Selasa, 07 Januari 2014

Teknik Menulis Imajinatif II

Nah, jika Anda telah selesai menyampaikan apa yang telah Anda bayangkan dan rasakan, baca ulang tulisan Anda. Lihat kata-katanya, apakah sudah benar. Jika kurang benar ganti dengan kata yang lebih baik. Lihat pula susunan kalimatnya, rasakan apakah enak saat diucapkan secara verbal.Jika tak enak, perbaiki. Lihat pula pesan inti yang telah disampaikan, jika antar kalimat tak nyambung disambung aja. Kalau tak mengerti bagamana menyambungnya,dijadikan paragraf baru saja. Kalau tak enggan menulis paragraf baru, mending dihapus aja.

Kalau sudah selesai, berilah judul. Buatlah judul yang singkat dan menarik dengan jumlah kata yang tak terlalu banyak. Antara 1 - 4 kata. Setelah tulisan itu berjudul, baca lagi tulisan Anda. Sekarang dibaca dari judul hingga selesai. Kalau terasa judul dan isi cerita kurang klop, jangan ganti isinya, tapi ganti aja judulnya.

Nah, itu tekhnik menulis imajinatif dengan cara membayangkan seauatu. Ada pula tekhnik menulis dengan membayangkan seakan-akan kita menjadi sesuatu. Bisa jadi binatang, bisa jadi pejabat, bisa jadi seorang akademisi, bisa jadi seorang olahragawan, pengamat dsb. Bagaimana caranya?

Sebelum Anda mulai menulis, sugestikanlah diri Anda dengan seseorang.
Jika Anda ingin menulis tentang tips desain grafis jadilah seorang pengamat desain grafis dan obyek yang diamati adalah diri Anda sendiri. Bayangkan seakan-akan Anda sedang melihat 'anda' yang sedang mendesain, lalu komentarilah dengan pengetahuan yang Anda miliki. Tulislah yang Anda ketahui saja.Jangan menulis yang tidak Anda ketahui. Dan jangan pernah sambil menulis sambil mencari referensi. Jika Anda memerlukan referensi, baca dululah referensi-referensi itu. Setelah Anda pahami, barulah menulis.

Contoh lain, jika Anda ingin menuliskan gagasan tentang pengentasan kemacetan, bayangkanlah diri Anda menjadi seorang pejabat, sampaikan pengetahuan Anda. Saat Anda menuliskan gagasan Anda, hadirkan diri Anda pada obyek yang akan ditulis atau dikomentari. Bangunlah bayangan itu dengan detail. Temukan masalah, lalu pikirkan solusinya. Jika sudah dapat sampaikan solusinya dengan kata-kata Anda. Tak usah takut solusi Anda tidak bagus karena tak dilengkapi dengan literatur dan referensi. Teruslah menulis. Tak perlu takut nantinya orang akan mengkritik hasil tulisan Anda. Hajar saja!

Nah, setelah tak ada bahan lagi untuk dituliskan, berhentilah menulis. Kembalikan kesadaran diri Anda seperti semula. Lalu sekaeang jadilah seorang pembaca yang baik. Baca ulang tulisan Anda, perbaiki jika ada yang salah, beri tanda baca jika diperlukan. Setelah selesai beri judul, baca sekali lagi mulai dari judul yang Anda berikan itu. Dan perbaiki kata-kata atau kalimat yang tak sesuai dengan judul itu.

Nah begitulah cara saya membuat konsep, membuat proposal, mendesain rencana kerja, dsb. Entah sudah berapa jumlahnya, mungkin sekitar 200 hingga 300an tulisan berbentuk konsep, rencana kerja, proposal, cerpen, opini, buku yang tak jadi diterbitkan, dsb. Kemungkinan besar makah lebih.

Sayangnya saya kesulitan mendokumentasikannya sehingga tersebar entah kemana, sebagian besar hilang bersama laptop pertama saya,  sebagian tersimpan dikomputer teman, lalu komputer itu dijual ke orang lain,  ada yang di blog, di facebook atau tersimpan di memory card Hp. Ada juga yang hilang bersama raibnya sebuah hardisk ekaternal. Hehee...pikir-pikir sayang juga. Tak papalah yang penting bisa terus menulis dan menulis. Harus tetap semangat.

Bukankah kita tetap saja bersemangat untuk berbicara walau suara kita pasti hilang begitu kita berbicara baru saja selesai berbicara? Begitu juga berbicara lewat tulisan. Hihiii...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...