Beberapa pekan ini saya begitu dipusingkan dengan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan event. Mulai dari mengumpulkan ribuan data berupa dokumen, foto, video lalu menyortirnya hingga menyusunnya dalam sebuah susunan yang sistematik hingga enak dibaca. Huruf demi huruf, angka demi angka dibaca ulang lalu di rajut sedemikian rupa untuk memenuhi lembar demi lembar kertas. Dari pagi hari hingga tengah malam, saya bergulat dengan kerjaan yang sangat membosankan itu.
Kemarin saya coba membuat kalkulasi, berapa lembar halaman yang sudah saya hasilkan untuk menampung jutaan huruf yang saya tekan melalui tuts keyboad komputer. Hasilnya sekitar 400 halaman HVS A4. Wow! Kalau dijadikan buku ukuran A5 tebalnya bisa jadi sekitar 700an halaman. Hihii ternyata hasilnya mengagetkan bagi seorang saya yang tak pernah terpaku pada satu pekerjaan dalam waktu yang panjang.
Saya jadi berpikir, ini untuk membuat pertanggungjawaban kepada pemberi pekerjaan saja pusingnya sudah 7 lingkaran. Gimana kalau nanti kita dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan ya? Hihiii...
Bayangin berapa milyar file penampakan visual yang terekam dalam memori lewat indera penglihatan yang harus kita serahkan kepada Tuhan mulai dari baligh hingga umur 65 tahun, klo diumur segitu kita mati. Belum termasuk file-file memori yang masuk lewat gendang telinga, penciuman, rabaan, kecapan. Termasuk juga aneka hayalan yang pernah kita pikirkan saat sedang melamun, menjelang tidur atau sedang nongkrong di WC. Hmmm.betapa rumitnya proses pertanggungjawaban itu. Semuanya harus kita serahkan kepada Sang Maha Pencipta sebagai barang bukti bagi proses pengadilan aherat.
Tapi masak sih begitu rumit? Kalau serumit itu lalu apa hebatnya Tuhan ya? Tentulah Tuhan sudah memiliki sistem yang maha canggih yang memungkinkan proses penyerahan bukti, kodefikasi, penyusunan, analisis, pemberian kesimpulan hingga alternatif keputusan dapat dilakukan secara just in time, secara seketika. Saat itu juga. Iya tentu saja seperti itu. Lha sekarang saja komputer sudah bisa melakukan analisa yang demikian cepat kok. Masak sistem buatan Tuhan tak memungkinkan untuk melakukan itu.
Iya! Saya sangat yakin teknologi yang dipake Tuhan kelak di pengadilan aherat itu berjuta kali lebih cepat dari pada teknologi yang dikenal manusia. Tentu semuanya bisa disimpulkan secara Maha just in time. Pasti! Saya yakin itu.
Tapi kawan....
Ternyata setelah bumi dan alam semesta ini hancur berantakan, masihkah ada waktu? Bukankah waktu itu hanya buatan manusia saja untuk menandai siklus siang dan malam. Bukankah waktu itu ada hanya karena ada matahari dan bumi yang bergerak. Dan bukankah waktu itu ada karna manusia yang 'mengada-adakannya' saja? Maka kemudian saat kita ditanya berapa jam waktu yang kita miliki sehari semalam, kitapun menjawab 24 jam.
24 jam itu sebenarnya adalah hasil perhitungan manusia saja. Kita membuat asumsi menggunakan hitungan lama rotasi bumi dalam satu putaran menjumpai matahari. Karena putaran buminya cepat dan buminya kecil maka waktunya 24 jam. 24 jam itu dihitung dengan perhitungan matematis 1 jam sama dengan 3600 detik. 1 detik itu diasumsikan satu ketukan.
Nah, padahal kalau di planet lain yang memiliki kecepatan putaran yang sama saja tentu waktu yang diperlukan tidaklah mungkin 24 jam.
Jika kita tinggal di plamet merkurius misalnya, saya yakin manusia akan punya hitungan waktu yang berbeda. Klo dihitung menggunakan asumsi satu detiknya standar manisia bumi, maka waktu rotasi sehari semalam di merkurius itu 1416 jam.
Maksudnya kita akan bertemu lagi dengan matahari pagi kira kira setiap 59 hari waktu bumi. Sehingga jika Pak Jokowi di planet Merkurius lalu di deadline oleh rakyatnya untuk menahan Ahok dalam waktu 2 hari, maka kita harus menunggu sekitar 2 x 59 hari atau sekitar 4 bulan waktu bumi untuk mengetahui apakah pak presiden mengabulkan tuntutan demonstran apa tidak. Wah lama sekali...kalau nanam jagung sudah panen!
Hmmm...tapi masalahnya pada saat kiamat matahari dan bumi itu katanya hancur berantakan. Berarti waktu buatan manusia itu kan otomatis lenyap yak?
Dan ketika semua lenyap berarti tak ada lagi istilah lama atau cepat. Yang ada hanya ketiadaan yang asing!
Dengan demikian kayaknya tak perlulah kita memikirkan seberapa cepat Tuhan menghitung proses pertanggungkawaban manusia paska kiamat nanti. Pertanyaan itu kayaknya tak kontekstual lagi dengan sikon saat itu. Kan semua hancur? Bumi hancur, matahari hancur, perputaran ya jelas tak ada lagi demikian pula waktu. Gitu kali ya?
Ah tak taulah! Lanjut nyusun laporan lagi aja. Semprul! Nambah pusing aja!
______________
SwadesiCoorp, 23112016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar?