Menyenangkan sekali melihat jutaan orang melakukan aksi Damai 411 di Jakarta. Walaupun demikian berbagai pendapat pro dan kontra tak kunjung selesai diperdebatkan.
Ada yang bilang itu aksi politik dengan alasan issue yang diangkat bertujuan untuk menjatuhkan nama atau keompok politis tertentu. Ada juga yang mengatakan bahwa aksi itu adalah aksi dakwah karena issue yang diperjuangkan adalah Al Quraan.
Karena bingung dengan aneka pendapat yang berseliweran itu, lalu seorang santripun bertanya dengan kyainya. "Pak Yayi, saya bingung dengan pendapat orang-orang di pesbuk. Ada yang bilang demo 411 di Jakartai itu aksi politik tapi ada yang juga yang bilang itu aksi dakwah. Mohon maaf Pak Yayi, mohon penjelasan perbedaan antara aksi politik dengan aksi dakwah. saya jadi bingung mau pilih yang mana", tanya Sang Santri.
Kyai sang santri mengangguk-aguk. Lalu menjawab dengan bijak.
"Begini, bang. Kalau aksi politik itu bertujuan menjatuhkan, kalau aksi dakwah itu tujuannya menasihati. Nah sekarang tinggal dicari tau saja apa tujuan utama dari aksi itu", jawab Pak Yayi singkat.
Sang santri tampak puas dengan jawaban sang Kyai. Namun, setelah itu, selama 2 hari santri itu tak pernah muncul lagi di pengajian Sang Kyai. Sang Kyai bertanya pada majelis apakah ada yang melihat santri yang ia maksud. Salah seorang jamaah memberitahu bahwa ia melihat santri yang dimaksud sedang berada di kebun. Ia dipergoki salah seorang jamaah, duduk seorang diri di bawah pohon nangka.
Sang Kyai penasaran. Lalu mendatangi santri itu di kebun. Ternyata benar. Santri yang dimaksud sedang adai di Kebun. Ia tampak berdiri sambil mengelus-ngelus pohon nangka.
"Bang, ngapain kamu di situ? Kata kawan-kawan sudah dua hari kamu berdiri sendiri di bawah pohon itu?", tanya sang Kyai.
Sang santri terkejut melihat Kyainya datang dengan tiba-tiba sambil mengajukan pertanyaan. Sambil terbata-bata Sang Santri menjawab.
"Mohon maaf Pak Yayi. Dua hari yang lalu saya mencium ada nangka masak di pohon ini. Saya ingin mengambilnya untuk Pak Yayi"
"Lho, kenapa tidak kamu jatuhkan saja dari pohon itu?", tanya Sang Kyai.
"Saya ingin berdakwah Pak Yayi. Maka saya nasehati buah nangkanya supaya segera menjatuhkan diri", ujarnya pelan
"Lho, kenapa tidak kamu panjatkan saja pohonnya lalu dijatuhkan dari atas?", tanya Sang Kyai heran.
"Mohon maaf Pak yayi, saya dak mau pake aksi politik. Saya memilih aksi dakwah saja Pak Yayi!", jawab Santri perlahan.
"Astagaaaa, kalau masalah gayak gini pake aksi politik aja!!!", ujar Sang Kayai sambil menendang pohon nangka itu.
Tak lama bub! Sebuah Nangka besar matang jatuh dari pohon. Lalu aroma harum pun berhamburan.
"Sudah! Bawa tuu politik", hardik Sang Kyai dongkol.
__________________
Hihihiii
-----------------------------
-----------------------------
Bungben, Pontianak, 14/11/16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar?