. Lalu menyebutkan secara lisan dalam 5 detik dan kemudian menuliskannya dalam 30 detik. Hasilnya 25 orang yang bisa menyebutkan lebih dari 10 benda. Kemudian saya mengajarinya tentang konsentrasi, penghadiran rasa dan cara menulis cepat. Dan hasilnya seluruh peaerta bisa menuliskan lebih dari sepuluh benda.
Tekhnik pelatihan ini sangatlah simple, namun saya punya tujuan lain dari sekedar berupaya meningkatkan keterampilan mengingat. Yaitu meningkatkan rasa percaya diri mereka bahwa dengan kemauan dan pembelajaran yang benar semua orang bisa jauh lebih cerdas dan akan jauh lebih hebat.
Saya bersyukur tujuan antara itu sepertinya tercapai. Hal ini terbukti dari meningkatnya perhatian mereka terhadap materi yang saya sampaikan. Dari yang semula gelisah, suka nyeletuk yang tak kontekstual, suka ngobrol dan bebisik-bisik dengan teman disampingnya, menjadi lebih tenang, dan lebih fokus.
Sesi pelatihan akan dilanjutkan kembali keesokan harinya. Dan sayapun menutup sesi pelatihan setengah diskusi tersebut dengan beberapa nasihat. Pertama, konsentrasi dan perhatian itu sangat penting. Dan kita bisa menebak kadar intelektual seseorang hanya dengan melihat tatapan mata dan gerak-gerik mereka. Mereka yang punya tatapan tak tenang dan tak bisa fokus adalah orang-orang yang hampir dapat dipastikan bodoh. Dan jika tak ingin dikatakan bodoh maka konsentrasilah, fokus dan perhatikan jika ada orang yang berbicara. Kedua, oleh karenanya ada hubungan antara akhlak yang baik dengan kecerdasan seseorang. Mereka yang tak menghargai orang yang bebicara didepannya, mereka yang berprasangka buruk dan suka meremehkan orang lain pastilah orang yang bodoh dan akan selamanya bodoh jika tak mau memperbaiki diri. Ketiga, bahwa semua keberhasilan, apakah itu berkaitan dengan pencapaian materi atau non materi semua berasal dari ilmu. Dan mereka yang tak mampu mendapatkannya adalah mereka yang tak mampu menyerap ilmu dengan baik. Mereka tak mampu karena mereka memiliki sikap sebagaimana yang saya sebutkan tadi. Keempat sejarah telah membuktikan banyak orang yang mampu menceritakan banyak hal secara verbal maupun secara tulisan seperti para sahabat nabi yang mampu menghafal ayat Al-quraan dan perkataan nabi, seperi Al-ghazali, pramodya, tan malaka, soekarno yang menulis buku tanpa buku itu tak mungkin ada jika cara mereka belajar hanya mengandalkan catatan atau mendengar saja. Mereka memiliki sebuah cara yang memungkinkan mereka dapat menyimpan dengan baik apa yang mereka dengar. Kelima jika ingin otak kita semakin cerdas jangan hanya sekedar belajar, tapi mengajarlah. Dan cara mengajar yang terbaik adalah berdiskusi dan bertukar informasi. Dan terakhir semua akan sia-sia jika kita tak punya kemauan. Dan oleh karenanya pelatihan sesi kedua tak ada paksaan. Semua harus datang dengan kesadaran sendiri. Dan bahwa mereka yang tak hadir besok merupakan orang yang memang telah memilih menjadi manusia bodoh dan terbelakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar?