Rabu, 28 Desember 2016

GUSDURIAN, ORMAS ISLAM DAN PENISTAAN


Perdebatan tentang boyek penistaan yang dilakukan oleh Ahok masih ramai. Mui sudah memutuskan bahwa Ahok telah menistakan 2 hal. Ulama dan Al Quran. Tapi menurut orang-0rang yang kontra dengan keputusan itu, Ahok tidak bermaksud menistakan. Tapi memberitahu bahwa ada orang yang berusaha menjadikan ayat-ayat Alquraan agar tidak memilihnya dalam Pilgub DKI.
Ntah seperti apa keputusan hukum atas perbedaan pendapat itu, yaa.
Persoalan yang sama dulu pernah juga terjadi saat saya kuliah di Yogyakarta. Sekitar tahun 1999 akhir. Saat heboh-hebohnya proses pemilihan presiden paska Presiden Habibie. Ada dua tokoh utama yang digadang-gadang oleh masyarakat saat itu, Amin Rais dan Gus Dur.
Gus Dur didukung oleh masyarakat tradisional dan partai-partai beraliran nasionalis-religius di Senayan. Sedangkan Amin Rais didukun oleh masyarakat perkotaan dan partai-partai Islam. Masing-masing kelompok masyarakat membangun rasa fanatik dikalangan masyarakat dan Mahasiswa. Yang fanatik ke Amin Rais sangat anti dengan issue-issue pluralisme dan sosialisme. Yang fanatik ke Gusdur membentuk aliran sendiri yang dinamakan Gusdurian.
Friksi tersebut sangat terasa hingga ke ruang-ruang kampus-kampus bahkan masjid. Termasuklah di Kampus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Aktivis mahasiswa di IAIN Suka dikenal sebagai orang yang begitu fanatik dengan Gus Dur. Suatu ketika, dalam sebuah momentum Shalat Jumat, Imam Masjid IAIN Suka membaca Alfatihah. Setelah membaca ayat terakhir, Waladdhoooooliiin, maka seperti biasa secara serentak jamaah pun menyahut dengan suara keras, Aaaaaamiiiin.
Lalu entah siapa. dibarisan belakang ada seorang jama’ah nyeletuk agak sedikit nyaring....”amin terussss, Gus Dur ee kapan...” katanya dengan logat bahasa Jawa Ngoko.
Beberapa jama’ah yang dekat dengan tukang nyeletuk itu menahan tawanya. Celetukan iseng ini ternyata berbuntut panjang.
Salah seorang jama’ah yang mendengar celetukan iseng itu melaporkan kejadian itu kepada sebuah ormas. Mereka menganggap mahasiswa IAIN Suka telah melakukan pelecehan terhadap ibadah ummat Islam.
Orang itu pasti komunis, sesat. Liberal, kafir! Begitu kesimpulan orang-orang anggota ormas itu.
Lalu ramai-ramai ormas itu mendatangi sekretariat UKM Mahasiswa IAIN, lalu mengobrak-abrik kesekretariatan mereka. Mahasiswa yang tak menyangka diserang dengan orang-orang marah itu berhamburan menyelamatkan diri.
Malamnya pengurus organisasi mahasiswa membuat statement yang menyayangkan aksi pengrusakan itu. Mereka menganggap tindakan itu adalah tindakan main hakim sendiri. Dan oleh karena itu bisa disebut melawan hukum.
Ormas Islam yang melakukan serangan itu tak mau kalah. Mereka membalas statement itu dan menuduh mahasiswa IAIN sudah kebabalasan, sesat, liberal dan mulai disusupi oleh paham komunis.
Lalu merekapun menggelar jumpa pers. Semua wartawan diundang. Setelah wartawan kumpul Ketua Ormas membacakan statement. Mulai dari kronologi hingga pada tuntutannya kepada Mahasiswa dan penegak hukum. Statement itu dibacakan dengan begitu bersemangat. Seperti orasi di mimbar bebas.
“Oleh karena itu kami menuntut pelaku pelecehan di adili. Karena telah melakukan tindakan tercela yang menodai kesucian ibadah ummat Islam. Isi adalah Penistaan terhadap Ayat Alfatehah”.
Setelah itu sang pembaca statement berteriak lantang,...”HIDUP ISLAM” lalu dijawab oleh hadiri dengan “HIDUUUP!” sambil mengangkat tangan.
“HIDUP ALFATEHAH”, hadirinpun menjawab lagi tak kalah semangat, “HIDUUUP!”...
Lalu tiba-tiba dari sebelah kanan ada seorang anak muda berkopiah berteriak tak kontekstual, “HIDUP AMIN”. Lalu seluruh Hadirin dan Sang Pembaca Statement reflek mengangkat tangannya dengan cepat lalu menjawab “HIDUUUP!”
Yang terakhir ini tampak jauh lebih bersemangat.
Suasana hening sejenak. Tak lama beberapa orang hadirin di bagian depan nampak senyum-senyum sambil menahan tawanya. Sedangkan wartawan saling melirik satu dengan yang lain.
_____
Bungben, Pontianak, 14/14/16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...