Selasa, 27 Desember 2016

MENGINTIP GERAKAN MAHASISWA UJB TAHUN 90-AN: KBM UJB DAN GERAKAN MAHASISWA JOGJA

Bagian II dari 4 tulisan

Karena aktivitas internal kemahasiswaan sudah dilaksanakan oleh BEM maka otomatis Senat Mahasiswa KBM-UJB tak memiliki ruang aktivitas di internal. SM-KBM UJB akhirnya memiliih untuk beraktivitas di luar kampus.

Pertengahan tahun 1997 gerakan mahasiswa yang mengusung issue anti Orde Baru semakin kencang. Issue yang awalnya digulirkan oleh aktivis jalanan, saat itu mulai merasuk hingga ke organisasi formal kampus. Demikain pula dengan organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus seperti organisasi mahasiswa yang berada dalam kelompok Cipayung. Walaupun masih belum terlalu berani menyuarakan anti orde baru, suara-suara kritis pun mulai terdengar di organisasi itu. Diantara beberapa organisasi kelompok Cipayung, Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tampak lebih progressif dibandingkan dengan organ-organ lain. IIAN Sunan Kalijaga adalah salah satu basis organisasi PMII di Yogyakarta.
Habis Aksi selfie ala tahun 98-an

Di Kampus IAIN Sunan Kalijaga, konsolidasi mahasiswa sudah dilakukan terlebih dahulu. Aktivis kampus, organisasi ekstra kampus (PMII) dan aktivis jalanan yang bernaung di bawah Persatuan Perjuangan Pemuda Yogyakarta (P3Y) telah berhasil melakukan konsolidasi dan menjadikan kampus IAIN Sukijo sebagai kampus yang paling intens melakukan gerakan anti orde baru. Aksi-aksi penolakan terhadap rezim orde baru terus disuarakan lewat diskusi, statement, aksi mimbar bebas hingga aksi-aksi kolaboratif tingkat Kota.

Persatuan Perjuangan Pemuda Yogyakarta adalah organisasi yang menaungi para aktivis jalanan asal UJB yang saat itu menjadi pengurus SM-UJB. Organisasi ini dibentuk tahun 1996. Hasil perjalanan panjang dari aktivis pro demokrasi sejak awal tahun 80-an di Yogyakarta.  Lewat Heru Dumairy alian Bung Nongko, mahasiswa FH-UJB angkatan tahun 80-an, saya mendapatkan penjelasan tentang sejarah pendirian PPPY ini. Ia menjelaskan bahwa dahulu kala beberapa aktivis pro demokrasi mendirikan Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY). Setelah itu FKMY bubar lalu aktivisnya mendirikan dua organ baru yaitu Dewan Mahasiwa dan Pemuda Yogyakarta (DMPY) dan Solidaritas Mahasiswa Yogykarta (SMY). SMY lalu berevolusi menjadi Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (SMID) yang berbasis di Fakultas Filasafat UGM, serta RODE yang menjadi faksi SMID yang berbasis di UII. RODE lalu memisahkan diri dari SMID. Dari SMID lalu lahir Persatuan Rakyat Demokratik (PRD) dengan Budiman Sudjatmiko sebagai tokoh sentralnya. PRD melahirkan organ aksi yang intens melakukan aksi-aksi yang sangat frontal, yaitu KPRP, Komite Pemuda Rakyat untuk Perubahan. DMPY kemudia bubar dan beberapa akivisnya mendirikan P3Y. P3Y memiliki basis yang lebih besar dibandingkan PRD dan RODE, karena berisi aktivis yang berasal dari berbagai kampus swasta besar di Yogyakarta. P3Y kemudian membentuk Front Aksi Mahasiswa Pembela Rakyat (FAMPERA) yang menjadi organ aksi yang sangat intens menggelar demonstrasi sepanjang tahun 1997-1998 di Yogyakarta.

Kaharakter berpikir dari semua organisasi prodem tersebut hampir sama. Basis ideologi utamanya adalah Marxisme. Taktik pergerakannya saja yang agak berbeda. Jika SMID dan PRD lebih frontal, sedangkan RODE dan P3Y lebih soft. Aktivis P3Y juga cenderung lebih dekat dengan pemikiran Soekarno dan Tan Malaka. Lebih sosio-nasionalis.

Walaupun demikian karena berasal dari sebuah proses yang sama, 3 organisasi para demonstran ini masih memiliki identitas yang sama. Misalnya selalu menggunakan atribut berwana merah serta menjadikan lagu darah juang sebagai lagu wajib dalam setiap aksi demonstrasi. Menjelang lengsernya Soeharto hanya ada dua organisasi yang sangat menonjol melakukan aksinya, yaitu PRD dengan KPRPnya dan P3Y dengan FAMPERA-nya. Sedangkan RODE hanya melakukan aksi-aksi kecil di kampus UII. PRD menonjol karena aksi demonstrasinya dilakukan dengan cara yang frontal. Setiap kali deminstrasi, peserta aksinya tak banyak, puluhan orang saja. Namun karena selalu berujung bentrok dan rusuh, aksi KPRP selalu menjadi obyek liputan wartawan dari media lokal dan nasional.

Sedangkan P3Y menonjol karena peserta aksinya yang berjumlah lebih massif. Aksi demonstrasi yang diarrange oleh P3Y memang seringkali berujung bentrok dengan aparat. Tapi tak sampai berakhir dengan kerusuhan yang berkepanjangan sebagaimana yang dilakukan oleh teman-teman PRD/ KPRP.

Nah aktivis jalanan di UJB berasal dari P3Y. Maka tak heran Senat Mahasiswa UJB lebih intensif membangun jaringan gerakan P3Y ini.

Lewat P3Y inilah dibentuk berbagai organ aksi yang meilbatkan massa dari berbagai kampus di Yogyakarta. Basis P3Y terbesar ada di IAIN salah satu lokusnya bernama KeMPed, Komite Aksi Mahsiswa untuk Perubahan dan Demokrasi.
Dan setelah berdirinya KBM-UJB, Universitas Janabadra menjadi basis massa terbesar kedua setelah IAIN Sukijo. Selain IAIN Sukijo dan UJB, P3Y juga memiliki basis massa di Atmajaya, UMY, APMD (Akademi Pemerintahan Daerah), serta jaringan aktivis yang berasal dari kampus swasta lainnya seperti Universitas Veteran (UPN).

Selain intens berdiskusi dan menggelar aksi bersama teman-teman P3Y.  Senat Mahasiswa UJB atas nama KBM UJB juga menjalin aliansi dengan kampus-kampus besar lainnya, seperti Atmajaya, Muhammadiyah, APMD, UPN, Universitas Islam Indonesia serta Universitas Gajah Mada.

Dalam sebuah pertemuan antar pengurus Senat Mahasiswa se Yogyakarta, KBM-UJB mengusulkan pembentukan FKSMY, Forum Komunukasi Senat Mahasiswa Yogyakarta. Ide itu dilontarlkan oleh Eko Prastowo dihadapan peserta forum pertemuan. Gagasan itu diterima oleh rekan-rekan Senat Mahasiswa saat itu. Lewat FKSMY inilah kemudian pertemuan-pertemuan lintas kampus semakin intensif dilaksanakan.
Oya, perlu juga saya sampaikan, bahwa setelah perombakan struktur organisasi dengan menerapkan pemerintahan mahasisiswa di UJB, kampus-kampus lainnya kemudian menyusul. Setelah UJB, kalau tidak salah Universitas Gajah Mada,lalu menyusul Universitas islam Indonesia.

AD/ART Keluarga Mahasiswa IAIN Sukijo dan KBM-UJB dijadikan referensi utama bagi Senat Mahasiswa UGM dan UII untuk merombak organisasi mereka. SM – UJB tentu dengan senang hati membantu mereka.

Selain membangun jaringan dengan kampus-kampus besar, SM-UJB juga mulai menjalin komunikasi  dengan kampus-kampus kecil setingkat Akademi. Jalinan komunikasi tersebut semkain intens mendekati lengsernya Soeharto tanggal 21 Mei 1998 dan setelahnya.
Otak dari pengembangan jaringan itu tentu bukan saya, tapi Eko Prastowo. Dalam struktur organisasi SM-UJB, Eko Prastowo menjabat sebagai Koordinator kebijakan srategis dan pengembangan jaringan. Semacam menteri luar negeri kalau dalam sebuah negara. Maka ia lah yang sangat intens menjalin komunikasi antara gerakan jalanan dengan aktivis kampus, serta membangun komunikasi dengan aktivis kampus lintas perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa asli Jogja dan memiliki intensitas yang tinggi mengikuti diskusi dan pergerakan mahasiswa pro demokrasi, ia sangat memahami medan pergerakan di Yogyakarta dibanding saya.

Saya hanya ngikut aja sembari membantu membuat orat-oret tentang skema dan bagan-bagan tentang goal setting. Persoalan tehnis itu saya lakukan tentu dalam perspektif manejemen yang memang menjadi konsentrasi studi saya.

Saat itu SM-UJB juga sangat intensif membangun opini dengan menyampaikan rilis yang berisi statemen-statemen perlawanan kepada publik lewat media lokal dan nasional. Apapun issue yang sedang beredar di tengah masyarakat dikomentari oleh SM-UJB melalui statement resmi yang disampaikan kepada media. Termasuk juga mengawal kasus pembunuhan Udin, wartawan Harian Bernas yang sangat kritis saat itu.

Dalam setahun kliping berita yang memuat statement dari KBM UJB ternyata bisa setebal skripsi. Dulu orang yang rajin mengumpulkan kliping itu adalah Roni Sumbayak. Ia adalah mahasiswa angkatan 1997 hasil pengkaderan awal KBM-UJB menggunakan kurikulum campuran. Ya gerakan jalan, ya aktivitas kampus.

Saya tak tahu, apakah Roni Sumbayak masih menyimpan aneka kliping itu. Kalaupun masih ada, saya masih ingin melihatnya untuk merefresh memory tentang masa yang sudah begitu lama berlalu.


Kontribusi Keluarga Besar Mahasiswa UJB dalam perlawanan terhadap rezim orde baru memuncak dalam 2 momentum. Pertama pada saat aksi sejuta massa di Alun-alun Utara yang kemudian hari dikenal dengan istilah Pisowanan Agung. Dan Kedua saat mendukung Gerakan Rakyat Yogyakarta (GRY) yang ‘memaksa’ DPRD Provinsi DIY untuk menetapkan Sultan HB X sebagai Gubernur DIY dengan menduduki gedung DPRD Provinsi DIY selama sebulan penuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...