Sabtu, 08 November 2014

Masjid Kapal Serdam

Masjid Munzalan Mubarakan II adalah cikal bakal berdirinya Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin. Masjid ini dibangun menggunakan dana pribadi oleh H.M.Nur Hasan. Sebelumnya, bersama H.Rahmat, HM.Nurhasan membangun Masjid Munzalan Mubarakan I yang terletak di Jl. Ampera.
Kedua masjid ini memiliki bentuk yang hampir sama yang menyerupai sebuah kapal. Tak heran para jamaah lebih sering menyebutnya dengan nama Masjid Kapal. Masjid Munzalan Mubarakan II yang terletak di S.Raya Dalam disebut dengan Masjid Kapal Serdam, sedangkan yang di Ampera disebut Masjid Kapal Ampera.
Masjid Kapal Serdam adalah sebuah masjid yang tak pernah sepi dengan kegiatan. Para aktivis Dakwah sering menjadikan masjid ini sebagai tempat pertemuan dan tempat untuk menggelar berbagai bentuk kajian keagamaan. Salah satu lembaga yang menjadikan Masjid ini sebagai basis aktivitas adalah Yayasan Ashabul Yamin Khatulistiwa yang diketuai oleh ustaz Luqmanulhakim. Di Masjid Kapal Serdam ini pulalah pada tanggal 15 Ramadhan 1435 H, PMM AY didirikan.
Kini di dalam masjid berukuran sekitar 200M2 itu semakin penuh dengan aneka aktivitas. Terdapat setidaknya 3 aktivitas Majelis Pengajian tetap yang digelar di Masjid ini yaitu Forum Subuh Menggapai Keberkahan (ForumSMK) yang diselenggarakam setiap Sabtu subuh, Majelis Pengajian Bayt Quran, setiap Sabtu siang, serta Majelis Pengajian Berkah Negeriku dengan Al Quran yang diadakan setiap Ahad Pagi.
Selai tiga majelis pengajian tetap, setiap jumat malam ada semacam program i'tikaf yang diselenggarakan oleh PMMAY. Program itu disebut Terabas, terapi bangun subuh yang diselenggarakan setiap jumat malam.
Selain itu ada pula kegiatan kursus bahasa Arab yangbdiselenggarakan setiap Jumat Sore.
Masjid Kapal Serdam juga tergolong sangat aktif mengundang tokoh-tokoh agama untuk mengisi radio komunitas yang didirikan di ruang belakang masjid. Radio itu bernama Radio Munzalan yang baru diresmikan pada tanggal....yang lalu.
Saat ini Masjid Kapal serdam sedang berencana melakukan perluasan dengan menambah ruangan pada bagian atas Masjid yang akan difungsikan sebagai cafe dan kantor lembaga masjid, serta memperluas ruang masjid di bagian samping yang akan dijadikan sebagai wisma dan atau aula.

Minggu, 26 Oktober 2014

PMMAY bagian 2

Berdirilah kemudian Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin yang lalu lebih populer di sebut PMM AY. Saya membuka sejarah baru dalam aktivitas kemasyarakatan sebagai 'orang Islam'. Iya, orang Islam karena selama ini agama saya memang Islam tetapi saya tak pernah merasa menjadi orang Islam. Bagaimana bisa menjadi orang islam, lha wong saya bergaul dengan orang-orang yang tak pernah memikirkan orang Islam.lha wong sebagian besar teman-teman saya tak pernah memikirkan kemashlahatan orang islam.lha wong bahkan saya dan temen-temen saya tak pernah memikirkan kualitas ke islamannya. Hidup saya selama ini split, terpisah. Beragama Islam tapi punya lingkungan yang tidak islami, kawan bisnis yang tak islami, temen diakusi yang juga tak islami. Wah kalau semua islami, berarti ekslusif? Yaa untuk urusan gagasan, semangat memang yang paling bener kudu ekslusif. Tapi kalau urusan interaksi harusnya inklusif.
Nah, ketika saya mewakafkan diri di Pondok, maka pekerjaan saya sekarang adalah saya harus memikirkan kemashlahatan orang-orang Islam, bersama orang-orang Islam sungguhan. Tak mungkin saya mampu membantu merumuskan program yang membumi tanpa menyelami dan memahami obyek dengan kesungguhan hati. Oleh karenanya,pekerjaan terberat pertama saya adalah mentransformasikan diri dari orang sekuler menjadi orang Islam.hihii...
Syukurnya spirit ke Islaman pernah saya dapatkan saat menjadi aktivis masjid di jogja tahun 95-an. Walaupun sulit tapi bukan persoalan besar bagi saya. Saya tak punya beban karena mengambil posisi sebagai pembantu yang bertugas merancang sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat yang bergabung di PMM AY. Lalu memastikan bahwa rancangan itu dapat diaplikasikan dan jika tidak harus diperbaiki agar dapat berjalan pada koridornya. Tugas kedua adalah memperbaiki organ-organ yang telah ada dari dimensi manajerial dan komunikasi. Tugas memperbaiki tak terlalu susah karena obyeknya tak terlaku banyak lagian tak ada pula yang mesti diperbaiki karena telah berjalan dengan sangat baik. 3 lembaga itu adalah Yayasan Ashabul Yamin Khatulistiwa, Lembaga Masjid Munzalan Ashabul Yamin dan Pusat Dakwah. Selain 3 lembaga itu ada satu majelis pengajian yang dilakukan setiap sabtu subuh dengan nama pengajian SMK, subuh menggapai keberkahan dengan jumlah peserta antara 50-70 orang.

Proyek pertama saya adalah membantu Ustaz Lukman mengumpulkan materi pengajian yang berserakan lalu mempackingnya untuk kegiatan pengajian, diskusi maupun pelatihan. Untuk tujuan itu berdirilah ASI-Solution. Proses diskusi yang cukup intensif dengan ustaz Luqman pada saat proses pendirian Asi Solution melahirkan beragam gagasan. Setiap gagasan yang bergulir saya usulkan untuk diorganik kan menjadi sebuah organisasi dengan misi yang spesifik.
Bersirinya AsiSolution diikuti dilanjutkan dengan berdirinya TK Auladul Yamin yang digagas oleh Ustaz Luqman dan para akhwat majelis pengajian berbarengan dengan proses pendirian Asisolution. TK ini kemudian bekerjaaama dengan Pesantren Anak Shaleh milik Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
Tak lama setelah itu dibentuk Buletin Aflaha, Radio Munzalan, Munzalan Trading Center (MTC), ForumSMK dan Baitul Maal PMM AY.
Seluruh lembaga itu total berjumlah 10 lembaga. 3 telah ada sebelumnya sedangkan 7 lembaga didirikan dalam kurun waktu sekitar 3 bulan. Allahuakbar!
Saat tulisan ini dibuat, keseluruhan lembaga tersebut semuanya produktif namun belum sehat benar sehingga masih belum sanggup berjalan tegak, masih tertatih-tatih.
Tapi kami semua tak punya beban moral karena semua bergerak atas ijin Allah serta apa adanya. Bukan karena dipaksa, dirongrong, atau dibuat karena pesanan seseorang yang berkuasa.

Bersambung

Sabtu, 25 Oktober 2014

PMMAY bagian 1

3 bulan yang lalu, dipertengahan bulan Ramadhan, sekitar 24 orang aktivis dakwah yang beraktivitas di Masjid Kapal Munzalan Mubarakan I serdam mendeklarasikan berdirinya pondok. Dipimpin oleh ustaz Luqman, ketua yayasan ashabul yamin khatulistiwa dan H.M.Nur Hasan, takmir masjid Munzalan Mubarakan 2, 24 aktivis dakwah, ikhwan dan akhwat, mewakafkan dirinya untuk membangun sebuah gerakan dakwah di bawah koordinasi pondok.

Saat itu suasana penyerahan diri itu berlangsung haru. Pipi seluruh rekan yang menandatangani wakaf diri itu basah oleh kucuran air mata. Bergetar, gembira, dan mungkin juga bingung apakah bisa berkesungguhan melaksanakan komitment seumur hidup untuk melanjutkan setitik gerakan dakwah dari samudra gerakan dakwah yang diperjuangkan oleh Rasulullah.

Tanda tangan telah dibubuhkan dengan cairan tinta dan air mata. Ia telah terukir dalam hati dan terserap oleh alam semesta. Allah, manusia, udara dan semesta raya merekam komitmen itu.
Setelah proses deklarasi, Ustaz Lukman mendapatkan mandat untuk memimpin pondok bersama H.M.Nurhasan. Mandat beliau terima. Dan tanpa berlama-lama beliaupun mengajukan usulan agar pondok tersebut dipimpin oleh tiga orang. Dan nama yang diusulkan adalah saya sendiri.
"Saya? Wew?! Inikan pondok dakwah bukan pondok lesehan yang menjual pecel lele. Yang bener aja", begitu tolak batin saya.
Setelah mengalami pergolakan batin dan menerima masukan dari Ustaz Luqman Bang Nur Hasan dan temen-temen yang lain, singkat cerita saya tak punya alasan untuk mengambil tanggung jawab.
"Saya akan coba barang setahun untuk membeckup pondok ini, semampu saya, lalu mengundurkan diri dan meminta temen-temen yang lebih layak dalam ilmu agama dan spiritual untuk menggantikan saya. Bisa kacau kepercayaan publik jika saya yang saat itu notabene memiliki pemikiran yang jauh dari nuansa ke Islaman". Begitu pikiran saya saat itu. Setelah itu sayapun menyatakan, oke siap, ga masalah!

Singkat cerita akhirnya sayapun menerima amanah itu. Masih dengan perasaan yang "aneh".

Nah, pada saat itu nama pondok belum diputuskan. Awalnya disebut Pondok Modern Munzalan Darussalam, namun setelah melakukan seputaran musyawarah ditetapkanlah nama baru yaitu Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin. Sebuah nama yang panjang, namun sarat dengan makna historis. Nama itu dipilih untuk mengabadikan cikal bakal lahirnya pondok yang berpusat di masjid munzalan mubarakan dengan aktivitas dakwah sosial yang diusung oleh Yayasan Ashabul Yamin Khatulistiwa.
Sayapun mengambil tanggung jawab untuk mempopulerkan nama itu. Tanpa berlama-lama sayapun merancang logo dengan menggabungkan inisial M dan A. Lalu membubuhkan tiga titik berbentuk belah ketupat yang mewakili kharakter gerakan masjid munzalan dan yayasan ashabul yamin, yaitu Alquraan, shalat, infaq (ASI). Setelah jadi, saya ajukan ke Ustaz Luqman dan bang Nur hasan. Alhamdulillah keduanya sepakat. Lalu digunakanlah logo sederhana itu secara resmi.

Bersambung

Sabtu, 18 Oktober 2014

Format Gerakan Mahasiswa Paska 98 : PRINSIP-PRINSIP YANG HARUS DIBANGUN




Kebebasan dan kegemilangan intelektual harus tetap menjadi kharakter aktivis mahasiswa. Hal itu dipelihara dan ditumbuhkembangkan lewat tradisi membaca, menulis, diskusi, kaderisasi, membangun basis massa, dan melakukan aksi-aksi protes terhadap kesewenangan dan penindasan. 

Jangan berharap gerakan mahasiswa akan menghasilkan perubahan dan menjadi pandu bagi masa deoan negeri ini, jika salah satu dari faktor diatas ditinggalkan. Jangan ngaku aktivis kalau ga suka baca, ga bisa nulis, ga mau diskusi, tak punya basis massa dan enggan melakukan aksi.

Gerakan mahasiswa juga harus keluar dari konflik-konflik internal yabg tak menguntungkan. Kalau bisa format kepemimpinan dibuat sistem imamah, sehingga lebih stabil dan dapat mempersempit terjadinya intrik dan adu domba. Setelah itu arahkan pandangan dan energi untuk persoalan-persoalan eksternal. Dengan demikian gerakan akan semakin kuat. Karena tak ada gerakan yang kuat jika cakrawala berpikirnya masih dalam tempurung kampus belaka.



Marwah Gerakan 

Kehormatan gerakan kampus ditegakan karena moralitas, ilmu pengetahuan, kesolidan basis massa, ketajaman berkomunikasi, dan militansi yang tinggi dalam mewujudkan idealisme jangka panjang dan jangka pendek.

Di internal kampus mestinya posisi aktivis bersejajar dengan pejabat dan atau akademisi kampus. Mereka adalah partner kerja dan partner diskusi. Jadi tak selayknya mental gerakan diletakan dalam posisi vertikal.

Secara praksis jadikan para pengelola dan akademisi sebagai narasumber dalam forum-forum diskusi formal maupun informal. Jika narasumbernya adalah seorang rektor, maka narasumber kedua mestilah ketua BEM. Undang para doktor atau para akedemisi kampus dalam diskusi-diskusi panel informal seperti di sekretariat, masjid, dsb. Dengan demikian terbangunlah mental forum dan intelektualitas yang mumpuni.


Dalam hubungan eksternal pengembangan marwah gerakan juga busa dilakukan dengan mengundang para stakeholders daerah untuk diskusi sejajar dengan mahasiswa. Jangan pedulikan kualitas materi, tapi pentingkanlah proses...jadikan mereka sebagai partner sejajar.


Sekarang ini, kampus hanya dijadikan instrument komunikasi oleh pihak eksternal. Bentuknya macam-macam, penyelenggaraan forum diskusi yang mahal, dsb. Habis diskusi habis pula perkara. 

Mestinya biaya untuk "pagelaran diskusi" bisa dialokasikan untuk belasan putaran diskusi kecil yang bermanfaat bagi perkembangan intelektualis dan menfasilitasi ilmiah.

Pengembangan intelektulitas ini sangat penting dalam membangun peregerakan dimasa damai. Dan hal ini harus menjadi tradisi hingga ditemukan momentum yang pas untuk bergerak., berjuang dan kembali menggelorakan perubahan.

Bunben
Pontianak 18 Oktober 2014

FORMAT GERAKAN MAHASISWA PASKA 98


Beberapa waktu yang lalu saya diajak bung Qodja untuk mengisi diskusi terbatas untuk rekan-rekan BEM universitas tanjungpura pontianak. Ada sekitar 7-8 peserta diskusi saat itu. Hadir juga pada saat itu Ketua Presiden Mahasiswa Untan, Bung Rahmat Syaiful.

Bung Qodja yang meminta masukan dari tentang format gerakan mahasiswa yang ideal saat ini.

Jujur, sebenarnya saya enggan mengisi diskusi dengan tema seperti itu. Selain karena tak pernah lagi memelihara memori tentang gerakan mahasiswa masa lalu, akal dan semangat saya saat inipun sedang dipenuhi oleh dakwah-dakwah praksis modern yang sedang kami bangun bersama di Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin. Kerja-kerja praksis yang berkaitan dengan pengembangan pendidikan dan layanan sosial sangat dibutuhkan masyarakat saat ini.

Tapi, okelah, tentu tak beradab jika saya menolak untuk mengisi sebuah majelis ilmu. Pamali. Pantang bagi seorang muslim.

Saya mengawali diskusi dengan melakukan refleksi terhadap gerakan 66, 74, 80 dan 90an. Saya menjelaskan kharakter dan format gerakan tersebut. Reflekai ini penting untuk meyakinkan bahwa gerakan mahasiswa selalu lahir dari tantangan zaman. Beda tantangan, beda gerakan, beda pula kharakter aktivis yang terbentuk dari tantangan dan pola gerakan yang dilakukan. 

Nah, pertanyaan tentang bagaimana memformat gerakan mahasiswa saat ini, akan dapat dijawab jika mahasiswa dapat membaca dengan kritis tantangan jaman saat ini.


Perbedaan pola pengelolaan kekuasaan mengakibatkan perubahan pula pada pola penindasan. Mencermatinya dengan teliti akan menghasilkan pemahaman yang kuat terhadap situasi saat ini. Pemahaman atas situasi sosial,politik yang benar akan dapat membanth kita memahami akar persoalan dan sumber penyebabnya. Dari sini kemudian kita dapat merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalahan dan menentukan dimana posisi yang dapat diperankan oleh gerakan mahasiswa. 

Bahwa telah terjadu pula perubahan dalam kultur mahasiswa dan pemuda sebagai motor pendorong perubahan sat ini. Perubahan ini didorong oleh kemajuan dalam bidang teknologi infirmasi. Tentu hal ini akan sangat menentukan bagaimana format taktis dalam menyampaikan persoala. Kepada masyarakat dan penggumpalan emosi pada basis massa gerakan agar dapat bersama-sama bersikap atas persoalan yang terjadi.


Bisa jadi hari ini, media massa konvensional seperti koran, radio dan televisi sudah tak relevan lagi dijadikan alat untuk mengemas gagasan dan menggulirkan propaganda. Bisa jadi pula aksi-aksi yang mengandalkan megaphone, ban bakar, dan aksi repressif justru kontraproduktif untuk memunculkan issue, membangun pemahaman yang sama atas persoapan yang muncul, atau bahkan dan memancing emosi perlawanan basis massa.

Apapun hasil pengkritisan terhadap zaman, namun tetap saja gerakan mahasiswa harus selalu terdepan dalam pengembangan pengetahuan.

Gwrakan mahasiswa perlu menjadi kantong penghasil pemimpin bangsa. Dan peluang itu terbuka begitu lebarnya. Kenapa? Karena pengetahuan hari ini ada dijari mahasiswa.  Teknologi smartphone telah memungkinkan eksplorasi ilmu dan pengetahuan menjadi begitu mudah dan begitu cepat. 

Jika kita piawai memanfaatkan peluang ini, besar kemungkinan para pemimpin baru lahir dari gerakan mahasiswa saat ini. Bukan dari partai politik. 

Karena dengan siatem demokrasi saat ini, rasanya kita tak bisa berharap banyak kepada lembaga-lembaga politik untuk menghasilkan calon-calon pemimpin yang berintegritas sekaligus sigap menjawab tantangan jaman. 

Saya sampaikan.pula bahwa satu-satunya kantung kepemimpinan bangsa yang masih bisa diharapkan hanyalah organisasi militer!


Faktor independensi gerakan mahasiwa juga perlu diberikan perhatian khusus oleh aktivis gerakan. Jangan pernah bergantung dengan mereka yang punya otoritas keuangan dan jaringan politik. Tak perlu risau jika agenda gerakan tak mendapatkan dukungan financial dan akses jaringan. Cari dan bangun sendiri!


Gerakan mahasiswa saat ini juga perlu memutus hubungan dengan tokoh-tokoh partai politik. Tak ada yang bisa kita timba dari mereka yang sedang berada di partai politik saat ini. 

Yang benar justru merekalah yang harus bergantung dengan mahaiswa. Karena keran-keran yang dapat mengalirkan pengetahuan ada ditelunjuk generasi muda.

Kesempatan sungguh terbuka luas, kawan! Mari bergerak!

Bersambung

Pontianak, 18 Oktober 2014

Kamis, 16 Oktober 2014

Jurus Taichi Ustadz Luqman

Ternyata prinsip kungfu taichi sangat efektif diterapkan dalam seni kepemimpinan. Hal itu ditunjukan dalam seni kepemimpinan ustaz Luqmanulhakim, satu dari tiga pimpinan Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin Pontianak.
Dengan jurus taichi nya puluhan anak muda dari berbagai latar belakang profesi dan disiplin ilmu menggabungkan diri secara sukarela untuk membeckup usaha dakwah.

Kini, dalam jangka waktu tak lebih dari 3 bulan telah berdiri 8 organisasi dakwah baru yang tak pernah sepi dengan berbagai aktivitas dakwah. Ada ASISolution, Pesantren Anak Shaleh Auladul Yamin, Pusat Dakwah Munzalan, Munzalan Trading Centre, RadioMunzalan, Buletin Aflaha, Baitul Maal PMM AY, dan ForumSmk.

Sementara itu 2 lembaga yang telah ada sebelumnya yaitu Yayasan Ashabul Yamin Khatulistiwa dan Lembaga Masjid Munzalan tetap Mubarakan, tetap tak pernah sepi dari aneka kegiatan.
Para anak muda yang bergabungpun bukan anak muda sembarangan. Ada  Robby, owner TanyaFebrry, lalu ada Ivan, Ian dan Jopie 3 sekawan pengusaha dalam bidang arsitektur. Ada Al-kautsar praktisi kuliner tersohor di Pontianak, Nandi, owner Pizza StarHot, Qodja, aktivis dakwah dan owner toko buku Granada, R Ridho, mantan pimred Harian Equator dan owner PontianakTimes, Nandy, graphic Designer, Waliz, konsultan pertambangan, Harry Saputra, seorang programmer software dan salah satu dari 12 karyawan joomla perusahaan software kelas dunia, serta puluhan anak-anak muda yang terlalu panjang jika ingin disajikan di tulisan ini.

Sebelum mereka semua telah bergabhng anak-anak muda tangguh lainnya seperti Adi Pratama dan Rafli dua sekawan yg sekarang menjadi "Raja Tanah Kavling di Pontianak", ada Frass, Luthfi, Ikhsan, shidieq, Hanif, Wahid, dsb.

Para akhwat dakwah juga telah lebih dahulu menggabungkan diri dalam aktivitas dakwah bersama Ustadz Luqman. Ada Bunda Yaya, mantan Kepala Sekolah TK Al Azhar, Trisna Handayani, Asisten Manajer Bank Indonesia, Mira dan Linda, pengusaha dalam bidang property, dan puluhan akhwat lainnya yang belum sempat saya kenal satu persatu.

Lho mengapa kok temen-temen muda yang hebat-hebat mau bergabung di Pondok yang baru seumuran jagung ini?
Semua tak kepas dari kharakter Ustaz Luqman yang jauh dari ego, lebih banyak mendengar daripada berbicara, mengedapankan kebersamaan, memiliki solidaritas yang tinggi, serta sangat menghargai prestasi dan potensi anak-anak muda. Ia juga tak pernah mau bersinggungan dengan aktivitas politik praktis, serta mampu mengakmodir semua kepentingan para aktivis dakwah dalam kebersamaan dan persaudaraan.

Kharakter lain yang menonjol adalah kemampuan Ustaz Luqman untuk menyalurkan surplus energi dari rekan rekan muda untuk mengemban tanggung jawab dakwah islamiah dengan cara-cara yang soft dan sesuai dengan potensi yang mereka miliki.

Saat ditanya rahasinya, Ustaz Luqman menjawab, dakwah di jaman sekarang ini tak perlu neko-neko. Cukup pake jurus taichi aja. Ada potensi, salurkan. Ada energi, salurkan. Mereka yang menyalurkan energinya akan merasakan kenikmatan ketika energi itu berdampak positif bagi orang lain. "Saya ini hanya menyalurkan energi mereka aja". kata Ustaz Luqman.

Dengan kharakter ala pendekar taichi ini pula sumbangsih PMM AY yang ia pimpin memiliki kemajuan pesat dalam bidang usaha dakwah dan pelayanan sosial. Minimal 17 Pantiasuhan dan Pondok Penghafal Alquran yang berhasil disantuni lewat gerakan infak beras yang ia pimpin bersama para aktivis pondok lainnya.

Selasa, 14 Oktober 2014

Trust Society Ala Gus Tanto

Kalau ga salah sekitar 5 tahun yang lalu saya membaca buku Kinichi Ohame yang berjudul Trust Society. Ohame adalah seorang futuristik kawakan dari Jepang yang mengajukan tesis bahwa kemajuan sebuah bangsa sangat terkait erat dengan kejujuran dari masyarakatnya. Menurutnya masyarakat yang jujur akan membuat relasi antar masyarakat menjadi lebih cepat dan lebih efektif. Misale temen saya yang jualan ikan di Pasar Flamboyan Pontianak, itu ga perlu pake giro untuk mengambil ikan dari pengepul. Cukup buat nota dari kertas bungkus rokok ia bisa mengambil ikan bernilai belasan juta dalam waktu yang tak sampai 5 menit. Bandingin aja ama proses pinjam uang di Bank...mumet buanget dah. Yo ribet, suwi dan belum pasti juga cairnya.
Nah, kejadian pada Gus Tanto yang dikejar2 sama pemilik ladang minyak, atau tambang batu bara kalau dijelaskan saya pikir ya sama dengan maksud bung Ohame tadi. Itu semua terjadi karena persoalan trust, persoalan kepercayaan.

Kalau mendengarkan cerita dari Gus Tanto, bahwa titik baliknya itu terjadi justru pada saat ia sibuk ngurusin pesantren dan anak yatim dan meninggalkan kesibukan bisnis. Banyak orang yang justru mengajaknya berbisnis justru ketika ia tidak ngurusin bisnis. Lho kok bisa...
Ya ga tau persis juga saya.Tapi sunatullah nya memang gitu. Kalau mau dipaparkan lewat analisis sebab akibat hal itu terjadi karena persoalan trust yang dimaksud ama k ohame tadi. Maksudnya, kalau kita berbisnis, normalnya kita akan berbisnis dengan orang yang jujur dan komit. Karena pada dasarnya semua orang memerlukan rasa aman atas aset-asetnya. Bahkan seorang mafia besar sekalipun ga suka sama mafia-mafia yang ga jujur dan ga komit.
Nah, saat Gus Tanto menyantuni anak yatim dan santri, banyak orang yang mengamatinya. Dan karena perilakunya yang sederhana dan apa adanya membuat banyak orang yang bersimpati kepadanya. Ketika itu terjadi Gus Tanto menjadi pusat berkumpulnya orang-orang baik. Orang-orang baik itu tentu saja menghasikkan data dan informasi yang baik-baik pula. Ketika itu terjadi, maka informasi tinggal dikelola. Informasi tentang 8000 ikan lele per hari disampaikan kepada pengusaha restoran lele. Informasi tentang areal tambang yang akan dijual tinggal disampaikan kepada pengusaha tambang yang sedang mencari areal tambang.Demukian seterusnya. Posisi manajer informasi berbasis kejujuran dan kepercayaan ini derajatnya jauh lebih tinggi dari makelar motor atau mobil. Kalau makelar biasanya hubungan antara pemilik dan pembeli akan terputus seketika usai transaksi dilakukan. Tidak demikian halnya dengan manajer informasi berbasis kepercayaan dan jejujuran. Kalau istilah www.kajiedan.com, orang seperti ini seperti belantik. Belantik adalah makelar sapi yang sering kita jumpai dipasar tradisional di pulau jawa.

Analogi belantik klop dengan apa yang terjadi pada Gus Tanto. Yang berbeda ada produk dan nilai produj yang dibelantiki aja. Kalau belantik sapi di Pulau jawa produk utamanya sapi dengan nilai transaksi 8-15 juta, sedangkan produk yang dibelantiki Gustanto bisa jadi lahan tambang dengan nilai 8-15 trilyun!
Perbedaan lainnya, kalau belantik sapi produknya hanya terbatas, sedangkan Gus Tanto yang memiliki banyak keahlian dan jaringan yang luas itu, memiliki produk yang tak terbatas.
Nah, fenomena belantik spiritual sukses ala gustanto ini secara sosio-bisnis memang sangat diperlukan. Karena semakin langkanya person dan atau organ yang masih memgang teguh nilai-nilai kejujuran dan keikhlasan. Para pelaku bisnis memerlukan penjual, produsen, dan pembeli yang kredibel yang direkomendasikan dan dipertemukan oleh orang yang kredibel pula. Disinilah letak penting sebuah organisasi berbasis komunitas tetap seperti pesantren atau pondok. Karena sebesar apapun sebuah organisasi islam, jika tak memiliki basis keanggotaan yang tetap, akan sangat sulit membangun kepercayaan dari pelaku-pelaku bisnis karena saratnya tarik-menarik kepentingan di dalamnya.

Minggu, 12 Oktober 2014

Belajar dari Gus Tanto Meneh..

Gus Tanto itu ternyata punya pesantren neng jogja lho! Jadi pingin ke Jogja, kota dimana para ribuan mahasiwa dulu berladang dengan buku, spanduk dan megaphone dan hasilnya kini dimakan sama para elite politik, hihii wedus tenan!

Nah dijogja itu Gus Tanto menyantuni ribuan anak yatim lewat pesantrennya. Yang menarik ribuan santrinya itu ga perlu bayar.

"Aku harus ngeluarkan 500juta sebulan buat pesantrenku, hiii. Nek aku sing miker yo abot,hihii", gitu bisik gus tanto pada diskusi malam hari di Pusat Dakwah PMM AY.

"Lha trus pripun Gus? Maksud saya dari mana duitnya?" Tanya saya.

"Dari Allah!", kata Gus Tanto

"Wah, ga logis orang ini", protes saya dalam hati.

"Prosese prioun, Gus?" Kejar saya.

"Lha mbuh, piye. Ga tak pikirin", jawab Gus Tanto sambil nyeruput kretek DjisamSoe nya.

Otak materialis ala kark marx di kepala saya meletup-letup protes. Ga mungkin segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tapa proses materialistik.

"Lho kok ga mikir Gus? Lha trus sapa yang mikirin cari uangnya?", kejar saya.

"Lha ga ngerti, ada aja orang yang ngejar-ngejar saya minta jualin ini dan itu, minta dikelolain tambangnya, dsb. Dan saya ga tau dari mana mereka berasal. Lha ini barusan ada orang yang ngasih ladang minyak di cepu.makanya saya mau kesana besok", ujar Gus Tanto santai.

Ladang Minyak? Wuih...guede banget mestine kuwi. Bukan ladang jagung opo ladang kedele.tapi iki Ladang Minyak bro!!!

Lha inilah yang menarik. Bagaimana mungkin seorang pengasuh ponpes yang mengasuh ribuan santri dan anak yatim justru lebih dipercaya oleh pengusaha ketimbang saya yang sudah belasan tahun menjadi pengusaha...
Tentu ada rahasia dibalik itu...

Bersambung

Belajar Dari Gus Tanto Lagi

Pasrah total adalah kunci dari Gus Tanto dalam menyelesaikan persoalan utangnya yang fantastis. Gimana bisa, hanya pasrah lalu utang 58 Milyar bisa selesai? Enak bener...
Ya tentu ga semata-mata pasrah. Tapi pasrah itu memang modal utama agar kita bisa keluar dari masalah. Lho kok bisa? Oke begini logikanya...bahwa tak ada satupun didunia ini yang lepas dari skenario Allah. Bahkan daun yang jatuh dari pohon pun adalah hasil skenario dari Allah. Penciptaan, kehidupan, kematian, semua dari Allah. Kehidupan bagi satu makhluk adalah kematian bagi makhluk lain kehidupan manusia adalah kematian bagi beribu tumbuhan yang kita makan. Dan entah berapa ribu sapi, ayam, ikan dan berjuta microorganisme. Kematian manusia adalah kehidupan pagi penggali kubur, penjual kain kafan, peserta tahlilan (hehee), berjuta organisme yang kemudian menumbuhkan tanaman, dst. Bagi Allah itu bukan masalah. Itu adalah tugasNya karena Dialah Yang Maha menghidupkan dan mematikan. Dalam 'kamus' Allah tak ada kata nasalah. Masalah itu adalah ciptaan manusia saja yang memandang segala sesuatu dari sisi untung rugi keegoan dirinya saja.
Nah karena kita itu makluk yang selalu menghitung untung rugi, dan pengeluh maka kita beranggapan bahwa sesuatu yang merugikan itu adalah masalah, sedangkan yang menguntungkan sebagai hasil yang wajar dari usahanya. Ihhh egois banget! Hihiii.
Tapi sayangnya kita itu makhluk yang lemah.ketika masalah datang bertubi-tubi kita yang rapuh ini menjadi pusing strrss dan depresi. Kita menyalahkan kawannkita, lingkungan kita, dan diri kita sendiri. Saat hal itu terjadi kita yang dianugrahi akal, imaginasi, dan kemampuan yang sempurna pun jadi lumpuh tak berdaya. Akal pun tak berguna, semua yang ada disekitar kita kita anggap sebagai masalah. Ketika itu terjadi jangankan berpikir, bernapas aja sesak! Ancor e.
Nah Gus Tanto mengajak kita untuk mengembalikan masalah itu kepada Allah.Karena memang Dialah Yang menjadi sumber masalah, tapi bukan biang kerok lho. Tapi Allahlah yang memiliki skenario terhadap masalah yang dihadapi. Karena kita sudah tak mampu, ya udah kembalikan dulu kepada Allah...sampaikan kepadaNya bahwa amanat masalah milikNya tak mampu kita selesaikan. Lalu minta tolong supaya Allah aja yang menyelesaikan. Tekan enter kirimkan...jreng...nah selesai deh masalah. Sekarang agak legaan kan?

Bersambung...

Belajar dari Gus Tanto

Sabtu tanggal 11 kemarin asisolution, dibawah komando Aep, mengundang Gus Tanto. Gus Tanto adalah seorang pengusaha sukses yang memiliki segudang profesi, yaa seorang kyai, guru spiritual, budayawan, dan penyantun ribuan anak yatim.
Gus Tanto menulis buku yang berjudul Dikejar Rezeki. Dalam buku itu Gus Tanto menyampaikan pengalamannya tentang keberhasilannya keluar dari lilitan utang yang besarnya fantastis, 58 Milyar! Dan setelah itu justru kemudian ia dikejar rezeki.
Jujur, saya belum mampu mendapatkan formulasi tentang bagaimana ia bisa terbebas dari lilitan utang serta bisa menjadi magnet sehingga ia dapat menjadi obyek yang dikejar-kejar oleh si rezeki itu. Syukurnya, sebagai pengelola Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamjn (PMM AY), lembaga yang menaungi asisolution, saya punya kesempatan besar untuk menggali lebih dalam inti dari gagasan Gus Tanto.

Inti Gagasan Gus Tanto
Jika mencermati buku, ceramah dan hasil diskusi tatap muka dengan Gus Tanto kita dapat menyimpulkan inti gagasannya sebagai berikut:
1. Rezeki itu adalah obyek gaib, ia berbeda dengan uang dan harta. Rezeki itu diberikan Allah kepada siapapun yang Allah kehendaki.jadi rezeki itu bukanlah hasil kerja manusia, tapi hasil pemberian Allah. Oleh karena itu suka-suka Allah mau kasih ke siapa, kita tak boleh protes. Namun demikian ikhtiar untuk menarik perhatian Sang Pemberi Rezeki haruslah dilakukan.
2. Ikhtiar yang dilakukan adalah dengan 'melobby' Sang pemberi Rezeki dengan cara yang telah diajarkan Rasulullah tanpa sedikitpun mengharap atau berharap kepada manusia. Full dan Total minta kepada Allah.
3. Agar lobby lancar, maka kita harus melakukan perbaikan diri dulu, meluruskan tauhid, melaksanakan kewajiban dalam rukun islam, membuang rasa sombong, meningkatkan ibadah-ibadah sunnah, berinfaq, serta berpasrah kepada Allah.
4. Pasrah dan menyadari bahwa semua yang terjadi apakah rezeki yang banyak atau aneka masalah yang kita hadapi itu berasal dari Allah sehingga hatus diterima dengan ikhlas secara total. Ikhlas dengan rezeki yang dititipkan ikhlas pula dengan ujian dan masalah yang diberikan Allah

Bersambung

Sabtu, 04 Oktober 2014

Imajinasi

Kecerdasan seseorang ditentukan oleh batas imajinasinya. Padahal imajinasi itu tak terbatas dan tak berbatas. Tanpa imajinasi tak tak berguna memori. Tanpa imajinasi tak ada prediksi. Tanpa imajinasi tak ada penciptaan dan inovasi. Tanpa imajinasi, peradaban manusia akan stagnan. Imajinasi jauh lebih penting dibandingkan ilmu pengetahuan.begitu kata einstein. Karena imajinasi lah yang menviptakan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan yang berserakan menghasilkan imajinasi yang akan melahirkan pengetahuan baru.

Sejak manusia menemukan bahasa verbal, peradaban manusia mengalami dinamika yang dahsyat. Ketika imajinasi manusia dapat direpresentasikan lewat bunyi kata. Ada suara batin, ada sesuatu yang berkata-kata setiap panc:a indera berjumpa dengan obyek. Dan peradaban manusia bertambah dahsyat ketika manusia menemukan aksara. Karena suara batin itu dapat diabadikan lewat kata dan sekita suara batin yang bersifat privat seketika mampu memasuki ruang publik secara lebih massif. Lalu imajinasi manusia kemudia dikendalikan lewat produksi kata-kata. Ketika kata perang tercipta, maka secara otomatis duniapun tak pernah damai.karena perang menjadi sebuah imajinasi yang menuntun manusia untuk merealisasikannya. Semakin banyak cerita yang memuat kata perang, baik dalam tata kalimat maupun dalam bentuk audio visual, akan semakin banyak kenyataan tentang perang.
Entah apa yang kutulis saat ini...yang jelas aku sedang berimajinasi.

Kamis, 18 September 2014

Koalisi Orang Baik

Saya mengenal istilah koalisi saat menjadi aktivis mahasiswa di era 90an. Saat itu istilah koalisi jamak digunakan oleh para politisi untuk membangun kerjasama memuluskan sebuah skenario politik. Karena semangat perlawanan terhadap prilaku elit, istilah koalisi kami jatuhkan derajatnya untuk hal-hal remeh temeh seperti ngajak ngisep rokok bareng, ngajak makan diangkringan bareng, atau bahkan saat pdkt dengan cewek-cewek kampus yang imut. Ada beberapa kalimat ajakan berkoalisi yang jatuh derajatnya itu yang masih saya ingat, seperti; Bung, ayo koalisi tuku Djarum 76. Atau "yuh koalisi mangam sego kuching neng angkringan pak boss". Atau kepada cewek-cewek kampus yang sebenarnya takut kami dekati sering keluar kalimat seperti ini, "dek, seperti asik kalau kita bisa koalisi lebih dekat lagi, neh. Boleh main ke koskosan nya gak?"
Hadoh jatuhlah derajat istilah koalisi saat itu, hehee.
Paska mahasiswa, saya pulang ke kampung halaman, lalu terlibat eksperiment politik dengan para elit dalam pemilihan Gubernur Kalbar. Saat itu istilah koalisi akrab terdengar lagi. Kali ini istilah koalisi berada salam martabat sebenarnya. Karena saat itu pemilihan Gubernur dilakukan oleh DPRD, maka koalisi dilakukan antar fraksi. Lalu saya mengenal istilah koalisi parati islam, koalisi partai nasionalis, koalisi poros tengah, koalisi poros tikus, dsb.
Koalisi-koalisi itu adalah sebuah bentuk kerjasama dengan kepentingan politik praktis yang sangat pragmatis, yaitu hanya dalam rangka untuk menggolkan kandidat sebagai calon gubernur. Ketika sang calon terpilih, tak ada lagi istilah koalisi.
Oleh karena itu sebenarnya saya sangat benci dengan istilah koalisi. Walaupun demikian istilah koalisi tetap saya gunakan untuk membangun jaringan sosial.
Jaringanpun dapat terbangun dalam waktu cepat. Mulai dari jaringan seniman, budayawan, pedagang kaki lima, preman pasar, perguruan silat, organisasi mahasiswa, sampai organisasi sosial kemasyarakatan.
Nampaknya besar...namun ternyata dalam waktu singkat jaringan sebesar itu tak dapat bertahan lama dalam sebuah koridor gerakan bersama yang berkepanjangan. Mengapa? Ya karena persoalan koalisi itu. Ternyata koalisi itu punya tradisi menampikan asas niat baik, dan moralitas. Yang penting bisa saling mendukung masing-masing agenda, ya udah ayo sama-sama. Tak heran dalam perjalannya banyak kerjasama bubar karena perilaku person-person yang tak berniat baik dan tak bermoral baik. Artinya hanya gara-gara perilaku satu orang sebuah agenda baik bisa terkatung katung dalam sebuah meja diskusi tanpa aksi.
Pendek cerita saya mulai enggan membangun jaringan koalisi lagi. Males! Karena memang sedikit manfaatnya buat kemajuan amal baik.
Hampir 3 tahun diam membisu.sibuk bergulat dalam interaksi 4 komponen, mouse, keyboard, monitor dan internet. Namun kerinduan bersosialisasi muncul kembali. Harus ada yang diperbuat untuk sesama dan bersama-sama. Tapi apakah harus menggunakan istilah koalisi lagi? Ah benci kali aku dengan istilah itu.
Tapi tak ada istilah yang lebih akrab dari istilah itu pula...
Tak apalah...kali ini saya kasi ekstensi dibelakang kata koalisi itu dengan kata 'orang baik'. Sehingga istilahnya sekarang adalah koalisi orang baik.
Namun dimanakah orang baik itu berada? Bukankah sudah tak ada lagi orang baik disekitar saya? Tapi tak mungkin....

Sabtu, 06 September 2014

Marketing Amal Shaleh



Oleh Beni Sulastiyo


Islam sangat mementingkan kegiatan amal shaleh, seperti  shalat, zakat, infaq, shadaqoh, pelayanan social, maupun aktivitas dakwah.  Dalam perspektif manajemen, amal shaleh yang diwajibkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah adalah sebuah produk.  Jika amal shaleh adalah sebuah produk, lalu siapa customernya?

Customernya tentu saja ummat Islam yang telah memenuhi persyaratan. Produk shalat  misalnya,  customernya adalah ummat Islam yang telah akhil baligh. Produk zakat customernya adalah mereka yang memiliki jumlah harta tertentu. Demikian seterusnya.
Jika amal shaleh adalah produk, tentulah produk itu harus dipromosikan, harus didistribusikan agar sampai kepada customer dengan baik. Pertanyaannya, siapa yang mempromosikan dan mendistribusikannya, dan bagaimana caranya?

Jika kita memiliki pertanyaan seperti pertanyaan di atas, maka sesungguhnya kita sudah memasuki dunia marketing.

Lho, bukankah marketing itu hanya dapat diterapkan di dunia bisnis saja?

Iya, itu dulu. Tapi sekarang marketing sudah bisa diterapkan untuk apa saja, untuk politik, untuk social, bahkan untuk memasarkan amal shaleh.

Sebagai umat Islam, aktivitas dakwah merupakan tanggung jawab kita bersama.  Maka, ketika kita ingin berdakwah, maka sejatinya kita adalah seorang  praktisi pemasaran  produk-produk amal shaleh.  Terserah pada bagian mana posisi praksis yang akan kita ambil. Bisa sebagai  aktivis dakwah yang menyediakan diri untuk menyiapkan produk amal shaleh, atau sebagai aktivis dakwah  yang mengambil peran untuk menyiapkan dan melaksanakan promosi produk-produk amal shaleh.  Bisa pula sebagai distributor, atau bahkan sebagai “penjual”  produk amal shaleh. 

Nah, dalam konteks inilah ilmu pemasaran diperlukan. Tentu saja ilmu pemasaran amal shaleh, bukan ilmu pemasaran bisnis.

Secara ilmiah tidak ada buku apalagi teori khusus yang membahas pemasaran amal shaleh. Istilah itu bisa-bisa saya aja, hehee. Oleh karena itu jangan harap Anda akan menemukan istilah ini melalui Bang Google.
Oke bagaimana menerapkan pemasaran untuk memasarkan produk amal shaleh?  Dalam ilmu marketing ada konsep dasar yang sangat terkenal yaitu konsep 4 P. Konsep 4 P dipopulerkan oleh Philip Kotler untuk menyederhanakan strategi pemasaran melalui 4 faktor, yaitu product, pricing, promotion, dan place/ distribution. Bagaimana caranya?

Oke  Langsung praktek jak ye…

Semisal  kita ingin memasarkan sebuah forum kajian ilmu rutin. Maka pertama kali yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan produk, dengan menjawab berbagai pertanyaan seperti, ilmu apa yang akan dikaji, apakah masyarakat memerlukan kajian itu, siapa yang memerlukan, dimana mereka berada, apa yang menarik dengan kajian yang akan kita diselenggarakan, apa bedanya dengan pengajian-pengajian lainnya? Apa saja manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat jika ingin bergabung dengan pengajian? Bagaimana menyajikan informasi pengajian tersebut agar dapat sampai secara efektif dan efisien kepada target pasar, bagaiamana membuat kemasan kajian agar meningkatkan daya tarik?
Nah, untuk pricing. Apakah ada tariff khusus yang harus dibayar konsumen untuk mengikuti pengajian. Jika ada, berapa biayanya. Lalu berapa biaya yang diterapkan untuk pengajian lainnya, apakah kita lebih murah atau lebih mahal? Bagaiamana cara membayarnya?

Untuk promosi. Apa yang menjadi selling point pengajian kita? Media apa saja yang akan digunakan untuk menyampaikan informasi itu kepada masyarakat? Perlukan membentuk tim penjualan langsung untuk menjemput calon anggota pengajian? Perlukah digunakan social media dan broadcasting via bbm, bagaimana susunan kata-kata yang menarik? Berapa biaya yang diperlukan untuk menjalankan promosi?

Dan terakhir untuk pertanyaan place. Dimanakah tempat untuk mendapatkan informasi tentang pengajian, dimanakah lokasi pengajian yang tepat dan apakah diperlukan lokasi lain untuk memudahkan akses target pasar kepada lokasi pengajian? Perlukah dibentuk cabang-cabang khusus untuk memudahkan daya jangkau masyarakat terhadap kegiatan kajian?

Demikian, berbagai pertanyaan yang perlu kita ajukan jika menggunakan konsep marketing . Dengan konsep marketing, proses perencanaan pemasaran amal shaleh dapat dilakukan secara sistematik, detail dan sederhana.  Dengan marketing amal shaleh ini, mudah-mudahan dapat aktivitas dakwah dapat dilaksanakan secara lebih menarik, berdayaguna, berhasil guna serta membuahkan kebaikan di dunia dan akherat.  Bukankah ada kalimat bijak yang penuh hikmah, Al haqqu bila nidzoomin yaghlibuhul baathilu binidzoomin,  bahwa kebenaran yang tidak dikelola dengan baik PASTI di kalahkan dengan Kejahatan yang di dikelola dengan baik.

Kamis, 31 Juli 2014

Bekasi food city

Bekasi food city adalah sebuah foodcourt berkonsep outdoor yang berada dalam komplek summarecon city bekasi. Foodcourt ini menyajikan 2 jenis makanan di tempat yang terpisah yaitu makanan luar negeri dan makan dalam negeri. Masing-masing tempat dilengkapi dengan panggung hiburan dengan lebar kira-kira 20 meter.
Bersama keluarga kami makan di blok makanan luar negeri. Di blok ini aneka makanan asli Indonesia disajikan lengkap dengan gerobak khasnya seperti yang sering kita temui di tepi-tepi jalan kaki lima. Yang menarik setiap gerobak penjual dilengkapi dengan mesin cashier yang canggih dengan sistem pembayaran menggunakan kartu magnetik. Sebelum makan kita harus mengisi kartu magnetik itu dengan sejumlah uang di cashier. Setelah terisi barulah kita bisa membeli aneka makanan di blok itu sebanyak uang yang kita isi. Para penjual tradisional itu akan meletakan karu kita diatas alat yang secara otomatis akan mengurangi saldo kita sesuai jumlah tagihan.
Canggih juga. Ternyata ada pengembang yang tak hanya peduli dengan pedagang tradisional tapi juga mau mentransformasikan teknologi informasi yang mutakhir pada mereka. Sumarecon, hebat!

Senin, 28 Juli 2014

Dahsyatnya Sistem Ekonomi Islam III

Tarif pajak dapat menjadi instrumen yang efektif pula untuk mengatur aktivitas ekonomi masyarakat dan penyerapan tenaga kerja. Pajak tersebut dikenakan pada pendapatan masyarakat, penjualan, dan barang-barang yang diproduksi dan atau diperdagangkan masyarakat. Pembebanan pajak pada gaji masyarakat misalnya akan mengurangi hasrat masyarakat membeli barang, sehingga dapat mengurangi laju inflasi. Hasil pajak yang ditarik digunakan pemerintah untuk berbagai keperluan seperti meningkatkan pengeluaran pemerintah, menyelenggarakn program jaminan sosial, atau peningkatan kualitas pelayanan publik.
Demikian pula pajak yang dibebankan pada hasil produksi dan barang dagangan di masyarakat semuanya punya pengaruh yang besar terhadap aktivitas ekonomi masyarakat, tingkat konsumsi dan tingkat pengangguran.

Negara-negara kapitalis liberal seperti amerika serikat mengendalikan polik dalam negerinya melalui dua instrument tersebut. Negara tak boleh ikut-ikutan bisnis seperti mendirikan bumn, atau melakukan aktivitas jual beli. Semua mekanisme diserahkan pada pasar. Sehingga jangan harap negara-negara itu melakukan operasi pasar menjual sembako dengan harga murah saat ada gejala inflasi. Jangan harap pula pemerintah mau membeli produk petani untuk mempertahankan harga jual yang layak saat petani mengalami surplus produksi. Semua diserahkan pada mekanisme pasar yang tunduk dengan hukum supply and demand.

Kelemahan ini dijawab secara dialektis oleh ekonom beraliran komunis. Para ekonom komunis beranggapan akan sangat berbahaya apabila negara hanya bisa mengendalikan ekonomi melalui suku bunga dan tarif pajak saja sementara masyarakat dibiarkan bebas bertransaksi sesuai dengan mekanisme pasar. Negara harus memiliki otoritas yang lebih besar dalam mengendalikan perekonomian masyarakat. Negara harus memiliki kekuatan penuh untuk mengintervensi aktivitas ekonomi masyarakat.termasuk memproduksi, menjual dan mendistribusikan barang dan jasa.
Sementara masyarakat hanya boleh berekonomi secara terbatas.

Diatas kertas konsep itu bagus karena tak ada lagi pabrik yang memberlakukan buruh semau hati.buruh tidak lagi bekerja pada majikan akan tetapi bekerja untuk dirinya sendiri dan untuk negara. Namun kenyataan dilapangan berkata lain. Negara justru tak memiliki kemampuan yang baik dalam mengurus distribusi kebutuhan hidup bagi seluruh masyarakat.akhirnya hanya rakyat yang dekat dalam jangkauan pelayanan saja yang mampu disejahterakan. Sementara yang berada jauh dari pusat kekuasaan harus tetap hidup dalam jeratan kemiskinan
Bersambung...

Dahsyatnya Sistem Ekonomi Islam II

Tujuan utama menaikan sukubunga adalah untuk mendorong minat masyarakat menyimpan uangnya di bank. Makin tinggi suku bunga makin besar minat masyarakat menyimpan uang di bank. Tingkat konsumsi masyarakatpun turun, demikian pula uang yang beredar akan semakin berkurang. Harga barang dan jasa akhirnya turun. Terjadilah deflasi.
Tingkat suku bunga yang tinggi berdampak pada menurunya tingkat ivestasi masyarakat. Para pengusaha enggan berinvestasi atau mengembangkan usaha.harga barang yang turun memperburuk minat pengusaha untuk berbisnis. Tak ada pabrik baru, komoditas perdagangan tak menguntungkan untuk diperdagangkan akibatnya tenaga kerja tak terserap, pengangguran meningkat, kesejahteraan masyarakat menurun.
Mungkin muncul pertanyaan, apa kepentingan negara untuk menyerap pengangguran?
Pengangguran yang tinggi akan mengakibatkan distabilitas politik yang mengancam kesinambungan kekuasaan politik. Akan terjadi banyak persoalan ketika rakyat tak bekerja dan tak mampu memenuhi kebutuhanya. Kriminalitas, kerusuhan, protes hingga suburnya gerakan oposisi. Oleh karena itu tingkat pengangguran selalu menjadi issue sensitif bagi otoritas politik.

Lalu bagaimana upaya yang harus dilakukan agar tingkat suku bunga dalam posisi yang pas? Ada banyak cara selain dengan melakukan pengawasan terhadap gejala aksi ekonomi masyarakat, otoritas politik di negara-negara kapitalis juga menggunakan instrument lain yang cukup ampuh yaitu kebijakan tarif pajak. Bagaimana caranya?

Bersambung...

Dahsyatnya Sistem Ekonomi Islam I

Oleh: bungben. Pengurus Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin Pontianak.

Mukaddimah
Sewaktu masih kuliah di jogja tahun 90an saya mempelajari berbagai sistem ekonomi dunia.dari sistem kapitalisme liberal, sistem ekonomi sosialis, sistem ekonomi komunis dan terakhir sistem ekonomi kapitalis komunal.
Walaupun tidak tuntas mempelajari seluruh sistem ekonomi tersebut namun saya dapat menarik kesimpulah bahwa seluruh sistem ekonomi yang dirumuskan oleh para ideolognya itu memiliki tujuan yang sama yaitu tentang bagaimana cara negara meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produktivitas masyarakat. Tujuanya adalah terbukanya lapangan pekerjaan, terserapnya angkatan kerja dan terjadinya surplus terhadab barang dan jasa sehingga bisa di jual ke negara lain dimana hasil penjualan itu digunakan untuk membeli aneka kebutuhan barang dan jasa yang tak dapat diproduksi di dalam negeri.
Untuk mencapai tujuan tersebut para ekonom merumuskan cara agar negara dapat melakukan pengaturan.
Pada negara kapitalis liberal yang menyerahkan semua proses pemenuhah barang dan jasa oleh swasta dan mengharamkan campur tangan negara terhadap proses tersebut, negara menggunakan 2 instrument yang sangat efektif yaitu tingkat suku bunga dan tarif pajak. Dua instrument itulah yang digunakan untuk mengendalikan pengangguran dan inflasi. Inflasi adalah penyebab utama menurunnyat daya beli masyarakat yang oleh karenanya akan berpengaruh sistemik pada tingkat kesejahteran masyarakat, gairah investasi, dsb.
Secara sederhana penerapan 2 instrument tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Negara akan membuat tingkat suku bunga yang serendah rendahnya untuk memacu gairah masyarakat berinvestasi/ mengembangkan bisnis. Ketika investasi masyarakat meningkat maka akan terbukalah pabrik pabrik industri, aktivitas perdagangan dan jasa. Hal itu berarti akan terseraplah tenaga kerja. Rakyat bekerja dan dapat uang lalu uang itu mereka gunakan untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan. Terpenuhinya kebutuhan rakyat berarti tercapainya kesejahteraan mereka.
Namun, tingkat bunga yang rendah memunculkan banyak masalah. Maryarakat jadi enggan menabung di bank. Mereka lebih memilih untuk membeli aneka barang ketimbang menyimpan uang di bank.masyarakat menjadi sangat konsumtif. Akibatnya uang yang beredar di masyarakat semakin banyak, harga barang semakin naik dari waktu ke waktu, nilai uang semakin turun, daya beli masyarakat juga akan turun. Kondisi itu adalah pertanda terjadinya inflasi yang menjadi musuh negara. Inflasi mengakibatkan masyarakat tak mampu membeli aneka barang untuk memenuhi kebutuhan mereka.kesejahteraan masyarakatpun turun. Untuk memecahkan masalah tersebut solusinya adalah menaikan tingkat suku bunga.
Bersambung.....

Minggu, 27 Juli 2014

Keunggulan Sistem Pendidikan Pondok Modern Darussalam, Gontor

Aktivitas studi banding di Pondok Modern Darussalam Gontor yang kami lakukan selama 3 hari (8-11 Juli 2014) tak hanya memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan bagi kami, namun juga memberikan pengalaman spiritual yang penuh hikmah. Bagaimana tidak, ditengah keputusasaan terhadap merebaknya cara berpikir materialistik dalam dunia pendidikan Indonesia kontemporer yang hanya mampu menciptakan manusia dengan jiwa yang kering dengan spiritualitas, manusia yang tumpul semangat, intelektual dan kepeduliannya. Berikut beberapa catatan tentang kehebatan sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam, Gontor Ponorogo.

Pondok Modern (PM) Darusslam memberikan penekanan yang sangat penting pada niat dan orientasi lembag apendidikan. Lembaga pendidikan tak hanya dijadikan ruang untuk mengembangkan peserta didik, akan tetapi dijadikan sebagai ladang amal bagi seluruh stakeholders yang ditujukan kepada Allah SWT semata. Tak ada sedikitpun tampak dari aktivitas Ponpes tersebut yang ingin menjadikan lembaga pendidikan sebagai ladang untuk mencari harta-benda, meningkatkan status pelopor dan pengelolanya. Sebaliknya, pendirian lembaga pendidikan tersebut secara sempura di desain, dikembangkan dan dikelola semata-mata sebagai instrument pengabdian kepada Allah SWT. Niat dan orientasi mengabdi kepada Allah SWT itu dijaga oleh rencana pengembangan dan tata pengaturan yang sangat detail sehingga secara jangka panjang dapat menjaga seluruh stakeholeder (pimpinan, pengelola, pengajar, siswa, lembaga-lembaga pendukung lainnya) dapat mempertahankan niat dan orientasi tersebut.
Berbasis niat dan orientasi yang murni 100% mengabdi kepada Allah SWT tersebut ternyata mampu menggerakan seluruh stakeholders hingga dapat berjalan bersama-sama, bahu-membahu bahkan mengorbankan harta, benda, dan tenaga demi kemajuan pembangunan Pondok. Tak heran dalam waktu yang tak terlalu lama pondok pesantren Darussalam mampu menjadi instrument perjuangan umat, pusat pengembangan peradaban, dan pencetak generasi Islam super yang memiliki kualitas keimanan, ketakwaan, intelektual dan kepribadian yang adiluhung.
Selama 2 hari berinteraksi dan mempelajari serba sedikit tentang Pondok tersebut kami menemukan  begitu banyak fenomena menarik yang mampu meningkatkan keyakinan kita tentang betapa agungnya ajaran Islam. Beberapa fenomena tak biasa yang mampu kami rekam sepanjang ‘perjalanan spiritual’ itu antara lain:

1.         Hasil Peserta didik yang Adiluhung
Saat sampai di Bandara Adisucipto, Yogyakarta, kami dijemput oleh dua orang santri PM Darussalam, yaitu Andika. Mereka berdua adalah santri yang pernah diasuh oleh Ustadz. Liqmanulhakim dan telah menamatkan studi setingkat sarjana. Sepanjang jalan Yogyakarta-Gontor yang memakan waktu sekitar 6 jam, kami terlibat diskusi dengan tema-tema yang beraneka ragam. Saya takjub dengan kemampuan dua orang santri ini dalam melakukan analisis terhadap berbagai fenomena sosial, politik dan ekonomi baik dalam lingkup nasional maupun dalam lingkup dunia dan keberanian serta kemampuan mereka dalam mengemukakan pendapat. Mereka juga mampu merekam dan mereview alas teori dan pendapat para pakar dengan sangat baik. Tak ada statement negatif yang mereduksi semangat dan motivasi lawan bicaranya, tak ada gagasan yang keluar dari bibir kedua santri tersebut tanpa diiringi dengan tatapan mata tajam dan mengkilat. Fenomena ini tak akan bisa kita temukan saat berdiskusi dengan mahasiswa jebolah S2 sekalipun dari kampus-kampus negeri dan swasta umum.  Cakrawala pengetahuannya jauh lebih luas dibandingkan tamatan S2 mahasiswa non Pesantren. Gagasannya jauh lebih bernas, statementnya runtut, jelas dan mudah dipahami. Kedua santri ini begitu sempurna sebagai seorang intelektual muslim. Haus pengetahuan, serta memiliki etika yang baik. Saya yang intensif menjadi lawan bicaranya saat itu langsung berpikir, betapa hebatnya lembaga tempat ia belajar sehingga mampu menghasilkan santri yang hebat seperti kedua orang ini.

2.         Totalitas para Pengajar
Rabu Pagi, tanggal 9 Juli saat mengelilingi komplek kampus Universitas Darussalam, Ustadz. Lukman membawa kami bersilaturahmi dengan Dihyatun Masqon. Beliau adalah ustadz Bang Luqman pada saat menimba ilmu di Insitut Islam Darusslam (INSID).  Ia adalah seorang doktor sastra Arab yang menguasai beberapa bahasa dan memiliki pengetahuan seluas samudra. Pada saat kami bertandang di kediaman beliau, Ustadz Dihyatus baru saja usai memberikan nasehat seorang santri yang akan melanjutkan studi di Jerman. Pada awalnya Ustd. Luqman hanya ingin bersalaman dan mengenalkan kami kepada Ustadz favoritnya itu, namun pada akhirnya kami terlibat diskusi  dalam durasi lebih dari satu jam dengan sosok intelektual yang sangat rendah hati ini. Beliau memberikan berbagai nasehat yang mencerahkan kepada kami seputar masalah pendidikan, tentang arti penting keikhlasan, filosofis memberi, 4 pilar pendidikan, hingga hikmah puasa yang beliau sebut sebagai jalan tol menuju kebahagiaan, serta keagungan sistem pendidikan Islam.  Ia begitu antusias, bergitu semangat dan begitu tulus memberikan nasihat kepada kami. Saya telah banyak mendatangi para intelektual Islam di Pontianak, namun saya tak pernah menemukan sosok intelektual yang memiliki pengetahuan sangat luas, memiliki pengalaman pembelajaran di berbagai belahan dunia namun memiliki penampilan yang sederhana, santun dan tulus seperti beliau. Para intelektual Islam yang saya temukan biasanya enggan telibat diskusi jika ia tak memiliki kepentingan dengan kita, para intelektual Islam kebanyakan, enggan berlama-lama membuang waktu untuk meladeni kahausan orang pinggiran seperti kami yang haus dengan pengetahuan. Para akademisi yang biasa kami jumpai, seringkali mematahkan semangat dan tak memberikan apresiasi atas rencana-rencana kecil yang akan kami lakukan. Sosok Dr.Dihyatun Masqon adalah representasi dari ratusan sosok pengajar di PM Darussalam yang sudah sangat sulit kita jumpai di sekitar kita. Seorang pendidik yang melandaskan niatnya hanya untuk Allah semata, seorang pendidik yang jauh dari hitung-hitungan material-transaksional, seorang pendidik yang berpengatahuan sangat luas namun tetap santun dan rendah hati. Dengan sosok pendidik seperti itu, wajarlah jika Ponpes ini mampu mencetak SDM-SDM yang adiluhung yang tangguh dan mampu menerangi dunia.

3.         Totalitas para pengelola (manajemen)
Para pengelola Pondok, baik yang bertugas di madreasah, di INSID, di UNIDA dan puluhan unit usaha pondok memiliki kaharakter yang tak jauh berbeda dengan kharakter Dr. Dihyatun Masqon, rendah hati, antusias, berpengatahuan sangat luas namun tetap sederhana. Mereka adalah sosok kaum profesional  yang mampu bekerja sepanjang hari bahkan sepanjang saat. Padahal gaji mereka jauh di bawah gaji rata-rata para pengelola kampus atau lembaga pendidikan. Mereka adalah para pengelola yang sangat taat dengan pimpinan dan mendedikasikan semua yang mereka miliki hanya untuk pondok tempat mereka mengabdi. Susah menjelaskan jika ada sekelompok pengeloa Pesantren Anak sholeh (PAS) Baitul Quraan yang bernaung di bawah PM Darussalam masih sibuk terlibat diskusi hingga pukul 11 malam. Sulit menjelaskan para pejabat kampus turut serta menyiram tamanan, menyapu dan membersihkan lantai bersama-sama dengan para santri dan petugas kebersihan. Sulit menjelaskan seorang anak kyai Syukri yang terkenal itu berkenan meladeni kami hingga larut malam untuk menjelaskan aneka persoalan teknis tentang pengelolaan lembaga pendidikan. Namun, begitulah kenyataannya. Kenyataan yang memukul gelembung-gelembung besi kesombongan kita hingga kempes tak tersisa!

4.         Kesederhanaan dan Keikhlasan Total Sang Kyai (leadership)
Rabu malam, tanggal 9 juli kami sowan ke kediaman Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasy, pemimpin Ponpes Darussalam yang begitu disegani oleh seluruh penghuni Pondok yang jumlahnya lebih dari 5000 orang, seorang intelektual muslim yang namanya bersinar tak hanya di Indonesia tapi juga di Dunia. Kami diterima oleh anak Pak Kyai yang bernama Reza. Saat akan beranjak pulang istri Pak Kyai yang biasa dipanggil Ibu Nyai mengantar kepulangan kami lalu mengundang untuk berbuka puasa di rumahnya esok hari. Saat akan pulang, beliau mengajak kami semua untuk menemui suaminya, KH Abdullah Syukri, yang sedang sakit paska mengalami operasi otak yang mengakibatkan hilangnya sebagian besar memori dan kontrol terhadap tubuhnya. Kami merasa doa kami yang begitu ingin bertemu dengan tokoh dibalik keajaiban sistem pengelolaan Ponpes Darusslam ini langsung diijbah oleh Allah SWT. Kami mencium tangan Pak Kyai yang sedang lemah tak berdaya di kursi rodanya itu, ia menatap kami dengan tajam, kami tak sanggup membalas tatapannya yang mengkilat menembus lorong jiwa kami. Kami tak mampu membalas sorot mata sang pemimpin pondok yang telah mendedikasikan 100 persen hidupnya untuk mendidik puluhan ribu santri, kami tak sanggup membalas pemilik sorot mata yang telah berhasil mencetak puluhan ribu ulama yang telah menyebar tak hanya di seluruh Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Kami tak sanggup membalas pemilik sorot mata yang telah mendesain sebuah lembaga pendidikan yang menjadi salah satu kebanggaan ummat Islam di dunia ini. Kami hanya bisa tertunduk sambil berdoa agar Allah SWT memberikan kesehatan untuknya dengan hati yang teriris-iris dan jantung yang berdebar-debar tak tentu bunyi. Saya yakin keinginan kami saat itu sama, kami ingin mengetahui lebih jauh tentang sosok manusia super ini. Tapi tak tau bagaiamana caranya. Namun, harapan kami ternyata diijabah oleh Allah. Saat pulang Ibu Nyai mengampiri Ustadz Lukman dan mengajak kami semua untuk berbuka puasa di rumahnya esok hari. MasyaAllah!!!
Tentu saja ajakan itu tak akan kami sia-siakan. Keesokan harinya kami kembali sowan ke kediaman Pak Kyai untuk memenuhi undangan Ibu Nyai. Kami diterima oleh Mas Reza, Putra Pak Kyai. Mas Reza meminta kami untuk langsung menuju ke belakang, Ibu Nyai menunggu kami di bagian belakang rumahnya tempat berkumpul keluarga yang memiliki hubungan sangat dekat. Betapa bangga hati kami saat itu. Subhanallah, Allahuakbar sore itu hanya ada kami dan keluarga inti Pak Kyai, yaitu Ibu Nyai sendiri, Dua orang putra Pak Kyai beserta istrinya, serta satu orang putri Pak Kyai. Kami terlibat pembicaraan yang demikian hangat dengan keluarga Kyai Besar itu, pembicaraan yang tak berjarak, interaksi yang begitu apa adanya. Kami shalat maghrib berjamaah bersama keluarga inti beliau satu shaf bersama Pak Syukri yang shalat di atas kursi roda, kami mengamini doa Pak Kyai yang beliau sampaikan dengan suara yang begitu lirih, kami juga shalat Isya bersama Pak Kyai dan keluarga intinya di mushola keluarga yang terletak di belakang rumahnya. Shalat isya yang diimami langsung oleh Kyai Syukri. Kami juga melaksanakan shalat tarawih bersama Pak Kyai dan keluarga intinya dengan shaf yang rapat tak berjarak. Subahanallah!
Selama kurang lebih 4 jam kami berinteraksi langsung dengan Pak Kyai Syukri dan keluarga intinya. Sulit bagi kami untuk menggambarkan kesan kami berinteraksi dengan keluarga beliau. Tak ada kata-kata yang bisa mewakili kekaguman kami terhadap cerita Mas Reza tentang cara Pak Kyai mendidik anak-anaknya. Tak ada kata-kata yang bisa mewakili kekaguman kami dengan keramahan ibu Nyai dan keluarga yang tulus, sederhana dan apa adanya. Sulit, sungguh sulit. Mereka begitu sederhananya sehingga membuat kami tak sadar bahwa kami sedang berinteraksi dengan keluarga seorang ulama besar yang dikagumi dunia.
Keikhlasan dan kesederhanaan yang menjadi salah satu filosofis Pondok Pesantren Darusslam ini tak hanya hidup di lembaga pendidikan, tapi juga begitu hidup di jiwa seluruh keluarga Pak Kyai Syukri. Ya Allaaaahhh.
Ternyata inilah rahasia dibalik kehebatan PM Darussalam yang terkenal seantero jagad itu.  Filosofis ikhlas dan sederhana yang hebat itu telah dipraktekan terlebih dahulu oleh seluruh anggota keluarga Kyai Syukri. Beliau menerapkan filosofi s itu secara total se total-totalnya.
Kesederhanaan dan keihklasan keluarga Pak kyai inilah yang menyinari kesederhanaan dan keikhlasan seluruh stakeholder Pondok, para pekerja lepasnya, para santrinya, para ustadznya, para pengelola Ponpes, hingga para profesor doktor yang mengabdikan diri untuk memajukan dunia pendidikan ummat Islam di Pondok Modern Darusslam itu.

5.         Sistem pembelajaran yang detail dan sempurna (methode)
Tak berlebihan jika saya memberikan predikat Pondok Modern Darussalam sebagai Sekolah Kehidupan. Pondok ini bukan sekedar tempat untuk menimba ilmu pengetahuan, namun juga untuk menajamkan kesadaran sebagai Abdi Allah, menyuburkan spiritualitas, mengembangkan kharakter sebagai muslim yang cerdas, disipilin, berjiwa kepemimpinan namun tetap bertakwa dan rendah hati. Sekolah kehidupan itu berlangsung 24 jam dalam sehari bukan hanya 5-6 jam seperti di sekolah-sekolah biasa. Sekolah kehidupan itu dan diselenggarakan dalam seluruh ruang dan waktu yang ada dengan sistem pembelajaran yang diatur dengan sangat detail dan sempurna, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Tak ada satupun aktivitas yang lepas dari sistem pembelajaran dan pengajaran, sejar di ruang kelas, masjid, uang olah raga, ruang makan, hingga ruang tidur. Semua orang melakukan hal yang sama, jam berapa melakukan apa untuk apa dan untuk siapa. Semua orang melakukan dengan irama yang yang begitu indah tanpa tekanan dalam sistem pengaturan yang detail dan sempurna. Semua orang adalah santri dan semua santri adalah guru bagi sesama, semua pengikut adalah pemimpin dan semua pemimpin adalah pelayan bagi yang dipimpin. Semua diatur melalui norma-norma, tata tertib, peraturan dan kesepakatan-kesepakatan tak tertulis.

6.         Sistem Manajemen yang Jenius (manajemen/administrasi)
PM Darussalam adalah sebuah sekolah kehidupan yang berkembang by design. Saya tak pernah melihat sebuah organisasi yang dikelola secara detail. Saya juga tak pernah melihat organisasi yang mampu menjalankan peraturan dengan sangat konsisten sepanjang waktu, sepanjang detik dan selama berpuluh-puluh tahun lamanya.  Saya tak pernah menjumpai organisasi dimana para pemimpin dan pengelolanya mengetahui secara persis berapa jumlah kelas, berapa jumlah pintu dan jendela, berapa jumlah kamar mandi hingga berapa jumlah keran air yang dimiliki oleh pondok. Saya juga tak pernah melihat satu organisasipun yang mampu melakukan sistem perencanaan, pengarahan, pengkoordinasian dan controlling secara detail dan sempurna seprti yang diterapkan di PPondok ini. Saya juga tak pernah melihat sebuah organisasi  yang mengatur kehidupan ribuan orang dimana sang pemimpin dapat mengetahui secara detail dan cepat apapun yang terjadi pada organisasinya. Dan saya sungguh tak pernah menyaksikan seluruh anggota organisasi begitu patuh dengan perintah dan arahan pemimpinnya. Saya tak tahu apa nama sistem manajemen yang diterapkan di Pondok ini. Yang saya tahun manajemen Ponpes ini adalah sebuah sistem manajemen yang jenius yang di ciptakan dan dibangun oleh orang-orang yang jenius pula.

7.         Kemandirian yang Menakjubkan
Selama dua hari berada dalam komplek Pondok Modern Darussalam kami diajak berkeliling oleh Ustadz Lukman mengunjungi unit-unit usaha yang didirikan oleh pimpinan pondok. Sejauh yang kami ingat ada sekitar 32 unit usaha yang dikelola secara langsung dan tidak langsung oleh Pondok. Diantaranya Penggilingan padi, supermarket, percetakan, penerbitan, majalah, toko buku, konveksi, toko bangunan, toko roti, ice cream, air minum dalam kemasan, transportasi, wartel, pengolahan sampah, BMT, radio, televisi, recording, wisma, dan  hotel. Unit-unit usaha tersebut ada yang dikelola dibawah yayasan, di bawah organisasi santri, maupun  organisasi kampus. Yang menarik adalah semua unit usaha tersebut didirikan dalam rangka untuk mensuplai kebutuhan pondok. Sebagian juga didirikan untuk melayani masyarakat umum. Sleuruh keuntungan diserahkan kepada pondok untuk didistribusikan bagi kepentingan pembiayaan operasional pondok dan pengembangan. Dengan demikian sangat sedikit produk atau jasa keperluan pondok yang dibeli dari luar. Faktor lain yang menarik adalah unit-unit usaha tersebut memiliki sistem yang sangat profesional baik menyangkut sistem produksi, sistem pemasaran, sistem pengelolaan keuangan hingga sistem pelaporan. Seluruh unit usaha dioperasionalkan secara sukarela oleh santri. Dengan kata lain para pengelola tersebut tidak digaji. Para pengelola tersebut adalah para santri yang ditugaskan secara khusus berdasarkan keahlian masing-masing. Para pengelola tersebut menjalankan sebuah tugas yang disebut masa pengabdian.  Masa pengabdian berlangsung selama 6 tahun, dimana santri-santri pilihan diberikan tanggungjawab untuk mengelola unit usaha secara sukarela sambil melanjutkan studinya pada jenjang yang lebih tinggi setelah selesai menamatkan jenjang pendidikan tertentu. Sungguh tidak rasional, namun tak ada satupun unit usaha tersebut bangkrut atau mengalami kerugian.  Strategi kemandirian internal yang oleh pimpinan pondok disebut dengan sistem ekonomi protective tersebut sungguhlah menakjubkan. Karena mampu dikelola dengan sangat efisien oleh orang-orang yang secara mental dan intelektual telah dianggap memadai untuk menjalankan roda bisnis secara profesional.

8.         Tradisi ilmu yang hidup
Para pengabdi di lingkungan pondok pesantren pada dasarnya adalah santri yang menimba ilmu di PM Darussalam. Setiap hari mereka terlibat dalam proses belajar mengajar dan praktek keilmuan secara praksis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Pondok ini memiliki tradisi ilmu yang selalu hidup semua orang berupa menimba  dan mengembangkan ilmu barunya. Jangan heran apabila banyak santri yang mengabdi di pondok ini memiliki pengalaman dalam cakupan internasional. Mereka biasa dikirim ke luar negeri untuk memperdalam ilmu belajar di lembaga-lembaga pendidikan formal, mengisi diskusi, menjadi bagian dari kegiatan pertukaran santri, dsb. Ketika pulang ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan wajib untuk disampaikan kepada orang lain.  Rumah-rumah ustadsz dan dosen terbuka 24 jam untuk dikunjungi oleh santri yang ingin berdiskusi, atau berkonsultasi. Para ustadz dan dosen ini akan dengan senang hati melayani para santri tersebut dirumahnya. Dengan demikian setiap saat proses diksusi dan pertukaran ilmu pengetahuan berlangsung tiada henti di  lingkungan Pondok Darussalam. Saya belum pernah menemukan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki tradisi ilmu yang selalu hidup seperti  PondokDarussalam ini.

9.         Keseimbangan Rasionalitas dan Spiritualitas
Merasakan denyut nadi kehidupan di Pondok Modern Darussalam ini bagaikan meyaksikan peradaban Islam melalui buku-buku sejarah gemilang Islam pada masa kekhalifaan. Seorang santri yang berpenampilan sangat sederhana dan sangat taat menjalankan aktivitas ibadah wajib secara tak terduga adalah seserang yang juga ahli dalam bidang komputer, bangunan, hukum, bisnis, atau teknologi penyiaran. Kemampuan praksis mereka ditopang pula dengan penguasaan basis teoritik yang mapan. Sehingga tak usah heran jika ada seorang santri yang dapat menjelaskan sejarah dan tekhnik pengembangan sebuah software pengolah musik dengan sangat detail dari awal hingga akhir sambil menggunakan sarung dan peci hitam.

10.     Sistem Kaderisasi yang Hebat
Faktor lain yang menakjubkan diPondok ini adalah sistem kaderisasi. Para santri telah dikondisikan sejak awal agar mampu mengatur dan memimpin dirinya, memimpin teman-temannya, dan memimpin sebuah tim ekskul atau tim bisnis. Proses kaderisasi juga diatur sedemikian rupa sehingga terdapat berbagai istilah seperti santri, ustadz, kader, hingga personal yang mewakafkan diri untuk mengembangkan pondok. Kader yang menwakafkan diri tersebut berarti hingga mati ia akan terus berada di lingkungan pondok dan menyumbangkan segala pengetahuan dan keahliannya demi pengembangan santri dan pondok. Para pemimpin juga seringkali memindah tugaskan santri-santri ke bidang tugas yang berbeda, mulai sebagai pekerja kasar, hingga seorang manajer unit usaha. Dengan sistem ini, Ponpes Darussalam tak perlu khawatir akan kekurangan pemimpin di masa yang akan datang. Yang menarik sistem pengkaderan di Pondok ini memiliki standarisasi yang sama. Proses kaderisasi dilakukan dengan 7 cara, yaitu pendidikan, pengarahan, penugasan, pembinaan, pengecekan, dan beberapa point lagi yang saya lupa.


Kamis, 17 Juli 2014

Jujur

9 hari lamanya Ahmad, seorang santri yang dikenal cerdas dan kuat hafalan al quraanya tak pernah terlihat antri makan pagi, makan siang maupun makan malam. Padahal setiap usai jam makan ia selalu tampak bersama santri-santri lainya dlm menimba ilmu di pondok gontor. Pada hari ke 10 salah seorang ustadz melakukan penyelidikan.untuk mengetahui kemananakah gerangan si Ahmad berada. Sang ustadz penasaran mengapa ahmad selalu menghilang pada saat jam-jam makan. Pada saat jam makan siang tiba ustadz pun menguntit si Ahmad dari belakang. Si Ahmad tampak berjalan lemah menuju kamar mandi di samping masjid. Ahmad yg tampak kurus itu terlîhat menimba air di bak kamar mandi lalu meneguk airnya dengan lahap. Sang ustadz penasaran dg ulah aneh santri kesayanganya itu. Sang ustadz pun menghampinya lalu bertanya Wahai Ahmad, sapa sang ustadz. Ahmad terkejut dg suara yg sang ustadz yg datang tiba-tiba. Mengapa engkau meminum air kamar mandi itu? Bukankah engkau tau air itu tak layak untuk kau minum? Ahmad gugup mendapatkan pertanyaan dari ustadz yg sangat ia hormati. Ia diam seribu bahasa dan bingung harus menjawab apa. Sang ustadz menekan Ahmad dg suara yg lbh keras. Jawab pertanyaanku! kata sang ustadz setengah membentak. Ahmadpun menunduk lesu lalu menjawab pelan. Ustadz, kata ahmad pelan. Selama 10 hari ini aku tak mendapatkan kiriman dari ayahku untuk membayar uang makan di pondok. Aku tak mungkin memakan makanan di dapur pondok karena aku tak berhak memakanya. Jika aku memakanya bukankah itu sama saja dg memakan makanan hasil curian? Bukankah hal itu haram hukumnya? Oleh karena itu selama sepuluh hari ini aku meminum air kamar mandi untuk mengusir rasa laparku.aku sdh berjanji untuk tidak mengotori tubuhku dg makanan yg diharamkan  oleh allah, jawab ahmad.

Sabtu, 28 Juni 2014

Latihan senyum

Sabtu tadi melalui Pay Jarot Sujarwo, saya diminta untuk mengiri pelatihan pelayanan prima yang diselenggarakan oleh  Perpustakaan Daerah Provinsi Kalimantan Barat.pelatihan itu diselenggarakan selama 3 hari berturut-turut. Nah, saya kebagian di hari terakhir.
Dari Pay JS saya mendapatkan informasi bahwa jumlah peserta 50 orang dan sebagian peserta adalah anggota TNI AD yang akan ditugaskan di daerah perbatasan, sebagai penjaga perbatasan sekaligus penjaga perpustakaan.
Saya sering mengisi forum pelatihan, namun baru kali ini audiencenya sebagian besar adalah tentara. Padahal  saya berencana membawakan materi tentang senyum sebagai salah satu faktor penting untuk memperbaiki pelayanan publik pada instansi pemerintahan. Sedangkan sepengetahuan saya, prajurit TNI justru terdidik sebagai individu yang keras dan tegas. Tentu meminta mereka untuk selalu tersenyum bukan perkara yang mudah...
Namun, saya sangat bersyukur bahwa ternyata para prajurit TNI yang masih muda belia itu mau mengikuti instruksi saya berikan seperti menjunjung dompet dan menggigit sumpit.
suasana pelatihan pelayanan prima di hotrel gajahmada, pontianak

Selasa, 17 Juni 2014

Website baru swadesiprinting

Bisnis percetakan di pontianak sangak kompetitif. Dengan pasar yg kecil dan pemain yang banyak, bisnis percetakan dipontianak memerlukan inovasi pelayanan. Perlu perjuangan lebih besar juga karena kami telah meluncurkan layanan percetakan kilat di pontianak dan di kalbar, dimana produk percetakan seperti poster atau pamflet dapat dicetak dalam waktu sangt singkat.
Salah satu inovasi yang kami lakukan adalah dengan membuka pelayanan informasi dan pelayanan secara online. Kamipun membuat beberapa website sebagai sumber informasi 24 jam dan ruang pelayanan terbuka. Tak beberapa lama setelah website kami bangun, orderpun berdatangan. Tak hanya dari pontianak tapi juga dari beberapa kota besar di indonesia.
Namun sayangnya website kami yang beralamat di www.swadesiprinting.com hilang karena kelalaian saya memperpanjang jasa hosting. Saya memang harus bedrest selama satu bulan sehingga tak pernah membuka email. Cilakanya pemberitahuan expired disampaikan oleh vendor melalui email.
Tapi, yah dalam bisnis selalu ada masalah. Ada rasa kecewa.namun tak berkelanjutan. Hari itu juga saya membangun website baru dengan alamat baru di www.swadesiprinting.net. hampir 3 hari saya membangun website itu.membangun dari awal, karena ternyata saya tak membuat beckup data website lama.
Hari ini alhamdulillah website cru kami sudah menduniamaya.walaupun belum seoptimal website lama, namun website itu sudah mulai dikunjungi customer.

Senin, 16 Juni 2014

Hermawan Kertajaya Makin Religius,WOW!

Tak seperti 16 tahun yang lalu kali ini Hermawan Kertajaya tampak lebih religious, lebih wise.
Hermawan menjelaskan tentang era marketing 3.0. Dimana setiap perusahaan harus mampu menyuguhkan produk dan pelayanan yang terpercaya.

Ia memperkuat argumentasinya dengan ajaran Islam yang dianggapnya sangat matching dengan tantangan dunia saat ini. Sebuah perusahaan menurutnya harus memiliki sifat terpuji sebagaimana yang dimiliki Nabi Muhammad,yaitu shidiq, amamah, tabligh, fathanah. Seorang penganut katolik yang islami, WOW!

Hermawan Kertajaya, WOW!

Terakhir menyerap ilmu dari pak hermawan sekitar 16 tahun yang lalu. Saat sy masih kuliah dijogja. Ilmunya tentang brand, process and positioning masih melekat sampai sekarang.
Ilmu pak hermawan yang serap selama lebih kurang 3 jam di 16 tahun yang lalu itu juga yang menjadi modal saya untuk untuk menopang profesi saya sebagai pengajar ilmu marketing, konsultan komunikasi politik dan pariwisata, hingga menjadi seorang graphic desïgner.
Nah pagi tadi malam, sahabat saya, subhan noviar, yang berkarir di perusahaan distributor semen gresik memberi saya undangan untuk menghadiri ceramah pak hermawan dalam acara indonesia marketeers festival 2014, di hotel aston pontianak. Saya hanya bisa bilang WOW!
akhirnya saya bisa nyantrik lagi dengan hermawan kertajaya setelah 16 tahun...WOW

Minggu, 15 Juni 2014

MENERIMA CAHAYA CINTA


Cinta. Itulah yang membedakan antara manusia dengan hewan. Hewan punya cinta, tapi  cinta yang dimiliki oleh hewan tak berlangsung panjang. Hewan juga tak punya kemampuan untuk mengatur volkume cinta. Ia tak mampu menyedikitkan atau memperbanyak. Cintanya segitu saja tak berkurang. Tidak juga bertambah. Ia juga tak mampu mengatur sendiri kapan cinta itu harus dihadirkan. Kapan cinta itu hilang.

Seekor harimau misalnya, tentu memiliki cinta. Ia misalnya, sangat mencintai anak-anaknya. Ia akan melindungi anaknya dengan sekuat tenaga, bahkan ia akan melindungi anaknya dengan nyawanya. 

Namun cinta yang sempurna itu tak berlangsung lama. Cinta hewan buas itu memiliki durasi yang pendek. Harimau misalnya hanya memiliki durasi cinta antara 2-3 tahun. Saat sang anak beranjak dewasa misalnya, cinta sang induk pada anaknya akan berangsur-angsur pudar. Dan ketika sang anak sudah semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomis terlebih ketika sanga anak sudah mulai mengenal asmara, maka cinta sang induk akan hilang. Sang induk  bahkan bisa terlibat dalam konflik fisik yang sangat keras dengan anak yang ia lahirkan dengan susah payah itu.

Berbeda dg hewan, potensi durasi cinta manusia jauh lebih panjang. Bahkan tak dibatasi ruang dan waktu. Cinta manusia dapat berlangsung sangat panjang namun bisa pula berlangsung dengan sangat pendek. Manusia juga bisa mengatur cintanya. Ia bisa mengatur kapan harus menumbuhkan, kapan ia harus membunuh cinta dan menggantinya dengan kebencian.
Sayangnya, manusia sering lupa dengan kemampuannya untuk mengelola cinta ini. Karena tak memiliki kemampuan, maka seringkali kita melihat seorang manusia yang sedang mencintai seseorang bersikap dan berperilalku yang aneh-aneh. Seringkali juga kita menyaksikan drama anak manusia yang kejam tak terperi  karena rasa cintanya sudah ia buang habis dan ia gantikan dengan kebencian.

Dalam rumah tangga, katalis pengatur cinta adalah ego. Maka mengatur cinta sejatinya adalah mengatur ego. Ego yang tak terkendali membuat kita hilang kesadaran. Kita merasa menjadi sentral atas semua kemajuan. Sedangkan orang lain kita anggap sebagai sentral dari persoalan.

Merasa benar, merasa lebih baik, merasa ingin lebih menonjol, itulah bentuk aktualisasi dari ego kita. Dalam situasi yang ekstream saat ego memuncak, nafsu dapat dengan mudah membakar amarah. Lalu munculah pertikaian, munculah perseteruan, saling hardik, saling caci, bahkan berujung pada bentrok fisik.

Jika ego itu semakin tak terkendali hilanglah kemanusian kita, tak ada lagi saling percaya, tak ada lagi kedamaian. Hîdup saling curiga dan salingbenci. Hubungan antar anak manusia tak bisa salng menghargai tak bisa saling menghormati.

Namun demikian, ego adalah fitrah manusia. Ego tak mungkin lenyap dari diri manusia. Ego hanya bisa dikendalikan. Salah satunya dengan menghadirkan cinta dalam hati kita.

Sayangnya cinta itu tak akan pernah tumbuh di hati yang penuh dengan debu. Ia hanya bisa tumbuh di hati manusia yg bersih. Karena hati manusia sejatinya adalah cermin.

Karena cermin yang bersihlah, maka manusia mampu menerima cahaya cinta. Iya menerima! Karena itu berasal dari Tuhan. Manusia hanya mampu menerima lalu memantulkan kembali cahaya cinta itu kepada obyek yang ia mau.

Nah jika demikian adanya, mari bersihkan hati kita agar cermin jiwa kita menjadi lebih jernih. Dan semoga dengan kejernihan itu kita dapat menangkan percikan cahaya Allah dan memantulkannya kepada seluruh alam semesta.

Sungguh berbahagialah manusia yang mampu menerima cahaya cinta.

Bungben, Pontianak, 15 Juni 2014

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...