Sebagai orang tua, secara tidak sadar kita sering melakukan hal-hal yang merusak potensi anak-anak kita. Kita menjadi tidak sadar karena hal-hal buruk tersebut sudah biasa dilakukan oleh orang-orang tua kita jaman dahulu. Saking terbiasanya akhirnya hal tersebut menjadi tradisi.
Cilakanya, tradisi itu ternyata mengandung energi negatif yang berpengaruh buruk bagi perkembangan mental anak-anak kita. Yang saya maksud energi negatif adalah energi yang dapat menekan pengembangan potensi manusia seperti motivasi, keberanian bertindak pengembangan kreativitas dan perngembangan imajinasi.
Berikut beberapa energi negatif yang seringkali kita lakukan secara tidak sadar pada anak-anak kita.
1. Membentak. Membentak akan membuat putusnya harapan dan kemampuan anak untuk fokus terhadap apa yang dilakukannya. Hal ini tak baik bagi pengembangan sikap optimis dan akan membelokan perhatian anak dari dirinya sendiri ke orang yang membentak. Jika sering dilakukan anak akan mudah putus harapan, tak bersemangat, takut berpikir, hilang percaya diri malas menggagas dan tak punya tradisi membangun imajinasi.
2. Memarahi dengan emosi. Sesekali anak memang perlu dimarahi apabila tidak menunaikan kewajiban atau mengulangi perbuatan yang salah yang berbahaya bagi dirinya. Tapi mestinya hal itu tidak dilakukan secara emosional karena akan merusak wibawa orang tua juga merusak rasa percaya diri anak. Anak yang suka dimarahi juga cenderung akan semakin membangkang dengan orang tua, jiwa menjadi semakin keras demikian juga sikap dan perilakunya.Sesekali tak mengapa memarahi anak kita, namun marahlah tanpa melibatkan emosi apalagi sampai membuat jantung kita sebagai orang tua berdebar-debar. Kendalikan emosi kita karena yang anak-anak itu bukanlah orang dewasa seperti kita. Kita harus lebih mampu mengendalikan emosi kita.
3. Melarang. Kita boleh melarang anak untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut tidak baik bagi kesehatan fisik, mental dan fikirannya. Yang perlu kita lakukan adalah menjelaskan resiko yang akan ia terima jika melakukan sesuatu kita perlu menjelaskan resiko dengan cerdas. Misalnya dengan kata-kata, silahkan tapi itu bahaya lo, atau oke coba saja tapi kalau ada yang tidak suka berhenti ya....
Dengan cara ini anak anak akan belajar untuk berpikir ke depan, belajar mengambil resiko serta belajar memperhitungkannya sebelum melaksanakannya.
4. Menakut-nakuti. Menakuti-nakuti apalagi dengan hal-hal yang tidak rasional, akan membuat anak-anak menjadi tidak percaya diri dan peragu. Ia menjadi orang yang irrasional dan tak berani bereksperimentasi untuk menambah pengetahuan lewat pengalaman. Orang penakut cenderung tak berani mengambil resiko.
5. Menggagalkan rencana. Saat kita mengajak anak untuk melakukan sebuah kegiatan, biasanya sang anak telah membangun imajinasi tentang hal-hal yang akan ia lakukan. Menggagalkan sebuah rencana di tengah jalan akan membentuk mental 'setengah-setengah' pada anak-anak. Mental anak kitapun mudah patah di tengah jalan saat menempuh track dalam mewujudkan cita-cita atau rencananya.
6. Tidak menunaikan janji. Komitment akan membentuk lingkungan sosial yang konstruktif bagi anak. Jika kita sering lalai dengan janji sebenarnya kita mengajarkan anak untuk tidak memegang komitment. Dan itu berarti kita turut berkontribusi pula dalam menghancurkan lingkungan sosialnya di masa depan.
7. Berbohong. Sering membohongi anak serta membiarkan anak berbohong akan menekan pengembangan potensi unik anak. Mereka akan jadi pribadi yang tidak mampu berpikir dan bersikap apa adanya. Serta cenderung menjadi pribadi yang mudah stress. Jika kita suka berbohong pada anak dan suka membiarkan anak berbohong, sebenarnya kita telah berkontribusi bagi kerapuhan batinnya pada saat ia besar nanti.
8. Mengejek. Apa sih susahnya mengatakan baik, bagus dan hebat setiap kali anak menunjukan sesuatu kepada kita. Namun, seringkali kita bersikap sebaliknya kita mengejek kenakalannya, kita mengejek hidungnya yang pesek, kita mengejek nilainya yang lebih jelek dari rekan-rekannya, kita enggan memuji hasil karuanya. Kita tak boleh fokus pada hasil, fokuslah pada proses yang dilalui anak. Pompakan semangat dan motivasi kepada anak-anak kita.
9. Merongrong. Kita sering merongrong anak untuk makan, tidur siang, mengerjakan PR, dsb. Akan lebih baik jika kita mengingatkan anak kita secara rutin. Jika kita merongrong ia akan semakin benci untuk melakukan hal-hal yang menjadi kewajibannya. Anak-anak harus terbiasa melakukan kewajibannya dengan senang hati.
10. Meladeni. Meladeni segala hal yang menjadi keperluan anak mungkin dianggap sebagai bentuk kasih sayang. Tapi sesungguhnya hal tersebut akan membuat anak menjadi tidak mandiri serta bermental bossi. Walaupun ada pengasuh, jangan biarkan pengasuh anak kiya melakukan semua pekerjaan anak-anak kita. Biasakan anak kita mengambil makan dan minum sendiri, mandi dan mengganti pakaian sendiri, mengemaskan mainannya sendiri dan menyiapkan keperluan sekolahnya sendiri.
Demikian 10 tradisi buruk yang secara tak sadar sering kita lakukan. Ingatlah agar ia dapat eksis, jangan cukupkan hartanya, karena harta tap pernah akan cukup. Akan tetapi cukupkanlah pengetahuan dan jiwanya agar ia punya modal untuk mengembangkan sendiri pengetahuan dan jiwanya.
Childen see children do......seorang anak besar, tumbuh dan berkembang bersama orangtua atau wali yang membesarkannya, ada orang yang heran, aneh kenapa anakku suka ngomong kasar ya? kenapa anakku berbohong ya? Tanpa dia sadari, atau jika dia mau bertanya pada diri sendiri maka akan ia temukan jawaban, anak mencontoh apa yang dia lihat, terutama dari orang dewasa di dekatnya...saya setuju dengan 10 hal yang penulis sampaikan, maka dari itu mari kita mulai sejak dini, jadilah teladan yang baik, jadilah sekolah terbaik bagi titipan Tuhan yang tidak semua orang mendapat kepercayaan untuk memilikinya.(th)
BalasHapus