Aktivitas studi banding di
Pondok Modern Darussalam Gontor yang kami lakukan selama 3 hari (8-11 Juli 2014)
tak hanya memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan bagi kami, namun juga
memberikan pengalaman spiritual yang penuh hikmah. Bagaimana tidak, ditengah
keputusasaan terhadap merebaknya cara berpikir materialistik dalam dunia pendidikan
Indonesia kontemporer yang hanya mampu menciptakan manusia dengan jiwa yang
kering dengan spiritualitas, manusia yang tumpul semangat, intelektual dan
kepeduliannya. Berikut beberapa catatan tentang kehebatan sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam, Gontor Ponorogo.
Pondok Modern (PM) Darusslam memberikan
penekanan yang sangat penting pada niat dan orientasi lembag apendidikan.
Lembaga pendidikan tak hanya dijadikan ruang untuk mengembangkan peserta didik,
akan tetapi dijadikan sebagai ladang amal bagi seluruh stakeholders yang
ditujukan kepada Allah SWT semata. Tak ada sedikitpun tampak dari aktivitas
Ponpes tersebut yang ingin menjadikan lembaga pendidikan sebagai ladang untuk
mencari harta-benda, meningkatkan status pelopor dan pengelolanya. Sebaliknya,
pendirian lembaga pendidikan tersebut secara sempura di desain, dikembangkan
dan dikelola semata-mata sebagai instrument pengabdian kepada Allah SWT. Niat
dan orientasi mengabdi kepada Allah SWT itu dijaga oleh rencana pengembangan
dan tata pengaturan yang sangat detail sehingga secara jangka panjang dapat
menjaga seluruh stakeholeder (pimpinan, pengelola, pengajar, siswa,
lembaga-lembaga pendukung lainnya) dapat mempertahankan niat dan orientasi
tersebut.
Berbasis niat dan orientasi yang
murni 100% mengabdi kepada Allah SWT tersebut ternyata mampu menggerakan
seluruh stakeholders hingga dapat berjalan bersama-sama, bahu-membahu bahkan
mengorbankan harta, benda, dan tenaga demi kemajuan pembangunan Pondok. Tak
heran dalam waktu yang tak terlalu lama pondok pesantren Darussalam mampu
menjadi instrument perjuangan umat, pusat pengembangan peradaban, dan pencetak
generasi Islam super yang memiliki kualitas keimanan, ketakwaan, intelektual
dan kepribadian yang adiluhung.
Selama 2 hari berinteraksi dan
mempelajari serba sedikit tentang Pondok tersebut kami menemukan begitu banyak fenomena menarik yang mampu
meningkatkan keyakinan kita tentang betapa agungnya ajaran Islam. Beberapa
fenomena tak biasa yang mampu kami rekam sepanjang ‘perjalanan spiritual’ itu
antara lain:
1.
Hasil
Peserta didik yang Adiluhung
Saat sampai di Bandara Adisucipto, Yogyakarta, kami
dijemput oleh dua orang santri PM Darussalam, yaitu Andika. Mereka
berdua adalah santri yang pernah diasuh oleh Ustadz. Liqmanulhakim dan telah
menamatkan studi setingkat sarjana. Sepanjang jalan Yogyakarta-Gontor yang
memakan waktu sekitar 6 jam, kami terlibat diskusi dengan tema-tema yang
beraneka ragam. Saya takjub dengan kemampuan dua orang santri ini dalam
melakukan analisis terhadap berbagai fenomena sosial, politik dan ekonomi baik
dalam lingkup nasional maupun dalam lingkup dunia dan keberanian serta kemampuan
mereka dalam mengemukakan pendapat. Mereka juga mampu merekam dan mereview alas
teori dan pendapat para pakar dengan sangat baik. Tak ada statement negatif
yang mereduksi semangat dan motivasi lawan bicaranya, tak ada gagasan yang
keluar dari bibir kedua santri tersebut tanpa diiringi dengan tatapan mata
tajam dan mengkilat. Fenomena ini tak akan bisa kita temukan saat berdiskusi
dengan mahasiswa jebolah S2 sekalipun dari kampus-kampus negeri dan swasta
umum. Cakrawala pengetahuannya jauh
lebih luas dibandingkan tamatan S2 mahasiswa non Pesantren. Gagasannya jauh
lebih bernas, statementnya runtut, jelas dan mudah dipahami. Kedua santri ini
begitu sempurna sebagai seorang intelektual muslim. Haus pengetahuan, serta
memiliki etika yang baik. Saya yang intensif menjadi lawan bicaranya saat itu
langsung berpikir, betapa hebatnya lembaga tempat ia belajar sehingga mampu
menghasilkan santri yang hebat seperti kedua orang ini.
2.
Totalitas
para Pengajar
Rabu Pagi, tanggal 9 Juli saat mengelilingi komplek
kampus Universitas Darussalam, Ustadz. Lukman membawa kami bersilaturahmi
dengan Dihyatun Masqon. Beliau adalah ustadz Bang Luqman pada saat menimba ilmu
di Insitut Islam Darusslam (INSID). Ia
adalah seorang doktor sastra Arab yang menguasai beberapa bahasa dan memiliki
pengetahuan seluas samudra. Pada saat kami bertandang di kediaman beliau, Ustadz
Dihyatus baru saja usai memberikan nasehat seorang santri yang akan melanjutkan
studi di Jerman. Pada awalnya Ustd. Luqman hanya ingin bersalaman dan
mengenalkan kami kepada Ustadz favoritnya itu, namun pada akhirnya kami
terlibat diskusi dalam durasi lebih dari
satu jam dengan sosok intelektual yang sangat rendah hati ini. Beliau
memberikan berbagai nasehat yang mencerahkan kepada kami seputar masalah
pendidikan, tentang arti penting keikhlasan, filosofis memberi, 4 pilar
pendidikan, hingga hikmah puasa yang beliau sebut sebagai jalan tol menuju
kebahagiaan, serta keagungan sistem pendidikan Islam. Ia begitu antusias, bergitu semangat dan
begitu tulus memberikan nasihat kepada kami. Saya telah banyak mendatangi para
intelektual Islam di Pontianak, namun saya tak pernah menemukan sosok
intelektual yang memiliki pengetahuan sangat luas, memiliki pengalaman
pembelajaran di berbagai belahan dunia namun memiliki penampilan yang
sederhana, santun dan tulus seperti beliau. Para intelektual Islam yang saya
temukan biasanya enggan telibat diskusi jika ia tak memiliki kepentingan dengan
kita, para intelektual Islam kebanyakan, enggan berlama-lama membuang waktu
untuk meladeni kahausan orang pinggiran seperti kami yang haus dengan
pengetahuan. Para akademisi yang biasa kami jumpai, seringkali mematahkan
semangat dan tak memberikan apresiasi atas rencana-rencana kecil yang akan kami
lakukan. Sosok Dr.Dihyatun Masqon adalah representasi dari ratusan sosok
pengajar di PM Darussalam yang sudah sangat sulit kita jumpai di sekitar
kita. Seorang pendidik yang melandaskan niatnya hanya untuk Allah semata,
seorang pendidik yang jauh dari hitung-hitungan material-transaksional, seorang
pendidik yang berpengatahuan sangat luas namun tetap santun dan rendah hati.
Dengan sosok pendidik seperti itu, wajarlah jika Ponpes ini mampu mencetak
SDM-SDM yang adiluhung yang tangguh dan mampu menerangi dunia.
3.
Totalitas
para pengelola (manajemen)
Para pengelola Pondok, baik yang bertugas di
madreasah, di INSID, di UNIDA dan puluhan unit usaha pondok memiliki kaharakter
yang tak jauh berbeda dengan kharakter Dr. Dihyatun Masqon, rendah hati,
antusias, berpengatahuan sangat luas namun tetap sederhana. Mereka adalah sosok
kaum profesional yang mampu bekerja
sepanjang hari bahkan sepanjang saat. Padahal gaji mereka jauh di bawah gaji
rata-rata para pengelola kampus atau lembaga pendidikan. Mereka adalah para
pengelola yang sangat taat dengan pimpinan dan mendedikasikan semua yang mereka
miliki hanya untuk pondok tempat mereka mengabdi. Susah menjelaskan jika ada
sekelompok pengeloa Pesantren Anak sholeh (PAS) Baitul Quraan yang bernaung di
bawah PM Darussalam masih sibuk terlibat diskusi hingga pukul 11 malam.
Sulit menjelaskan para pejabat kampus turut serta menyiram tamanan, menyapu dan
membersihkan lantai bersama-sama dengan para santri dan petugas kebersihan.
Sulit menjelaskan seorang anak kyai Syukri yang terkenal itu berkenan meladeni
kami hingga larut malam untuk menjelaskan aneka persoalan teknis tentang
pengelolaan lembaga pendidikan. Namun, begitulah kenyataannya. Kenyataan yang
memukul gelembung-gelembung besi kesombongan kita hingga kempes tak tersisa!
4.
Kesederhanaan
dan Keikhlasan Total Sang Kyai (leadership)
Rabu malam, tanggal 9 juli kami sowan ke kediaman Dr. KH.
Abdullah Syukri Zarkasy, pemimpin Ponpes Darussalam yang begitu disegani oleh
seluruh penghuni Pondok yang jumlahnya lebih dari 5000 orang, seorang
intelektual muslim yang namanya bersinar tak hanya di Indonesia tapi juga di
Dunia. Kami diterima oleh anak Pak Kyai yang bernama Reza. Saat akan beranjak
pulang istri Pak Kyai yang biasa dipanggil Ibu Nyai mengantar kepulangan kami
lalu mengundang untuk berbuka puasa di rumahnya esok hari. Saat akan pulang,
beliau mengajak kami semua untuk menemui suaminya, KH Abdullah Syukri, yang
sedang sakit paska mengalami operasi otak yang mengakibatkan hilangnya sebagian
besar memori dan kontrol terhadap tubuhnya. Kami merasa doa kami yang begitu ingin
bertemu dengan tokoh dibalik keajaiban sistem pengelolaan Ponpes Darusslam ini
langsung diijbah oleh Allah SWT. Kami mencium tangan Pak Kyai yang sedang lemah
tak berdaya di kursi rodanya itu, ia menatap kami dengan tajam, kami tak
sanggup membalas tatapannya yang mengkilat menembus lorong jiwa kami. Kami tak
mampu membalas sorot mata sang pemimpin pondok yang telah mendedikasikan 100
persen hidupnya untuk mendidik puluhan ribu santri, kami tak sanggup membalas
pemilik sorot mata yang telah berhasil mencetak puluhan ribu ulama yang telah
menyebar tak hanya di seluruh Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Kami tak
sanggup membalas pemilik sorot mata yang telah mendesain sebuah lembaga
pendidikan yang menjadi salah satu kebanggaan ummat Islam di dunia ini. Kami
hanya bisa tertunduk sambil berdoa agar Allah SWT memberikan kesehatan untuknya
dengan hati yang teriris-iris dan jantung yang berdebar-debar tak tentu bunyi.
Saya yakin keinginan kami saat itu sama, kami ingin mengetahui lebih jauh
tentang sosok manusia super ini. Tapi tak tau bagaiamana caranya. Namun,
harapan kami ternyata diijabah oleh Allah. Saat pulang Ibu Nyai mengampiri
Ustadz Lukman dan mengajak kami semua untuk berbuka puasa di rumahnya esok
hari. MasyaAllah!!!
Tentu saja ajakan itu tak akan kami sia-siakan.
Keesokan harinya kami kembali sowan ke kediaman Pak Kyai untuk memenuhi
undangan Ibu Nyai. Kami diterima oleh Mas Reza, Putra Pak Kyai. Mas Reza
meminta kami untuk langsung menuju ke belakang, Ibu Nyai menunggu kami di
bagian belakang rumahnya tempat berkumpul keluarga yang memiliki hubungan
sangat dekat. Betapa bangga hati kami saat itu. Subhanallah, Allahuakbar sore
itu hanya ada kami dan keluarga inti Pak Kyai, yaitu Ibu Nyai sendiri, Dua
orang putra Pak Kyai beserta istrinya, serta satu orang putri Pak Kyai. Kami
terlibat pembicaraan yang demikian hangat dengan keluarga Kyai Besar itu,
pembicaraan yang tak berjarak, interaksi yang begitu apa adanya. Kami shalat
maghrib berjamaah bersama keluarga inti beliau satu shaf bersama Pak Syukri
yang shalat di atas kursi roda, kami mengamini doa Pak Kyai yang beliau
sampaikan dengan suara yang begitu lirih, kami juga shalat Isya bersama Pak
Kyai dan keluarga intinya di mushola keluarga yang terletak di belakang
rumahnya. Shalat isya yang diimami langsung oleh Kyai Syukri. Kami juga
melaksanakan shalat tarawih bersama Pak Kyai dan keluarga intinya dengan shaf
yang rapat tak berjarak. Subahanallah!
Selama kurang lebih 4 jam kami berinteraksi langsung
dengan Pak Kyai Syukri dan keluarga intinya. Sulit bagi kami untuk
menggambarkan kesan kami berinteraksi dengan keluarga beliau. Tak ada kata-kata
yang bisa mewakili kekaguman kami terhadap cerita Mas Reza tentang cara Pak Kyai
mendidik anak-anaknya. Tak ada kata-kata yang bisa mewakili kekaguman kami
dengan keramahan ibu Nyai dan keluarga yang tulus, sederhana dan apa adanya.
Sulit, sungguh sulit. Mereka begitu sederhananya sehingga membuat kami tak
sadar bahwa kami sedang berinteraksi dengan keluarga seorang ulama besar yang
dikagumi dunia.
Keikhlasan dan kesederhanaan yang menjadi salah satu
filosofis Pondok Pesantren Darusslam ini tak hanya hidup di lembaga pendidikan,
tapi juga begitu hidup di jiwa seluruh keluarga Pak Kyai Syukri. Ya Allaaaahhh.
Ternyata inilah rahasia dibalik kehebatan PM Darussalam yang terkenal seantero jagad itu. Filosofis ikhlas dan sederhana yang hebat itu
telah dipraktekan terlebih dahulu oleh seluruh anggota keluarga Kyai Syukri.
Beliau menerapkan filosofi s itu secara total se total-totalnya.
Kesederhanaan dan keihklasan keluarga Pak kyai inilah
yang menyinari kesederhanaan dan keikhlasan seluruh stakeholder Pondok, para
pekerja lepasnya, para santrinya, para ustadznya, para pengelola Ponpes, hingga
para profesor doktor yang mengabdikan diri untuk memajukan dunia pendidikan
ummat Islam di Pondok Modern Darusslam itu.
5.
Sistem
pembelajaran yang detail dan sempurna (methode)
Tak berlebihan jika saya memberikan predikat Pondok Modern Darussalam sebagai Sekolah Kehidupan. Pondok ini bukan sekedar tempat untuk
menimba ilmu pengetahuan, namun juga untuk menajamkan kesadaran sebagai Abdi
Allah, menyuburkan spiritualitas, mengembangkan kharakter sebagai muslim yang
cerdas, disipilin, berjiwa kepemimpinan namun tetap bertakwa dan rendah hati. Sekolah
kehidupan itu berlangsung 24 jam dalam sehari bukan hanya 5-6 jam seperti di
sekolah-sekolah biasa. Sekolah kehidupan itu dan diselenggarakan dalam seluruh
ruang dan waktu yang ada dengan sistem pembelajaran yang diatur dengan sangat
detail dan sempurna, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Tak ada
satupun aktivitas yang lepas dari sistem pembelajaran dan pengajaran, sejar di
ruang kelas, masjid, uang olah raga, ruang makan, hingga ruang tidur. Semua
orang melakukan hal yang sama, jam berapa melakukan apa untuk apa dan untuk
siapa. Semua orang melakukan dengan irama yang yang begitu indah tanpa tekanan
dalam sistem pengaturan yang detail dan sempurna. Semua orang adalah santri dan
semua santri adalah guru bagi sesama, semua pengikut adalah pemimpin dan semua
pemimpin adalah pelayan bagi yang dipimpin. Semua diatur melalui norma-norma,
tata tertib, peraturan dan kesepakatan-kesepakatan tak tertulis.
6.
Sistem
Manajemen yang Jenius (manajemen/administrasi)
PM Darussalam adalah sebuah sekolah kehidupan yang
berkembang by design. Saya tak pernah melihat sebuah organisasi yang dikelola
secara detail. Saya juga tak pernah melihat organisasi yang mampu menjalankan
peraturan dengan sangat konsisten sepanjang waktu, sepanjang detik dan selama
berpuluh-puluh tahun lamanya. Saya tak
pernah menjumpai organisasi dimana para pemimpin dan pengelolanya mengetahui
secara persis berapa jumlah kelas, berapa jumlah pintu dan jendela, berapa
jumlah kamar mandi hingga berapa jumlah keran air yang dimiliki oleh pondok.
Saya juga tak pernah melihat satu organisasipun yang mampu melakukan sistem
perencanaan, pengarahan, pengkoordinasian dan controlling secara detail dan
sempurna seprti yang diterapkan di PPondok ini. Saya juga tak pernah melihat
sebuah organisasi yang mengatur
kehidupan ribuan orang dimana sang pemimpin dapat mengetahui secara detail dan
cepat apapun yang terjadi pada organisasinya. Dan saya sungguh tak pernah
menyaksikan seluruh anggota organisasi begitu patuh dengan perintah dan arahan
pemimpinnya. Saya tak tahu apa nama sistem manajemen yang diterapkan di Pondok ini. Yang saya tahun manajemen Ponpes ini adalah sebuah sistem manajemen yang
jenius yang di ciptakan dan dibangun oleh orang-orang yang jenius pula.
7.
Kemandirian
yang Menakjubkan
Selama dua hari berada dalam komplek Pondok Modern Darussalam
kami diajak berkeliling oleh Ustadz Lukman mengunjungi unit-unit usaha yang
didirikan oleh pimpinan pondok. Sejauh yang kami ingat ada sekitar 32 unit
usaha yang dikelola secara langsung dan tidak langsung oleh Pondok. Diantaranya
Penggilingan padi, supermarket, percetakan, penerbitan, majalah, toko buku,
konveksi, toko bangunan, toko roti, ice cream, air minum dalam kemasan,
transportasi, wartel, pengolahan sampah, BMT, radio, televisi, recording,
wisma, dan hotel. Unit-unit usaha
tersebut ada yang dikelola dibawah yayasan, di bawah organisasi santri, maupun organisasi kampus. Yang menarik adalah semua
unit usaha tersebut didirikan dalam rangka untuk mensuplai kebutuhan pondok.
Sebagian juga didirikan untuk melayani masyarakat umum. Sleuruh keuntungan
diserahkan kepada pondok untuk didistribusikan bagi kepentingan pembiayaan
operasional pondok dan pengembangan. Dengan demikian sangat sedikit produk atau
jasa keperluan pondok yang dibeli dari luar. Faktor lain yang menarik adalah
unit-unit usaha tersebut memiliki sistem yang sangat profesional baik
menyangkut sistem produksi, sistem pemasaran, sistem pengelolaan keuangan
hingga sistem pelaporan. Seluruh unit usaha dioperasionalkan secara sukarela
oleh santri. Dengan kata lain para pengelola tersebut tidak digaji. Para
pengelola tersebut adalah para santri yang ditugaskan secara khusus berdasarkan
keahlian masing-masing. Para pengelola tersebut menjalankan sebuah tugas yang
disebut masa pengabdian. Masa pengabdian
berlangsung selama 6 tahun, dimana santri-santri pilihan diberikan
tanggungjawab untuk mengelola unit usaha secara sukarela sambil melanjutkan
studinya pada jenjang yang lebih tinggi setelah selesai menamatkan jenjang
pendidikan tertentu. Sungguh tidak rasional, namun tak ada satupun unit usaha
tersebut bangkrut atau mengalami kerugian.
Strategi kemandirian internal yang oleh pimpinan pondok disebut dengan
sistem ekonomi protective tersebut sungguhlah menakjubkan. Karena mampu
dikelola dengan sangat efisien oleh orang-orang yang secara mental dan
intelektual telah dianggap memadai untuk menjalankan roda bisnis secara
profesional.
8.
Tradisi
ilmu yang hidup
Para pengabdi di lingkungan pondok pesantren pada
dasarnya adalah santri yang menimba ilmu di PM Darussalam. Setiap hari mereka terlibat dalam
proses belajar mengajar dan praktek keilmuan secara praksis dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian Pondok ini memiliki tradisi ilmu yang selalu hidup
semua orang berupa menimba dan
mengembangkan ilmu barunya. Jangan heran apabila banyak santri yang mengabdi di
pondok ini memiliki pengalaman dalam cakupan internasional. Mereka biasa
dikirim ke luar negeri untuk memperdalam ilmu belajar di lembaga-lembaga
pendidikan formal, mengisi diskusi, menjadi bagian dari kegiatan pertukaran
santri, dsb. Ketika pulang ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan wajib untuk
disampaikan kepada orang lain.
Rumah-rumah ustadsz dan dosen terbuka 24 jam untuk dikunjungi oleh
santri yang ingin berdiskusi, atau berkonsultasi. Para ustadz dan dosen ini
akan dengan senang hati melayani para santri tersebut dirumahnya. Dengan
demikian setiap saat proses diksusi dan pertukaran ilmu pengetahuan berlangsung
tiada henti di lingkungan Pondok Darussalam.
Saya belum pernah menemukan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki tradisi
ilmu yang selalu hidup seperti PondokDarussalam ini.
9.
Keseimbangan
Rasionalitas dan Spiritualitas
Merasakan denyut nadi kehidupan di Pondok Modern Darussalam ini bagaikan meyaksikan peradaban Islam melalui buku-buku sejarah
gemilang Islam pada masa kekhalifaan. Seorang santri yang berpenampilan sangat
sederhana dan sangat taat menjalankan aktivitas ibadah wajib secara tak terduga adalah seserang yang juga ahli dalam bidang komputer, bangunan, hukum, bisnis,
atau teknologi penyiaran. Kemampuan praksis mereka ditopang pula dengan
penguasaan basis teoritik yang mapan. Sehingga tak usah heran jika ada seorang
santri yang dapat menjelaskan sejarah dan tekhnik pengembangan sebuah software
pengolah musik dengan sangat detail dari awal hingga akhir sambil menggunakan
sarung dan peci hitam.
10. Sistem Kaderisasi yang Hebat
Faktor lain yang menakjubkan diPondok ini adalah sistem
kaderisasi. Para santri telah dikondisikan sejak awal agar mampu mengatur dan
memimpin dirinya, memimpin teman-temannya, dan memimpin sebuah tim ekskul atau
tim bisnis. Proses kaderisasi juga diatur sedemikian rupa sehingga terdapat
berbagai istilah seperti santri, ustadz, kader, hingga personal yang mewakafkan
diri untuk mengembangkan pondok. Kader yang menwakafkan diri tersebut berarti
hingga mati ia akan terus berada di lingkungan pondok dan menyumbangkan segala
pengetahuan dan keahliannya demi pengembangan santri dan pondok. Para pemimpin
juga seringkali memindah tugaskan santri-santri ke bidang tugas yang berbeda,
mulai sebagai pekerja kasar, hingga seorang manajer unit usaha. Dengan sistem
ini, Ponpes Darussalam tak perlu khawatir akan kekurangan pemimpin di masa yang
akan datang. Yang menarik sistem pengkaderan di Pondok ini memiliki standarisasi
yang sama. Proses kaderisasi dilakukan dengan 7 cara, yaitu pendidikan,
pengarahan, penugasan, pembinaan, pengecekan, dan beberapa point lagi yang saya
lupa.
trims
BalasHapusSubhanalloh,,,sangat banyak rizqi yang tak terlihat untuk saya hingga hari ini.....
BalasHapus