Rabu, 28 Desember 2016

MENEBAK PELAKU PELEMPARAN BOM MOLOTOV


Mengerikan aksi pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda itu ya. Ada 5 orang korbannya. Sebagian besar adalah anak-anak. Yang paling menyedihkan adalah salah satu dari lima korban itu meninggal dunia. Umurnya baru 2,5 tahun. Ya Allah teganya. Pelakunya tak hanya sadis tapi pasti orang gila.
Bersyukur, akhirnya pelaku pelemparan tertangkap tangan. Walau agak jauh dari TKP. Menurut Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar pelaku pelemparan bom itu adalah mantan napi bom Puspitek Serpong.
Pelaku pelemparan bom molotov itu berhasil ditangkap aparat bersama warga paska menyelesaikan aksinya. Lalu fotonya bertebaran di medsos.
Kalau melihat foto yang beredar di medsos pelaku pelemparan yang berinisial J itu memang 'seperti' orang Indonesia. Kecil, berambut dan berkulit hitam. Khas seperti orang Indonesia.
Tapi saya tidak percaya.
Menurut saya kalau "J" itu adalah orang Indonesia maka J tak akan memakai bom molotov dalam melaksanakan aksinya. Bukankah lempar bom molotov tak pernah dikenal dalam tradisi asli orang Indonesia?
Ada sih tradisi lempar-lemparan yang masih bertahan hingga sekarang. Tapi benda yang dilempar adalah benda-benda yang tidak berbahaya, obyeknya juga bukan manusia. Melempar buah mangga milik tetangga misalnya. Tradisi ini memang khas milik orang Indonesia.
Kedua, perlu kita pahami bom molotov itu juga bukan hasil karya peradaban nusantara. Tapi berasal dari Finlandia yang digunakan oleh pejuang Finlandia pada perang musim dingin menghadapi invasi Unisoviet tahun 1939. Nama molotov sendiri berasal dari nama menteri luar negeri Uni Soviet, Vyacheslav Molotov, yang bertugas pada masa pemerintahan Joseph Stalin.
Jadi dari tradisi, negara asal pembuatan, hingga nama barang, lempar bom molotov itu jelas-jelas berasal dari luar negeri.
Berdasarkan analisis itu, hihii kayak skripsi, maka saya dapat menyimpulkan pelaku pelemparan Bom molotov di Samarinda yang berinisial J itu bukan orang Indonesia.
Memang ada karya manusia nusantara yang bisa meledak. Namanya meriam karbit. Dan produsen meriam karbit terbesar itu ada di Kota Pontianak. Tapi meriam yang bisa meledak dengan suara yang menggelegar itu tidak dilempar. Melainkan disulut dengan api. Ini jauh berbeda dengan sistem kerja bom molotov. Dengan demikian sudah jelas juga bahwa pelakunya juga bukan orang Pontianak.
Memang betul, selain mampu membuat meriam.karbit, orang Pontianak juga banyak yang piawai membuat bom. Tapi bomnya tidak bisa meledak. Karena bom itu dibuat dari semacam senyawa yang non explosive. Masyarakat setempat menyebut senyawa itu kode senyawa U-81. Orang Indonesia membacanya lafal "ubi". Senyawa ini tak bisa meledak. Kalaupun meledak dia harus dioplos dengan senyawa lain yang dikenal dengan kode kimia 54M-83L. Orang pontianak melafalkannya " sambel". Tapi sifat ledaknya very low explosive dan terjadi pada area sekitar bagian bibir dan lidah saja.
Oleh karena itu sekali lagi saya yakin tak mungkin pelaku pelemparan bom molotov di Samarinda itu adalah orang Indonesia apalagi orang Pontianak.
Terlebih orang indonesia itu sangat piawai dalam tehnik melempar. Tak heran ada pepatah yang telah berumur berabad-abad lamanya di Indonesia. Bunyi pepatah itu lempar batu sembunyi tangan. Dengan pepatah ini orang Indonesia pasti tak bakalan ketahuan sebagai pelaku pelemparan. Karena kita itu punya keahlian menyembunyikan tangan setelah melempar.
Nah, yang di Samarinda itu lempar bom malah tertangkap tangan. Berarti sudah pasti orang itu bukan orang Indonesia. Kalau ada yang bilang orang Indonesia, saya merasa tersinggung, karena bangsa kita itu sangat ahli dalam melempar dan menyembunyikan tangan. Maka pelaku pelemparan tak mungkin ketahuan apalagi tertangkap tangan.
Jadi dari mana asal pelakunya?
----------
Bungben, pontianak 14/11.2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...