Selasa, 28 Januari 2014

Ilmu, Moralitas dan kebahagiaan

Kebahagiaan itu tidak identik dengan hal-hal yang bersifat material belaka. Tak ada jaminan seorang yang kaya raya dan memiliki kekuasaan itu hidupnya pasti bahagia. Bisa jadi orang yang tak punya apa-apa justru dapat makan, minum, dan tidur nyaman sepanjang hati dibandingkan dengan mereka yang secara material punya segalanya.
Namun demikian harta dan kekuasaan adalah dua unsur yang dapat pula membuat kita hidup bahagia.
Dengan demikian tidak pada tempatnya kita mengejek orang yang lemah pada sisi harta dan kuasa lalu lebih menghormati mereka yang memiliki kelebihan harta dan kuasa. Bisa jadi mereka yang tak berpunya itu jauh lebih bahagia dibandingkan mereka yang berpunya.
Kebahagian dapat dicapai dengan menjaga kualitas moral. Mereka yang selalu berbuat baik, tak pernah menyakiti sesama, tak pernah merusak diri sendiri dan lingkungan akan dapat mencapai kebahagiaan yang lebih baik daripada mereka yang kaya raya tapi tak peduli dengan kualitas moralnya.
Dan alangkah sempurnanya kebahagian apabila ia dapat memiliki keduanya. Munhkinkah? Tentu saja.
Bahagia ituvmasalah rasa, ia berkaitan dengan kualitas moral. Kaya dan kuasa itu persoalan ilmu. Dengan demikian wajar saja jika kita menemukan seorang yang rajin ke masjid dan tak pernah berbuat jahat, namun secara materi ia kalah dengan mereka yang sama sekali tak menjalankan ajaran agama. Karena keduanya sangat berbeda. Mereka yang sering ibadah tak punya ilmu apa-apa tak akan mampu meningkatkan taraf perekonomiannya. Sedangkan mereka yang memiliki ilmu rapi tak pernah beribadah tentu akan memiliki pencapaian materi yang lebih baik.
Harta dan kekuasaan itu adalah domain ilmu pengetahuan.

Minggu, 26 Januari 2014

Tentang Akal Manusia

Kemarin baru selesai menyederhanakan proses pengembangan motivasi. Mudah-mudahan audah dapat diajarkan kepada teman-teman. Rencananya akan dilanjutkan pada proses pengembangan intelektual. Nah, alhamdulillah jumpa satu artikel yang bernilai tinggi sehingga bisa dijadikan salah satu inspirasi. Silahkan sama-sama kita nikmati.

KECERDASAN AKAL BUKAN SEGALA-GALANYA

oleh: Nazamuddin

Jadi, menurut pendapat berbagai pakar
pada otak inilah pusat potensi intelektual
sekaligus “Kecerdasan Intelektual (IQ)”.
Dengan demikian yang dimaksud dengan “IQ adalah kemampuan kita dalam melakukan aktivitas akal, baik dalam menerima, menyimpan, mengolah, maupun mengeluarkan informasi, lalu yang termasuk kedalam kategori IQ adalah membaca, menghafal, menulis, menganalisa dan berhitung”.
MenurutMuhamamad Zuhri :
“Bahwa IQ berhubungan dengan mengelola ala (alkauniyah), sehingga IQ sangat erat hubungannya dengan kemampuan kita dalam mengembangkan panca indra dan akal. Lewat ke duanya kita mampu melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang ada di alam semesta,
kemudian di serap, di atur, di olah—baik melalui otak maupun tulisan–sehingga menjadi sebuah informasi; data; fakta, yang sangat dibutuhkan untuk berbagai
penelitian ilmiah. Dari hasil penelitianilmiahinilahmuncul berbagai disiplin Ilmu Pengetahuan”.
Namun demikian patut disadari, bahwa ilmu pengetahuan manusia ke absahannya sangatlah terbatas, sebagaimana terbatasnya kemampuan pancaindra dan akal. Sebab, pancaindra dan akal hanya mampu dalam menangkap sesuatu yang bersifat materi--itu pun belum tentu benar mutlak--sehingga ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam menyerap dan menangkapsetiap informasi yang
di alaminya.
Dengan demikian, jika kita ingin memperolehIlmu Pengetahuan yang pasti, yakin dan sahih; tidak akan diperoleh hanya lewat pancaindra dan akal toq ! melainkan harus melalui“Wahyu, Ilham, Hidayah, Qaromah” dari Allah Sang PemilikSegala Ilmu. Otomatis.
Oleh karena itu, menurutDr. M. Utsman Najti —dalam buku Al-Hadits Al-Nabawi—ada dua cara untuk memperoleh Ilmu Pengetahuan, yaitu:
Pertama; melalui pancaindra dan akal.
Cara ini bisa ditempuh oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam penelitian ilmiah mereka. Pengetahuan ini diperoleh dengan dimulai dari pengamatan terhadap hal-hal yang bersifat bisa ditangkap oleh pancaindra dan berakhir dengan membentuk konsepsi dan struktur akal yang lebih kompleks.
Kedua; melalui wahyu, ilham dan mimpi yang benar. Dengan cara ini manusia memperoleh pengetahuan model khusus yang dikirim Allah yang berisibeberaparealitas, hal-hal ghaib, dan perkara-perkara yang telah dan akan terjadi atau perintah untuk mengerjakan sesuatu.
Para ilmuwan di kalangan dunia Barat lebih banyak mendapat pengetahuan dari cara pertama, sehingga mereka sangat mengagungkan hasil penemuan lewat
pancaindra dan akal, akibatnya mereka menolak kehadiran wahyu (cara ke dua) dan mereka menganggap “wahyu atau dogma” itu bukan lagi wahyu dari Allah, tetapi dari para pemuka agama, sehingga mereka mulai mempertentangkan antara ilmu pengetahuan dengan wahyu atau agama.
Kemudian akal dianggap sebagai kunci kesuksesan, ketika Alfred Binet dan Theodore Simon —dua orang pakar Psichologi Prancis—
mengembang tes modern pertama tahun 1905.
Kemudian Lewis M. Terman dan Maud A. Merrill
—dua orang pakar PsichologiAmerika Serikat—
kemudian mengadaptasikarya ilmuwan Prancis menjadi sebagai Tes Stanford Binet , sebuah alat untuk mengukur tingkat IQ seseorang, kemudian jadilah IQ dianggap sebagai dewa kehebatan yang agung. Akhirnya yang terjadi adalah; karena IQ berkaitan dengan cara mengelolaalam—dengan mengabaikan perasaan—maka “manusia tak ubahnya seperti robot atau mesin komputer yang hanya bisa bertindak dan berbuat tetapi tidak berperasaan atau
tidak manusiawi alias tidak memiliki hati nurani”.
Kemajuan spektakulerdunia barat yang begitu canggih dihasilkan melalui karya IQ secara dhahir (fasilitas, sarana, peralatan, telekomunikasi, informasi dll), namun kropos secara bathiniah (Spiritual), menyebabkan terjadinya berbagai kegelisahan di berbagai belahan dunia, lalu pada dekade akhir-akhir ini
muncullahistilah EQ dan SQ.
Namun, saat ini apa gerangan yang terjadi di kalangan dunia Timur yang kebanyakan Muslim ? Mereka lebih banyak mendapatkan pengetahuan dari cara ke dua.
Mereka sangat mengagungkan wahyu dan mempelajarinya, tetapi mengabaikan ilmu pengetahuan empiris--hasil penemuan lewat olah pancaindra dan akal (IQ)—agak terabaikan, bahkan ada sebagian kalangan Muslim menolak kehadiran cara pertama.
Karena mereka menganggap kekuatan pancaindra dan akal saja akan banyak mendatangkan mudhorat dari manfaatnya.
Akibatnya umat Muslim “hanya puas pada batas pandai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan suara merdu, lalu dipertandingkan dan hasilnya adalah sebuah prestise kebanggaan (Throphy), menyampaikan dalil-dalil ayat Al-Qur’an dalam bentuk Verbal teoritis dan sebagian diantaranya hanya mampu menjustifikasi atau melegalisasi bahwa apa-apa yang telah ditemukan oleh dunia Barat ada di dalam Al-Qur’an”.
Sayangnya Umat Islam tidak berupaya menjadikan Al-Qur’an sebagai pendorong untuk melahirkan karya-kaya ilmiah yang nyata,
bukan hanya terbatas dalam bentuk konsepsual atau kerangka teoritis . Para pemuka agama pun kebanyakan hanya mampu mengalih bahasakan; penyampaian informasi ayat dalam
tektual dan verbal , atau hanya sebatas
pemahaman teoritis (konsep-kosep, formulasi-formulasi) dari ayat-ayat Al-Qur’an, namun belummampu mengahasilkan karya nyata yang tersembunyidi balik ayat-ayat Allah tersebut.
Akhirnya umat Islam selalu tertinggal, kalah canggih baik dalam segi fasilitas, sarana, prasaran, peralatan, telekomunikasi, informasi dll, dan didzolimi dimana-mana. Pada hal sumber dari segala Ilmu Pengetahuan yang paling canggih sepanjang zaman ada dan tersedia di tangan umat Islam, yaitu Al-Qur’an
dan Hadist Nabi. Dan patut untuk menjadi catatan umat Islam, bahwa karya-karya yang dihasilkan oleh ilmuwan Barat beberapa abad yang lalu sampai saat ini, hampir semuanya
adalah merupakan estapet ilmu pengetahuan
yang telah dihasilkan oleh para pemikir Islam terdahulu, yang mereka jiplak atau mungkin juga mereka rampok saat terjadinya Perang Salib I dan II.
Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim terkenal pada zaman kejayaan Islam tersebut antara lain
Ibnu Al-Haitsam dengan nama asli Abu Ali Al-Hasan Ibnu Al-Haitsam Al-Basri Al-Mishri
(lahir 965 M) lebih dikenal dengan nama
Alhazen, Avenetan, atau Avennethan adalah seorang pencetus “Teory Ilmiah”. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi seorang tokoh Matematika penemu “Angka Nol”, lalu lahirlah angka-angka lain seperti angka 1, 2, 3, -1, -2, -3 dan seterusnya. Al-Battani dengan nama
lainnya Albategni atau Albategnius pencetus istilah Sinus, Kosinus, Tangen dan Kotangen dalam Matematika, atau Azimut, Zenit dan Nadir dalam Ilmu Astronomi. Ibnu Sina (981 – 1037 M) dikenal juga dengan nama Avecienna
sebagai Bapak Ilmu Kedokteran. Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakariya Al-Razi (865 – 925 M) dan Jabir Hayyan Al-Kufi (738 – 813 M) sebagai penemu Ilmu Kimia Kontemporer . Ibnu Majid yang menemukan “kompas modern”.
Ibnu Khaldun (lahir 27 Mei 1332 M) sebagai peletak pertama Ilmu Filsafat, Politik, Sejarah dan Sosiologi. Ibnu Batutah (1304 – 1377 M)
menemukan bidang Navigasi dan menjelajah dunia dari Rusia hingga Samudera Pasai. Ibnu Rusyd dikenal dengan nama lainnya Averroes (1126 – 1198 M) sebagai tokoh Filsafat, Sosiologi,Politik dan Sejarah.
Saat ini umat Islam dalam merespon hasil karya ilmiah dunia Barat setidak-tidaknya dapat dibagimenjadiempat golongan,yakni:
1. Ada golongan yang silau dan menelan mentah-mentah semua peradaban yang dihasilkan dunia Barat.
2. Menolak secara membabi buta peradaban dunia Barat.
3. Pilih-pilih sesuai dengan selera hawa nafsu.
4. Menerima dan atau menolak secara kritis berdasarkan ilmudan kebenaran.
IQ menurut Al-Qur’an adalah
“gabungan pembelajaran atau pembacaan antara wahyu dengan hasil pembacaan pancaindra dan akal, keduanya tidak bertentangan, akan tetapi saling melengkapi” .
Berbeda dengan makna IQ diantara dua kondisi–dunia Barat dan Dunia Islam--seperti dijelaskan di atas. Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa “Wahyu adalah untuk mengujikebenaran hasil penemuan ilmiah (hasil pembelajaran terhadap alam semesta)—melegitimasi kebenaran dan meluruskan kesalahan--, sedangkan ilmu pengetahuan
berguna untuk membuktikan bahwa wahyu itu benar dari Allah, karena wahyu (Kitab Suci)
adalah perkataan Allah, sedangkan ilmu pengetahuan (alam semesta) adalah perbuatan-Nya”.
Seperti kita ketahui bahwa wahyu pertama turun adalah Surah Al-‘Alaq. Kata Iqra’
dalam surah ini adalah kata seru (fi’il amr/interjection) dengan arti “Bacalah”. Kata ini berasal dari kata “qiraah” dengan arti:
membaca (tilawah); penalaran, penelitian, riset, observasi; analisis(muthala’ah); mengumpulkan (al-jam’u), dll yang intinya bermuara pada pembelajaran (at-ta’lim), sehingga dalam surah ini kata belajar (at-ta’lim) di ulang sampai tiga kali.
Dalam surah ini juga Allah tidak menyebutkan objek dari qiraah (bacaan), akan tetapi Imam Baidhawy dalam kitab tafsirnya
“Tafsir al-Baidhawy (Darul Kutub Ilmiah,
1999)” , mengisyaratkan bahwa yang dibaca itu adalah Al-Qur’an, namun tidak sedikit para ulama yang berpendapat bahwa objek dari qiraah tersebut bukan hanya Al-Qur’an, akan tetapi juga alam semesta, terutama tentang manusia itu sendiri, sebagaimana terulang dua kali dalam surah ini. MenurutProf. Dr. Quraisy Shihab dalam Agus Nggermanto (Pustaka Hidayah, l977) dalam tafsirnya mengatakan perintah Iqra’ mencakup tela’ahan terhadap
alam raya, masyarakat, diri manusia sendiri
serta bacaan tertulis baik kitab suci maupun bukan kitab suci.
Selain berbicara tentang “membaca”
sebagai sarana mengumpulkan ilmu, surah Al-Alaq’ juga membicarakantentang “menulis”, hal ini terungkap dari adanya kata “Al-Qalm”
dalam surah ini, yang berarti “Pena” (alat tulis) . Membaca dan menulis adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar dan mengajar.
Dalam sebuah “atsar” (perkataan sahabat) : “Ikatlah ilmu dengan tulisan (Qaidu al-‘ilmu bi al-kitabah)” dan perkataan :
“Barang siapa yang mengamalkan apa yang telah ia pelajari, Allah akan mewariskan ilmu yang belumia ketahui (HR. Abu Nu’aim).
Menurut para ahli Psichologi seperti
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki,
menyatakan bahwa aktivitas membaca sangat erat hubungannya dengan komunikasi verbal atau tulisan , bermanfaat untuk
“menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri”.
Dan menulis adalah salah satu sarana untuk menyembuhkan diri dari berbagai penyakit psichologisdan melenjitkanpotensi diri.
Jauh sebelumnya Allah telah membicarakan akitivitas menulis dan membaca kepada Nabi Muhammad SAW melalui Surah Al-‘Alaq. Menurut Dave Meier menyatakan:
“Penelitian mengenai otak dan kaitannya dengan pembelajaran telah mengungkapkan fakta sangat mengejutkan. Jika sesuatu dipelajari dengan sungguh-sungguh, struktur internal sistem syaraf kimiawi (atau elektris) seseorangpunakan berubah. Sesuatuyang baru tercipta dalam diri seseorang—jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan hubungan baru.”

Sumber: nazambkl.blogspot.com/2012/07/kecerdasan-akal-bukanlah-segala-galanya.html?m=1

Latihan menjadi Manusia Biasa

Rencananya beginilah kurikulum pelatihan untuk remaja muslim. Setelah mereka memahami bagaimana membangun spirit salam dirinya sendiri.
Kurikulum ini tidak bertujuan untuk menjadikan remaja muslim menjadi manusia yang hebat dan luar biasa. Akan tetapi menjadikan mereka muslim yang biasa-biasa saja. Muslim yang apa adanya.

1. Latihan mengatur nafas. Sadar pada tarikan dan hembusan nafas. Lalu mengisi tarikan dan hembusan dengan lafal Allah dan mengkonsentrasikan nafas pada satu titik di tubuh kita.
2. Latihan beraktivitas di tengah malam. Tidur niat akan bangun pada jam tertentu.lalu tidur dengan mengatur nafas seperti no.1.
3. Latihan mengatur nafas saat sholat. Fokus pada saat sujud.
4. Latihan memohon petunjuk kepada Allah untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Dengan metode mengatur nafas. Dan saat sudah tenang biarkan nafas berjalan sendiri sambil fokus mohon petunjuk langsung kepada Allah.
5. Latihan tafakur, menanyakan berbagai persoalan yang ada disekitar kita dan membuat kita menjadi resah dan tidak nyaman.

Sebelumnya
1. Latihan berpikir runtut; menyerap data secara runtut, menyimpan data dalam memory, memanggil memori dengan teknik imajinasi, mengolah data menjadi informasi dan menyampaikan informasi secara verbal dan tulisan.
2. Latihan membuang dan mengatasi rasa takut
3. Latihan memecahkan masalah
4. Latihan sadar nafas sambil beraktifitas.
5. Latihan nafas sambil berdzikir dan relaksasi.
7. Latihan berbicara secara runtut.
8. Latihan menulis
9. Latihan mengungkapkan perasaan.

Sabtu, 25 Januari 2014

Konsentrasi dan Hantu

Pelatihan hari ke dua di Perguruan IBM ternyata masih diikuti oleh sebagian besar peserta yang hadir hari Jumat kemarin. Perkiraan saya mungkin hanya 5-6 orang yang tak hadir.tentu ini merupakan pertanda baik semakin hausnya mereka dengan ilmu.
Penampilan para peserta pada hari kedua ini juga jauh lebih tertib dibandingkan kemarin. Tatapan mata mulai tajam. Gerakan tubuh semakin tenang. Hal ini menandakan mereka sudah mulai memahami perlunya keseriusan dalam proses belajar.

Saya masih berupaya meyakinkan para peserta pelatihan tentang hebatnya intelektual yang mereka miliki. Hal ini penting untuk membangun kesadaran mereka terhadap kepemilikan aset paling berharga yang mereka miliki, yaitu akal sekaligus meyakinkan bahwa akal yang mereka miliki dapat diasah menjadi lebih tajam menjadi lebih cerdas dengan cara yang sederhana.

Saya masih fokus melatih para peserta untuk mereview data yang tersimpan dalam memori mereka. Dua orang peserta saya minta untuk menyebutkan organ tubuhnya dengan cara cepat. Namun,  keduanya gagal. Dalam waktu sekitar 15 detik ia hanya mampu menyebutkan 3 organ tubuhnya. Hal itu berarti mereka belum memahami benar apa yang dimaksud dengan mereview memory secara runtut. Lalu saya memberikan contoh agar menyebutkan organ tubuhnya secara runtut. Lalu memberi mereka resep mendayagunakan imaginasi untuk memaksimalkan pemanggilan memori. Saya meminta salah satu peserta yang gagal tersebut untuk membayangkan tubuh rekannya, seakan akan ia hadir didepan matanya. Lalu saya minta ia untuk menyebutkan organ tubuh rekan yang ia lihat secara imajinatif tersebut dengan runtu dan dengan mata terpejam agar lebih konsentrasi. Kali ini ia bisa menyebutkan dengan sangat cepat, dan tak terbata-bata lagi seperti sebelumnya.

Sekaranng sepertinya mereka mulai memahami hubungan antara berpikir runtut, imajinasi dan konsentrasi.
Sesi pelatihan ringan tersebut saya tutup dengan memberikan nasehat tentang pentingnya konsentrasi dan pengamatan terhadap sebuah objek demi memaksimalkan fungsi akal. Lalu menghubungkannya dengan tradisi belajar dan tradisi hidup kita yang seringkali mengabaikan aspek konsentrasi ini. Sayapun mengatakan bahwa semua organ tubuh manusia itu sama. Sehingga jika kita dapat menyebutkan organ tubuh rekan kita, maka kita juga akan mampu menyebutkan organ tubuh berjuta orang yang berbeda. Bahwa ada beberapa organ yang tak dapat kita sebutkan hal itu karena minimnya pengamatan dan pengetahuan kita terhadap aneka jenis dan istilah organ tersebut. Dan dengan pengamatan yang runtut,  detail dan dengan memahami aneka sumber pengetahuan tentang organ tubuh maka akan semakin banyak organ tubuh yang dapat kita rekam dan kita review kembali dengan teknik imaginasi. Demikian pula dengan organ binatang dan tumbuhan. Tak ada yang berbeda dari dulu hingga sekarang. Semua bisa dipelajari dan direkam dengan baik jika kita memerlukannya. Untuk mempelajarinya jangan lewat buku. Tapi langsung melihat secara fisik obyek yang kita amati. Dan jika kita tak tahu namanya maka barulah cari nama itu dari berbagai sumber pengetahuan apakah bertanya dengan orang yang lebih tahu atau membaca buku. Begitulah cara belajar yang benar. Dan amati serta pelajari obyek yang hanya menarik perhatian kita saja atau yang kita anggap perlu dan ada manfaatnya untuk diamati dan direkam dalam memori. Jika sekiranya tak ada manfaatnya janganlah membuang energi untuk hal tersebut. Cari ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Anda dan lingkungan Anda. Sehingga kita tak perlu hanya sekedar ingin mengetahui persoalan organ tubuh manusia lalu bersusah payah menunggu bertahun tahun dan menghabiskan banyak uang untuk kuliah di fakuktas kedokteran. Jika dianggap penting, perlu dan mengasikan, pelajarilah sekarang juga. Saya menambahkan betapa saat ini kita semua dipaksa untuk mempelajari aneka pelajaran yang tidak kita perlukan. Betapa kita dipaksa untuk mengingat aneka pengetahuan yang tak menarik bagi kita untuk dipelajari. Dan akhirnya waktu kita habis hanya untuk mempelajari aneka pengetahuan yang tak ada dampak positifnya buat kita sendiri atau untuk orang lain.

Para peserta menyimak dengan serius apa yang saya sampaikan. Bisa jadi mereka juga belum paham dengan apa yang saya sampaikan. Namun saya yakin satu saat nanti mereka akan paham.

Sesi kedua pelatihan saya buka dengan tema hantu. Saya bertanya pada peserta apakah mereka percaya pada hantu. Sebagian besar dari mereka mengatakan percaya.namun, saat saya tanya apakah mereka pernah melihat pocong, sundal bolong, genderuwo dan sejenisnya, semua mengatakan tak pernah. Saya bertanya kembali kepada mereka jika hantu itu ada, siapa yang menciptakan? Dengan ragu-ragu mereka menjawab Tuhan. Lalu saya bertanya lagi mana yang lebih menakutkan, Tuhan atau Hantu? Mereka menjawab hantu sambil tertawa ragu.
Lalu saya menjelaskan asal muasal hantu dan hubungannya dengan Tuhan. Bahwa hantu itu diciptakanoleh manusia jahat agar kita melupakan Tuhan. Lalu saya meminta mereka menyebutkan Tuhan berkali-kali. Mereka menyebutkannya...dan tak lama kemudian peserta tertawa semua...
Saya diam sejenak. Lalu mengatakan dengan tegas dan keras: mereka yang percaya dengan hantu berarti tak percaya dengan Tuhan. Dan orang yang percaya Tuhan tak boleh percaya dengan hantu.
Kemudian saya menjelaskan berbagai argumentasi bahwa hantu itu buatan manusia karena hantubyang ada di luar negeri berbeda dengan hantu yang ada di Indonesia. Dan istilah pocong hanya ada pada orang indonesia setelah menganut ajaran Islam dimana orang yang meninggal haruslah dikafani. Sebelumnya istilah itu sama sekali tak ada. Jika benar-benar pocong itu ada maka tentu istilah itu sudah disebutkan dalam kitab-kitab yang disusun oleh cendikiawan jaman singosari, majapahit atau mataram kuno. Lalu saya memberikan argumentasi lainnya tentang tak ada pocong atau sundal bolong di eropa dan seteruanya dan seterusnya...

Saya diam sejenak...memberikan kesempatan kepasa peserta untuk menyerap argumentasi saya. Lalu saya melanjutkan penjelasan tersebut dengan  tujuan manusia jahat tersebut menciptakan hantu-hantu itu. Yaitu agar kita tak agar kita menjadi manusia penakut, agar kita tak suka dengan keheningan, agar kita membenci malam hari. Padahal kecerdasan itu milik orang-orang pemberani. Dan malam yang hening itu adalah momen paling hebat untuk mengembangkan akal dan fikiran. tak mungkin ada orang cerdas yang membenci malam dan membenci keheningan. Kita dijauhkan dari tradisi yang memungkinkan kita mampu meningkatkan kecerdasan akal kita. Kita sengaja dibentuk sedemikian rupa agar menjadi manusia-manusia penakut, manusia-manusia yang membenci  malam dan membenci keheningan, menjadi manusia-manusia yang memiliki daya konsentrasi dan daya imajinasi yang hebat. Kita semua sedang dijebak menjadi manusia-manusia bodoh!

Saya menghentikan ucapan saya...mata mereka tak bergerak memandangi gerakan bibir saya yang menembakan kata-kata yang sayapun tak tau datang dari mana.

Saya menutup sesi itu dengan meminta tanggapan peserta. 4 orang peserta menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat buat mereka. Dan saya meminta mereka menentukan tindak lanjut dari pelatihan ini. Mereka meminta saya agar setialphari sabtu dapat membimbing mereka berdiskusi seperti ini lagi. Saya tak punya jawaban lain selain menyatakan SIAP!

Jumat, 24 Januari 2014

Ingatan

Dua minggu yang lalu saya mengajukan diri ke sebuah sekolah swasta di kota pontianak untuk turut serta membina murid-murid yang berada dibangku madrasah aliyah/ setingkat SMA. Pada awalnya saya menawarkan sebuah tema motivasi. Saya memberi tema iti dengan tajuk SPIRIT SUPERMUSLIM.  Tajuk itu saya angkat karena saya meyakini bahwa persoalan rendahnya kualitas generasi kita saat ini bukanlah persoalan rendahnya potensi yang mereka miliki. Tapi karena persoalan lemahnya kemauan untuk maju. Dan itu sangat berkaitan dengan spirit. Sebuah istilah yang lebih rumit dari sekedar istilah motivasi.

Dua minggu sudah konsep itu saya layangkan. Sayapunpun lalai.  Ingatan tentang layangan konsep itu terlindas dengan aneka pekerjaan teknis dipojok ruang kreatif swadesiprinting. Dan tiba-tiba Bang Mirza, ketua yayasan sekolah itu yang juga kolega bisnis saya mengatakan bahwa pelatihan itu telah di acc dan para pelajar telah bersiap untuk mengikuti sessi diskusi. Dan saya diminta hadir sore ini. Beliau menyampaikan hal tersebut disiang hari, disaat pekerjaan lagi bertumpuk-tumpuk dan hanya selang 2 jam sebelum pelatihan teraebut dimulai.

Nah loh, saya belum menyiapkan materi apapun. Mestinya, agar sesuai dengan konsep pelatihan yang saya buat dan sampaikan, saya harua membuat satu atau dua halaman berisi bagan dan kata kunci untuk memudahkan proses pembelajaran tentang cara membangum spirit dalam jiwa anak-anak siswa aliyah itu. Namun, nyatanya bagan dan kata kunci itu masih tersimpan dalam batok kepala. Dan tak mungkin membuatnya dalam waktu yang begitu singkat dan ditengah pertempuran sengit dengan aneka deadline. hihii.

Karena tak ingin membuat mereka kecewa, sayapun langsung tancap gas ke sekolah itu. Saya belum punya ide harus bicara apa. Namun setelah sholat ashar  bersama para siswa itu, saya coba mengamati mereka satu persatu. Mereka adalah anak-anak remaja yang punya sorot mata redup, tak punya perhatian dan gerak tubuh yang  gelisah tak berirama.

Akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan rencana untuk menyampaikan tema tentang spirit supermuslim. Tema itu saya rasa agak berat. Bukan buat mereka, tapi buat saya yang secara konseptual belum punya waktu untuk menyederhanakan gagasan awal tentang membangun spirit agar mudah diajarkan dan mudah dipahami oleh siswa.

Lalu secara spontan  sayapun memutuskan untuk menyampaikan tema tentang kapasitas memori mereka. Agak jauh menyimpang dari rencana awal.

Setelah mengenalkan diri secara singkat, sayapun memulai pelatihan itu dengan menguji kemampuan mereka untuk menyebutkan benda-benda dilingkungan sekolah dalam waktu 30 detik.

Hasilnya dari 30 orang hanya 3 orang yang mampu menuliskan 10 benda. Yang lain rata-rata 4 benda.

Lalu saya ajarkan tentang tekhnik penyebutan benda secara sistematik. Hasilnya 13 orang berhasil menuliskan 10 benda. Lumayan ada peningkatan.

Kemudian saya menyampaikan teori tentang daya rekam otak manusia yang luar biasa. Bahwa pada prinsipnya apa yang direkam oleh pancaindera tak akan pernah hilang dari memori manusia. Dan lupa itu adalah gagalnya kita dalam memanggil memory yang tersimpan rapi dalam otak kita.

Sayapun meminta mereka untuk membayangkan seakan-akan mereka berjalan dan pada saat berjalan mereka melihat aneka barang secara runtut. Serelah itu saya meminta mereka untuk menyebutkan secara lisan benda-benda yang berhasil mereka lihat. Lalu menuliskannya dalam 30 detik. Hasilnya 20 orang mampu menuliskan 10 benda.

Lalu saya meminta mereka untuk menghadirkan diri pada satu tempat saja lalu memusatkan perhatian dan pengamatan disitu secara runtut dan fokus. Lalu menyebutkan secara lisan dalam 5 detik dan kemudian menuliskannya dalam 30 detik. Hasilnya 25 orang yang bisa menyebutkan lebih dari 10 benda. Kemudian saya mengajarinya tentang konsentrasi, penghadiran rasa dan cara menulis cepat. Dan hasilnya seluruh peaerta bisa menuliskan lebih dari sepuluh benda.

Tekhnik pelatihan ini sangatlah simple, namun saya punya tujuan lain dari sekedar berupaya meningkatkan keterampilan mengingat. Yaitu meningkatkan rasa percaya diri mereka bahwa dengan kemauan dan pembelajaran yang benar semua orang bisa jauh lebih cerdas dan akan jauh lebih hebat.

Saya bersyukur tujuan antara itu sepertinya tercapai. Hal ini terbukti dari meningkatnya perhatian mereka terhadap materi yang saya sampaikan. Dari yang semula gelisah, suka nyeletuk yang tak kontekstual, suka ngobrol dan bebisik-bisik dengan teman disampingnya, menjadi lebih tenang, dan lebih fokus.

Sesi pelatihan akan dilanjutkan kembali keesokan harinya. Dan sayapun menutup sesi pelatihan setengah diskusi tersebut dengan beberapa nasihat. Pertama, konsentrasi dan perhatian itu sangat penting. Dan kita bisa menebak kadar intelektual seseorang hanya dengan melihat tatapan mata dan gerak-gerik mereka. Mereka yang punya tatapan tak tenang dan tak bisa fokus adalah orang-orang yang hampir dapat dipastikan bodoh. Dan jika tak ingin dikatakan bodoh maka konsentrasilah, fokus dan perhatikan jika ada orang yang berbicara. Kedua, oleh karenanya ada hubungan antara akhlak yang baik dengan kecerdasan seseorang. Mereka yang tak menghargai orang yang bebicara didepannya, mereka yang berprasangka buruk dan suka meremehkan orang lain pastilah orang yang bodoh dan akan selamanya bodoh jika tak mau memperbaiki diri. Ketiga, bahwa semua keberhasilan, apakah itu berkaitan dengan pencapaian materi atau non materi semua berasal dari ilmu. Dan mereka yang tak mampu mendapatkannya adalah mereka yang tak mampu menyerap ilmu dengan baik. Mereka tak mampu karena mereka memiliki sikap sebagaimana yang saya sebutkan tadi. Keempat sejarah telah membuktikan banyak orang yang mampu menceritakan banyak hal secara verbal maupun secara tulisan seperti para sahabat nabi yang mampu menghafal ayat Al-quraan dan perkataan nabi, seperi Al-ghazali, pramodya, tan malaka, soekarno yang menulis buku tanpa buku itu tak mungkin ada jika cara mereka belajar hanya mengandalkan catatan atau mendengar saja. Mereka memiliki sebuah cara yang memungkinkan mereka dapat menyimpan dengan baik apa yang mereka dengar. Kelima jika ingin otak kita semakin cerdas jangan hanya sekedar belajar, tapi mengajarlah. Dan cara mengajar yang terbaik adalah berdiskusi dan bertukar informasi. Dan terakhir semua akan sia-sia jika kita tak punya kemauan. Dan oleh karenanya pelatihan sesi kedua tak ada paksaan. Semua harus datang dengan kesadaran sendiri. Dan bahwa mereka yang tak hadir besok merupakan orang yang memang telah memilih menjadi manusia bodoh dan terbelakang.

Senin, 20 Januari 2014

Caca Belajar Menulis

Malam ini, lepas maghrib tergerak hati untuk mengajarkan Khansa menulis. Khansa adalah anak tertuaku, umurnya 9 tahun dan baru duduk di kelas 3 sekolah dasar.
Saya mengajarinya menulis dengan teknik imajinatif. Caranya dengan membiarkan ia bercerita secara verbal terlebih dahulu. Lalu memintanya untuk mentransfer ceritanya melalui melalui tulisan di hp android. Hasilnya tak mengecewakan. Inilah tulisan pertamanya setelah saya edit ejaan
yang masih salah.

Mencari Tupai di Kebun
Pada hari sabtu pagi yang cerah, aku pergi bersama ayah dan adikku ke kebun. Perjalanan nya agak sedikit jauh. Kami pergi ke kebun untuk mencari tupai. Aku ingin sekali bertemu dengan tupai. Kata nya tupai itu lucu, jadi aku ingin sekali melihatnya.

Itu satu paragraf tulisan khansa. Mudah-mudahan saya bisa terus memotivasinya dalam menulis.

Kamis, 16 Januari 2014

Gagal itu Pilihan

Beberapa hari yang lalu, dengan sangat terpaksa, kami memberhentikan seorang karyawan. Sebuah keputusan yang sangat jarang kami lakukan.
Karyawan itu sebut saja Timun namanya.

Timun masih dalam tahap karyawan percobaan. Ia masih muda baru seumur anak kelas 3 SMA.

Tradisinya setiap anggota baru dalam perusahaan kami, harus melewati waktu 3 bulan percobaan. Gaji yang diberikan juga berada di bawah UMR. Namun, saya dan teman-teman tetap memikirkan agar si Timun bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan memanfatkan keahlian yang ia punya.
Kebetulan ia memiliki keahlian dalam bidang sablon menyablon. Lalu kamipun membelikan peralatan sablon agar dapat dipergunakan untuk menambah penghasilannya.

Pada bulan pertama, saya melihat ia punya kebiasaan yang buruk. Ia sulit bangun pagi. Ia selalu masih mendengkur ketika kantor sudah dipenuhi oleh karyawan. Saya sering memberi peringatan terkait dengan kebiasaan buruknya tersebut. Namun, kami yakin kebiasaan itu bisa diperbaiki. Oleh karena itu hampir setiap hari saya dan teman-teman rela melakukan pekerjaan tambahan; membangunkan ia tidur. Timun memang diperbolehkan tidur di kantor, karena tempat tinggal yang jauh dan tak memiliki kendaraan. Sehingga kami bisa mengetahui kebiasaan buruknya tersebut.
Singkat cerita Si Timun bisa mengurangi kebiasaan buruknya tersebut. Lewat sablonan iapun bisa mendapatkan tambahan 30% dari gaji percobaannya. Namun, kebiasaan buruk bangun siang belum hilang.

Pada bulan kedua dan ketiga si Timun mulai bikin ulah. Ia tidak hanya masih sering mendengkur di siang hari, iapun mulai sering meninggalkan tugas utamanya dalam bidang finishing, dan lebih memilih aktivitas sablon. Ia berpikir, sablonan memberikannya pendapatan tambahan. Sedangkan pekerjaan finishing tak memberikan pendapatan apa-apa. Saya mengamatinya dan berusaha memperbaiki pola pikirnya yang salah. Saya selalu mengatakan bahwa tanggung jawab utamnya adalah membantu proses finishing hasil cetakan. Sedangkan sablon itu pekerjaan sambilan yang memberikan tambahan penghasilan. Bahkan saya bilang pada si Timun bahwa kita berencana membuat industri sablon yang lebih modern dengan dukungan peralatan dan bahan bahkan yang lebih baik. Si Timun akan memegang unit itu jika ia dapat memperbaiki tradisi kerjanya dan menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang sablon menyablon.
Saya mengamati perkembangan kerjanya untuk mengetahui apakah pola pikir yang saya berikan masuk dalam akalnya. Kesimpulannya, pola pikir itu tak masuk dalam akalnya. Si Timun tetap bangun siang, tetap meninggalkan tanggung jawabnya. Dan belakangan ia mengeluh bahwa pendapatannya terlalu rendah. Bahkan ia mulai tak bersemangat melakukan pekerjaan sablonan yang dapat memberikan tambahan pendapatannya. Ia pernah mengeluh dengan rekan-rekan bahwa tambahannya dari kerjaan sablon itu tak seberapa.

Saya melihat bahwa kini persoalan Timun bukan lagi persoalan kebiasaan, tapi persoalan pola pikir.  Dahulu kami belajar jatuh bangun. Dan mengeluarkan biaya yang tak sedikit sekedar untuk mengetahui apa itu bisnis, dan sekedar ingin mendapatkan pengetahuan baru. Kini dari pengetahuan itu kami dapat menghasilkan banyak hal sehingga dapat membuat sebuah perusahaan yang dapat menjadi sumber penghasilan bagi cukup banyak kawan. Sedangkan Si Timun itu malah kami bayar agar mau belajar. Tapi karena ia malas, proses pembelajarannya tak menghasilkan pengetahuan apa-apa selain uang. Ia menganggap uang dapat memperbaiki nasibnya. Padahal yang memperbaiki nasib manusia itu adalah pengetahuan tentang proses kerja sunatullah yang dilandasi oleh kepercayaan tentang keberadaan Nya. Dan ketika kita ingin memperbaiki pendapatan kita, maka kita harus memperbaiki pengetahuan dan mental kita.

Si Timun berada dalam kubangan lumpur pemikirannya sendiri. Dan karena lumpurnya bisa mengotori lantai dan rekan-rekan sejawatnya, kamipun mengatakan padanya bahwa kami tidak bisa bekerjasama dengan orang yang tak mau belajar dan tak mau memperbaiki diri.  Dan sebaiknya ia mencari pekerjaan di tempat lain saja.

Saya memetik pelajaran dari si Timun, bahwa kegagalan itu bukanlah sebuah nasib. Namun kegagalan itu adalah persoalan pola pikir. Persoalan mindset. Oleh karena itu masalah kaya atau miskin itu juga bukan persoalan nasib, tapi persoalan pilihan dalam menggunakan pola pikir. Mereka yang kini hidup miskin karena memilih pola pikir orang miskin; tak mau belajar, suka mengeluh, tak pandai bersyukur, tak mau memperbaiki diri, malas bekerja, dsb. Sedangkan berdasarkan pengamatan, mereka yang hari ini dapat hidup lebih baik memiliki khatakter yang berbeda; pantang mengeluh, tak pernah berhenti belajar, selalu memegang komitment, kekeh menjaga kredibilitas, dan selalu bekerja keras.

Dan oleh karenanya, kaya atau miskin, gagal atau sukses itu adalah sebuah pilihan. Jadi sekarang sile jak dipileh.

Selasa, 14 Januari 2014

P.E.R.I.S.T.I.W.A (II)

Sesi kedua pengajian Bang Dodi dibuka dengan PR baru. Beliau mengupas cerita klasik dalam Al-Quraan tentang perjalanan Nabi Khaidir dan Nabi Musa.Nabi Musa adalah Nabi yang sangat kritis. Namun ia adalah seorang manusia yang sangat taat. Oleh karena itu ia dianugrahkan kecerdasan yang luar biasa oleh Allah SWT.

Dalam cerita perjalanan Nabi Khadir dan Nabi Musa, Nabi Musa belajar dengan Nabi Khaidir.Nabi Khaidir mengijinkan dengan syarat Nabi Musa tak boleh mempertanyakan apapun yang ia lakukan disepanjang jalan. Nanti Nabi Khaidir akan menjelaskan tindakan Nabi Khaidir tersebut setelah perjalanan berakhir.Singkat cerita di sepanjang jalan Nabi Khaidir melakukan tindakan-tindakan yang menurut Nabi Musa aneh. Ia membocorkan perahu, membunuh anak kecil, serta membangun dinding rumah yang hampir roboh tanpa meminta upah.

Bang Dodi meminta peserta kajian untuk memikirkan peristiwa di balik cerita tersebut. Lalu mengaitkannya dengan proses keimanan.
Seperti biasa peserta kajian memberikan jawaban dengan sangat aktif. Dan seperti biasa pula tak ada satupun yang dapat memberikan jawaban yang benar. Atau tepatnya tak ada seorangpun yang dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan harapan Bang Dodi.
Nah sayangnya saya tak menyimak jawaban dari Bang Dodi, karena instrument penampung limbah cair saya sudah overcapacity, sehingga harus diaalurkan.hihiii.
Namun saya masih sempat mendengar penjelasan Bang Dodi tentang perlambang aksi Nabi Khaidir yang membocorkan perahu, membunuh anak kecil serta membangun dinding. Membocorkan perahu adalah perlambang nafas yang keluar dan masuk dari hidung manusia. Hal ini akan mengingatkan kita pada kematian. Orang yang beriman harus ingat dengan kematian. Membunuh anak kecil adalah perlambang penglihatan. Agar keimanan terjaga maka kendalikan penglihatan. Sedangkan dinding perlambang telinga, kita harus menegakan telinga agar dapat mendengarkan segala informasi di dunia dalam rangka meningkatkan keimanan. Demikian kurang lebih yang saya dengar.
Saya belum begitu paham dengan penjelasan Bang Dodi. Namun, setelah usai mengikuti pengajian itu, sepanjang hari saya berpikir tentang materi pengkajian yang sangat kaya informasi tersebut dan berusaha menyimpulkannya agar dapat memetik pelajarannya.

Saya menemukan jembatan kata "hikmah" untuk menajamkan pemahaman saya terhadap materi yang disampaikan Bang Dodi. Kata penghubung "hikmah" tersebut dapat memudahkan saya pribadi untuk membulatkan pemahan atas kajian yang disampaikan oleh Bang Dodi.
Berikut kespulan yang saya buat dengan pemahaman saya prinadi.


  1. Bahwa sebagai seorang muslim, kita harus sadar dan peka dengan peristiwa. Peristiwa itu mengandung banyak "hikmah" yang harus dikembalikan bagi peningkatan kualitas keimanan. 
  2. Hikmah dibalik peristiwa harus dicari oleh setiap individu. Caranya adalah dengan berfikir.
  3. Seorang muslim yang berkualitas adalah muslim yang memiliki kualitas keimanan yang mantap. Dan kualitas yang mantap tersebut dihasilkan dari kemampuan untuk memikirkan dan memetik hikmah di balik peristiwa.
  4. Dengan pemahaman tersebut maka setiap peristiwa, apakah itu peristiwa yang menyedihkan maupun yang menggembirakan akan selalu berdampak positif bagi peningkatan kualitas keimanan seseorang. Sehingga tak ada alasannya seorang muslim terlalu berlarut-larut dalam kesedihan karena mengalami peristiwa yang menyedihkan. Karena seluruh peristiwa akan memberikan peningkatan kualitas keimanan kita sebagai hamba Allah (abdullah).
  5. Keimanan seseorang akan mampu menciptakan peristiwa untuk kembali memberikan peningkatan keimanan seseorang. Hal ini berarti keimanan seseorang akan tampak pada perilakunya, apakah ia hanya mampu sekedar menjadi saksi atas peristiwa atau lebih dari itu, membuat aneka peristiwa yang mampu meningkatkan kualitas keimanannya.

Mungkin kesimpulan yang saya tuliskan berbeda dengan apa yang diharapkan oleh Bang Dodi. Namun, saya yakin tak jauh berbeda selama 'peristiwa' pengajian itu mampu menambah kualitas 'keimanan' saya. Dan untuk saat ini, persoalan bertambah tidaknya keimanan saya,  hanya saya dan Allah lah yang tahu. Sedangkan untuk masa yang akan datang, setiap orang dapat mengetahuinya pula. Caranya mudah, yaitu dengan cara melihat peristiwa yang saya lakukan dan cara saya menyikapi segala peristiwa yang terjadi. Semuanya harus dikembalikan kepada peningkatan kualitas keimanan. Jika tak ada peristiwa dan tak ada peningkatan keimanan, pengajian 3 jam itu sia-sia. Rugi juga rasanya. Wallahualam.

P.E.R.I.S.T.I.W.A (I)

Kira-kira seminggu yang lalu saya mengantarkan istri mengikuti forum kajian Bang Dodi. Ini kali pertama saya mengikuti kajian Bang Dodi secara langsung.
Saya agak kesulitan menyerap kajian beliau. Mungkin karena kajian malam itu adalah kajian yang didesain dengan kurikulum yang terprogram secara sistematis. Sehingga saya perlu waktu untuk memahami istilah dan konsep berpikir yang mungkin telah disajikan pada pengajian-pengajian sebelumnya.

Pengajian dilakukan di sebuah masjid, yang terletak di daerah Jl. S. Raya Dalam Pontianak. Tepatnya di gg. Imaduddin. Pesertanya cukup banyak. Sekitar 80 orang. 90% nya anak muda berusia 20-40 tahun. Malam itu Bang Dodi menyampaikan tema tentang Iman dan peristiwa.

Dalam kajiannya Bang Dodi menyampaikan bahwa seorang manusia pasti mengalami berbagai peristiwa dan setiap peristiwa itu harus dikaitkan dengan iman. Peristiwa menghasilkan iman dan iman menghasilkan peristiwa. Begitu siklusnya, kata Bang Dodi.

Ia menjelaskan konsepsi tersebut dengan peristiwa kelahiran Muhammad SAW. Dimana manusia yang agung itu dilahirkan oleh pasangan Abdullah dan Aminah, lalu ayahnya meninggal sebelum Muhammad lahir. Dan tak lama setelah ia lahir, ibunya meninggal pula. Lalu Rasul diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, seorang pemuka suku Quraisy yang disegani di daerah Mekkah.

Bang Dodi membuat gambaran kelahiran Muhammad dengan aksara arab. Paling atas sekali ia menulis kakek Muhammad dengan aksara arab; Abdul Muthalib. Di bawahnya ada Abdulllah. Disamping Abdullah ada nama Aminah. Lalu dari kedua nama tersebut ia menulis kata Muhammad. Dan disamping kanan kata Muhammad ada kata aksara arab yang dibaca; Abu
Thalib.

Bang Dodi pun lalu melemparkan pertanyaan kepada peserta kajian. Pertanyaan pertama yang ia lemparkan adalah mengapa yang meninggal duluan adalah ayahnya Muhammad bukan ibunya. Peserta tak ada yang bisa menjawab. Bang Dodi memotivasi peserta untuk berpikir. Beberapa peserta ada yang menjawab tapi tak masuk kategori jawaban tepat menurut Bang Dodi. Saya ikut-ikutan sibuk mencari jawaban. Namun, saya lebih sibuk merekam apa yang Bang Dodi bicarakan malam itu. 

Beragam jawaban disampaikan oleh peserta kajian lagi. Tapi selalu saja tak ada jawaban yang tepat menurut Bang Dodi. Namun, tiba-tiba ada suara wanita di belakang yang menjawab bahwa kalau ibunya dulu yang meninggal, maka Muhammad tak akan lahir. Dan Bang Dodi bilang itulah jawaban yang tepat. Hadirin tertawa. Saya yakin yang mereka tertawakan bukanlah jawaban wanita itu, tapi lebih kepada mentertawakan diri sendiri karena tak bisa berpikir sesederhana wanita di belakang itu.

Spekulasi jawaban sayapun sama sekali tak ada yang sama dengan jawaban wanita di belakang sana. Sayapun ikut tertawa kecil sebagai wujud pengakuan tentang kedunguan akal saya, hihiii.

Lalu Bang Dodi melemparkan pertanyaan kedua. Pertanyaan itu ia istilahkan dengan "PR" artinya Pikirkan Rahasianya. Saya tak paham dengan istilah itu. Tapi pada akhirnya saya paham bahwa istilah itu adalah istilah untuk mengajak peserta kajian untuk memikirkan pesan dibalik peristiwa atau ayat Al-Quraan.

PR kedua yang ia lemparkan adalah memahami peristiwa dan iman dibalik kelahiran Muhammad. 7-8 orang mencoba menjawab PR dari Bang Dodi melalui kertas untuk diperlihatkan kepada Bang Dodi. Tapi tak ada satupun yang masuk dalam kategori 'jawab tepat' oleh Bang Dodi. Sayapun ikut sibuk berpikir walau tak paham benar apa maksud pertanyaannya. Saya turut serta menyiapkan jawaban saya. Buat persiapan, pikir saya. Siapa tahu tiba-tiba ia meminta apa yang saya tuliskan. Gawat juga kalau ia tahu saya tak menuliskan apa-apa. Hihiii.

Karena tak terbiasa membawa pulpen dan buku pada acara diskusi, sayapun menuliskan jawaban saya pada hp saya. Jawaban yang saya tuliskan adalah:  "tanda/ al-ayat". Maksud saya, dalam peristiwa kelahiran Muhammad pasti ada tanda kekuasaan Allah.

Namun, syukurlah Bang Dodi tak menghampiri saya, jadi saya agak santai.

Beberapa orang tetap berusaha menjawab dan tak ada satupun jawaban yang tepat menurut Bang Dodi.

Karena tak ada yang bisa memberikan jawaban yang tepat, pada akhirnya Bang Dodi pun menjawab sendiri pertanyaannya.

Saya berharap penjelasannya sama dengan apa yang saya tuliskan. Tapi ternyata jauh berbeda, hehee.

Penjelasan Bang Dodi sebagai berikut. Bahwa peristiwa kelahiran Muhammad adalah peristiwa yang menghasilkan keimanan. Ayahnya adalah Abdullah yang berarti hamba Allah. Ibunya bernama Aminah yang dalam bahasa indonesia berarti irang yang jujur atau amanah. Dari kedua orang tua itulah lahir Muhammad, seorang manusia terbaik di muka bumi. Oleh karena itu, lanjutnya,  jika kita menginginkan generasi yang berkualitas, maka jadilah ayah dan ibu yang benar-benar berkualitas yaitu ayah yang benar-benar mengabdi kepada Allah (abdullah) serta ibu yang dapat memegang teguh kejujuran (al-amin). Kedua kombinasi itu melahirkan Muhammad yang memiliki keimanan yang terbaik diantara manusia. Manusia-manusia berkualitas seperti Muhammad akan bisa lahir apabila kita semua dapat menjaga keimanan kita sehingga semata-mata hanya mengabdi jepada Allah bukan kepada yang lain. Dan menjadi orang tua yang mampu beraikap amanah. Begitu kata Bang Dodi berapi-api.

Saya belum nyambung dengan penjelasannya. Tapi berusaha untuk tetap fokus dengan segala ucapannya. Kalaupun saya tak mampu merekam apa yang ia bicarakan, minimal dengan fokus saya bisa terhindar dari serangan kantuk. Kalau tiba-tiba tertidur di tengah-tengah masjid itukan bisa kacaukan karir saya sebagai peserta kajian barunya Bang Dodi, hihiii.

Jam dinding menunjukan pukul 22.30. Beberapa kali kantuk menyerang tapi selalu hilang dengan ajakan berpikir dari Bang Dodi. Perginya rasa kantuk itu mungkin juga akibat saya terpengaruh oleh keantusiasan peserta kajian malam itu. Ada banyak anak muda di dalamnya. Tampak energik, bersemangat dan haus dengan ilmu. Ada beberapa yang sudah mulai mengantuk tapi lebih banyak yang bersemangat. Saya memfokuskan pandangan saya pada yang bersemangat agar bisa menyerap semangatnya demi mengalahkan serangan rasa kantuk.

Setelah memenangkan pergukatan dengan rasa kantuk, saya kembali fokus pada Bang Dodi.

Selanjutnya ia menjelaskan tentang perlunya ummat islam meniru kebiasaan Muhammad.

Ia mejelaskan bahwa kata Muhammad dalam aksara arab itu berbentuk seperti orang jongkok. Lebih tepatnya seperti orang yang sedang berpikir. Nah, makanya kalau mau seperti Muhammad maka berpikirlah, berpikirlah! ucapnya bersemangat setengah berteriak.

Saya setuju dengan ucapannya, saking setujunya hampir saja saya bertepuk tangan. Untungnya saya sadar bahwa saya berada di masjid yang sedang serius mengkaji AlQuraan dan tepuk tangan itu tak umum dilakukan pada saat acara-acara seperti. Andaikan saya tak sadar berada di tengan pengajian lalu bertepuk tangan sendiri, pastilah saya akan jadi pusat perhatian. Bisa kacau jadinya.

Saya bersemangat karena saya sependapat dengan statemen Bang Dodi itu, bahwa kemunduran peradaban mualim itu lebih banyak disebabkan karena ummat muslim enggan berpikir. Kita lebih senang memikirkan bagaimana cara wudhu yang benar ketimbang memikirkan betapa hebat ciptaanNya.

Ia menutup sesi itu dengan otokritik terhadap kondisi umat muslim. Kita itu, kata Bang Dodi,  masih sibuk ngurusi masalah halal-haram, masalah shalat yang sesuai dengan hadis dan mana shalat yang tidak sesuai dengan hadis Nabi. Kita juga masih sibuk ngurusin masalah mana hadish sahih mana yang tidak, sementara ummat lain sudah membuat bom nuklir. Mana mungkin kita bisa maju kalau masih sibuk ngurusi hal-hal seperti itu. Kita harus kembali kepada Al-quraan, tegasnya.

Forum hening. Bang Dodi mengangkat gelas yang berisi air putih lalu meneguknya.

Bersambung

Sabtu, 11 Januari 2014

Perjuangan Posisi

Pemilu sudah di depan mata. Sayang apabila ia terlewatkan begitu saja. Walaupun kita tak percaya dengan perubahan apapun dari proses pertarungan politik yang ada, namun minimal ia bisa jadi sarana pembelajaran dan pembuktian pada kita yang muda.

Pembelajaran, tentang sejauh mana anak-anak muda dapat lebih unggul dalam penguasaan area pertarungan nyata yang melibatkan pertarungan gagasan, pertarungan pengetahuan dan pertarungan mental. Pembuktian bahwa mereka yang memiliki pengetahuan dan mental lebih baik akan bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mampu mengalahkan mereka yang tidak punya kecukupan pengetahuan.

Dengan sistem politik yang ada sekarang ini, sebenarnya politik nyata tidak berada pada posisi legislatif, tapi pada posisi eksekutif. Anggota legislatif itu tak punya kekuasaan apapun. Ia tak punya pasukan, ia tak punya anggaran, ia hanya punya kekuatan kolaboratif untuk mengontrol kebijakan.
Akan tetapi anggota legislatif adalah salah satu jalan yang dapat digunakan untuk sampai kepada posisi politik nyata.

Mengambil Posisi Politik
Posisi politik sangat penting bagi anak-anak muda untuk mencairkan kebekuan gagasan. Dunia yang demikian cepat berubah akibat kemajuan teknologi informasi tak mungkin mampu dimanfaatkan oleh mereka yang tak memiliki pemahaman tentang jaman ini. Karena dangkalnya pemahaman tentang kemajuan teknologi, sebuah pekerjaan yang mestinya dapat diselesaikan dalam hitungan jam bahkan menit, dan oleh satu orang saja tapi harus dilakukan dalam waktu berhari-hari dan oleh banyak orang. Biayapun akhirnya tidak efisien. Studibanding tentang tata ekonomi pemerintah daerah di negara lain misalnya, bisa dilakukan oleh satu orang, disatu tempat, dan biaya yang tak lebih dari Rp 50 rb. Apalagi teknologinya kalau bukan teknologi informasi dan internet. Namun, ditangan mereka yang tak memahami teknologi, puluhan orang diberangkatkan selama berhari-hari dan memakan biaya hingga 5 juta kali lipat. Hal-hal seperti banyak terjadi dilembaga pemerintahan.

Anak muda yang mana?

Banyak model anak muda sekarang ini. Tapi anak muda yang seperti apa yang mampu memecahkan kebekuan ini?
1. Seorang pembelajar.
2. Menguasai teknologi informasi
3. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi.
4. Hidup mandiri.
5. Dibesarkan lewat pengetahuan bukan oleh elit politik.
6. Hidup sederhana dan apa adanya.
7. Tak punya rekam jejak yang buruk dalam hal pelanggaran etika moral dan pelanggaran hukum.
8. Memiliki basis sosial yang terus berkembang.

Mari kita cari kharakter anak muda seperti itu. Kalau ada, mari bersama-sama kita lakukan perjuangan untuk posisi politik kaum muda.

Kamis, 09 Januari 2014

Belajar Desain Tanpa Buku

Pagi tadi saat mengisi materi bagi siswa SMK yang akan magang di swadesiprinting, secara spontan saya menyampaikan bahwa guru terbaik untuk desain komunikasi visual bukanlah dari designer. Tapi belajarlah dari sumber ilmu yaitu Sang Maha Designer, yaitu Allah SWT. Saya mengatakan bahwa konsep dasar ilmu desain komunikasi visual tak pernah berubah sejak jaman dahulu. Demikian pula dengan Sang Designernya. Masalahnya sekarang bagaimana cara kita agar dapat mengakses pengetahuan langsung pada sumbernya.
Tak mudah. Tapi tadi sewaktu menyampaikan materi saya menemukan jawabannya...ada waktu nanti akan saya tuliskan secara sistematik.

10 TRADISI BURUK KITA DALAM MENDIDIK ANAK



Sebagai orang tua, secara tidak sadar kita sering melakukan hal-hal yang merusak potensi anak-anak kita. Kita menjadi tidak sadar karena hal-hal buruk tersebut sudah biasa dilakukan oleh orang-orang tua kita jaman dahulu. Saking terbiasanya akhirnya hal tersebut menjadi tradisi.


Cilakanya, tradisi itu ternyata mengandung energi negatif yang berpengaruh buruk bagi perkembangan mental anak-anak kita. Yang saya maksud energi negatif adalah energi yang dapat menekan pengembangan potensi manusia seperti motivasi, keberanian bertindak pengembangan kreativitas dan perngembangan imajinasi.


Berikut beberapa energi negatif yang seringkali kita lakukan secara tidak sadar pada anak-anak kita.

1. Membentak. Membentak akan membuat putusnya harapan dan kemampuan anak untuk fokus terhadap apa yang dilakukannya. Hal ini tak baik bagi pengembangan sikap optimis dan akan membelokan perhatian anak dari dirinya sendiri ke orang yang membentak. Jika sering dilakukan anak akan mudah putus harapan, tak bersemangat, takut berpikir, hilang percaya diri malas menggagas dan tak punya tradisi membangun imajinasi. 

2. Memarahi dengan emosi. Sesekali anak memang perlu dimarahi apabila tidak menunaikan kewajiban atau mengulangi perbuatan yang salah yang berbahaya bagi dirinya. Tapi mestinya hal itu tidak dilakukan secara emosional karena akan merusak wibawa orang tua juga merusak rasa percaya diri anak. Anak yang suka dimarahi juga cenderung akan semakin membangkang dengan orang tua, jiwa menjadi semakin keras demikian juga sikap dan perilakunya.Sesekali tak mengapa memarahi anak kita, namun marahlah tanpa melibatkan emosi apalagi sampai membuat jantung kita sebagai orang tua berdebar-debar. Kendalikan emosi kita karena yang anak-anak itu bukanlah orang dewasa seperti kita. Kita harus lebih mampu mengendalikan emosi kita.


3. Melarang. Kita boleh melarang anak untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut tidak baik bagi kesehatan fisik, mental dan fikirannya. Yang perlu kita lakukan adalah menjelaskan resiko yang akan ia terima jika melakukan sesuatu kita perlu menjelaskan resiko dengan cerdas. Misalnya dengan kata-kata, silahkan tapi itu bahaya lo, atau oke coba saja tapi kalau ada yang tidak suka berhenti ya....

Dengan cara ini anak anak akan belajar untuk berpikir ke depan, belajar mengambil resiko serta belajar memperhitungkannya sebelum melaksanakannya.


4. Menakut-nakuti. Menakuti-nakuti apalagi dengan hal-hal yang tidak rasional, akan membuat anak-anak menjadi tidak percaya diri dan peragu. Ia menjadi orang yang irrasional dan tak berani bereksperimentasi untuk menambah pengetahuan lewat pengalaman. Orang penakut cenderung tak berani mengambil resiko.

5. Menggagalkan rencana. Saat kita mengajak anak untuk melakukan sebuah kegiatan, biasanya sang anak telah membangun imajinasi tentang hal-hal yang akan ia lakukan. Menggagalkan sebuah rencana di tengah jalan akan membentuk mental 'setengah-setengah' pada anak-anak. Mental anak kitapun mudah patah di tengah jalan saat menempuh track dalam mewujudkan cita-cita atau rencananya.

6. Tidak menunaikan janji. Komitment akan membentuk lingkungan sosial yang konstruktif bagi anak. Jika kita sering lalai dengan janji sebenarnya kita mengajarkan anak untuk tidak memegang komitment. Dan itu berarti kita turut berkontribusi pula dalam menghancurkan lingkungan sosialnya di masa depan.

7. Berbohong. Sering membohongi anak serta membiarkan anak berbohong akan menekan pengembangan potensi unik anak. Mereka akan jadi pribadi yang tidak mampu berpikir dan bersikap apa adanya. Serta cenderung menjadi pribadi yang mudah stress. Jika kita suka berbohong pada anak dan suka membiarkan anak berbohong, sebenarnya kita telah berkontribusi bagi kerapuhan batinnya pada saat ia besar nanti.

8. Mengejek. Apa sih susahnya mengatakan baik, bagus dan hebat setiap kali anak menunjukan sesuatu kepada kita. Namun, seringkali kita bersikap sebaliknya kita mengejek kenakalannya, kita mengejek hidungnya yang pesek, kita mengejek nilainya yang lebih jelek dari rekan-rekannya, kita enggan memuji hasil karuanya. Kita tak boleh fokus pada hasil, fokuslah pada proses yang dilalui anak. Pompakan semangat dan motivasi kepada anak-anak kita.

9. Merongrong. Kita sering merongrong anak untuk makan, tidur siang, mengerjakan PR, dsb. Akan lebih baik jika kita mengingatkan anak kita secara rutin. Jika kita merongrong ia akan semakin benci untuk melakukan hal-hal yang menjadi kewajibannya. Anak-anak harus terbiasa melakukan kewajibannya dengan senang hati.

10. Meladeni. Meladeni segala hal yang menjadi keperluan anak mungkin dianggap sebagai bentuk kasih sayang. Tapi sesungguhnya hal tersebut akan membuat anak menjadi tidak mandiri serta bermental bossi. Walaupun ada pengasuh, jangan biarkan pengasuh anak kiya melakukan semua pekerjaan anak-anak kita. Biasakan anak kita mengambil makan dan minum sendiri, mandi dan mengganti pakaian sendiri, mengemaskan mainannya sendiri dan menyiapkan keperluan sekolahnya sendiri.

Demikian 10 tradisi buruk yang secara tak sadar sering kita lakukan. Ingatlah agar ia dapat eksis, jangan cukupkan hartanya, karena harta tap pernah akan cukup. Akan tetapi cukupkanlah pengetahuan dan jiwanya agar ia punya modal untuk mengembangkan sendiri pengetahuan dan jiwanya.

Selasa, 07 Januari 2014

Jalan Damai

Baik-buruk, benar-salah adalah seperti siang dan malam. Dua hal yang berbeda tapi tak saling bertentangan. Dua hal yang tak sama tapi selalu seiring sejalan.

Mempertentangkan keberadaan baik atau buruk, benar atau salah hanya akan membuat kita terperosok ke dalam lubang kegelisahan.

Mencampurkan keduanya akan membuat kekacauan. Dan menghentikan keduanya akan berbuah kehancuran.

Siang adalah siang, ia terang benderang memberikan kehidupan sekaligus kematian. Malam adalah malam, ia gelap bernuansa kematian sekaligus memompakan nafas kehidupan.

Kedamaian adalah menerima keberadaan dua hal yang berbeda dengan apa adanya, bukan mempertentangkan keduanya.

Namun hidup harus memilih peran dan posisi, peran baik atau peran buruk,  dalam posisi benar atau salah. Oleh karenya diperlukan kesadaran. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan.  Dengan keduanya kita bisa menimbang kemanfaatan bagi kehidupan.
Kehidupan, bersama yang baik dan yang buruk. Bersama yang benar dan yang salah. Dalam sebuah jalan damai...

Teknik Menulis Imajinatif II

Nah, jika Anda telah selesai menyampaikan apa yang telah Anda bayangkan dan rasakan, baca ulang tulisan Anda. Lihat kata-katanya, apakah sudah benar. Jika kurang benar ganti dengan kata yang lebih baik. Lihat pula susunan kalimatnya, rasakan apakah enak saat diucapkan secara verbal.Jika tak enak, perbaiki. Lihat pula pesan inti yang telah disampaikan, jika antar kalimat tak nyambung disambung aja. Kalau tak mengerti bagamana menyambungnya,dijadikan paragraf baru saja. Kalau tak enggan menulis paragraf baru, mending dihapus aja.

Kalau sudah selesai, berilah judul. Buatlah judul yang singkat dan menarik dengan jumlah kata yang tak terlalu banyak. Antara 1 - 4 kata. Setelah tulisan itu berjudul, baca lagi tulisan Anda. Sekarang dibaca dari judul hingga selesai. Kalau terasa judul dan isi cerita kurang klop, jangan ganti isinya, tapi ganti aja judulnya.

Nah, itu tekhnik menulis imajinatif dengan cara membayangkan seauatu. Ada pula tekhnik menulis dengan membayangkan seakan-akan kita menjadi sesuatu. Bisa jadi binatang, bisa jadi pejabat, bisa jadi seorang akademisi, bisa jadi seorang olahragawan, pengamat dsb. Bagaimana caranya?

Sebelum Anda mulai menulis, sugestikanlah diri Anda dengan seseorang.
Jika Anda ingin menulis tentang tips desain grafis jadilah seorang pengamat desain grafis dan obyek yang diamati adalah diri Anda sendiri. Bayangkan seakan-akan Anda sedang melihat 'anda' yang sedang mendesain, lalu komentarilah dengan pengetahuan yang Anda miliki. Tulislah yang Anda ketahui saja.Jangan menulis yang tidak Anda ketahui. Dan jangan pernah sambil menulis sambil mencari referensi. Jika Anda memerlukan referensi, baca dululah referensi-referensi itu. Setelah Anda pahami, barulah menulis.

Contoh lain, jika Anda ingin menuliskan gagasan tentang pengentasan kemacetan, bayangkanlah diri Anda menjadi seorang pejabat, sampaikan pengetahuan Anda. Saat Anda menuliskan gagasan Anda, hadirkan diri Anda pada obyek yang akan ditulis atau dikomentari. Bangunlah bayangan itu dengan detail. Temukan masalah, lalu pikirkan solusinya. Jika sudah dapat sampaikan solusinya dengan kata-kata Anda. Tak usah takut solusi Anda tidak bagus karena tak dilengkapi dengan literatur dan referensi. Teruslah menulis. Tak perlu takut nantinya orang akan mengkritik hasil tulisan Anda. Hajar saja!

Nah, setelah tak ada bahan lagi untuk dituliskan, berhentilah menulis. Kembalikan kesadaran diri Anda seperti semula. Lalu sekaeang jadilah seorang pembaca yang baik. Baca ulang tulisan Anda, perbaiki jika ada yang salah, beri tanda baca jika diperlukan. Setelah selesai beri judul, baca sekali lagi mulai dari judul yang Anda berikan itu. Dan perbaiki kata-kata atau kalimat yang tak sesuai dengan judul itu.

Nah begitulah cara saya membuat konsep, membuat proposal, mendesain rencana kerja, dsb. Entah sudah berapa jumlahnya, mungkin sekitar 200 hingga 300an tulisan berbentuk konsep, rencana kerja, proposal, cerpen, opini, buku yang tak jadi diterbitkan, dsb. Kemungkinan besar makah lebih.

Sayangnya saya kesulitan mendokumentasikannya sehingga tersebar entah kemana, sebagian besar hilang bersama laptop pertama saya,  sebagian tersimpan dikomputer teman, lalu komputer itu dijual ke orang lain,  ada yang di blog, di facebook atau tersimpan di memory card Hp. Ada juga yang hilang bersama raibnya sebuah hardisk ekaternal. Hehee...pikir-pikir sayang juga. Tak papalah yang penting bisa terus menulis dan menulis. Harus tetap semangat.

Bukankah kita tetap saja bersemangat untuk berbicara walau suara kita pasti hilang begitu kita berbicara baru saja selesai berbicara? Begitu juga berbicara lewat tulisan. Hihiii...

Senin, 06 Januari 2014

Merasa Habis

Kadang kita merasa telah bekerja keras dan telah menyumbangkan segalanya untuk lingkungan kita. Kita merasa telah begitu lama berpikir dan bekerja. Bahkan telah merasa habis-habisan berjuang untuk kemajuan lingkungan.

Saat perasaan itu muncul, saatnya melakukan refleksi diri. Bertanyalah pada diri kita benarkah kita telah demikian banyak berjuang sehingga terasa tenaga dan fikiran kita telah habis terkuras? Atau karena kedangkalan pengetahuan kita saja sehingga merasa apa yang telah diberikan terkuras, padahal tak seberapa banyak pengetahuan yang telah kita berikan itu. Atau karena ketidaklancaran aliran rasa ikhlas saja sehingga energi dan semangat yang keluar, mengalir secara tidak lancar dan tersendat sehingga membuat kita merasa lebih cepat lelah?

Yang tahu jawabannya hanyalah kita sendiri. Namun, ada tips sederhana untuk mengukurnya.  Lihatlah sejauh mana masalah yang terpecahkan di sekitar kita, lalu lihat apakah kita punya pengetahuan untuk memecahkan masalah tersebut. Jika pengetahuan yang kita miliki tidak relevan dengan masalah yang telah terpecahkan, maka itu berarti bukan kitalah yang merubah atau memperbaiki lingkungan itu. Namun, kita merasa pengetahuan kita telah memberi terlalu banyak untuk lingkungan kita karena pengetahuan yang sedikit itu telah terkuras. Kita merasa telah memberikan semua, kita merasa telah habis-habisan.

Tips lain untuk melakukan otokritik adalah memeriksa apakah selama ini kita mampu mengalirkan semangat secara konsisten kepada orang-orang yang bahkan kita tak berkepentingan secara material kepada mereka?  Jika tidak, wajar jika kita merasa cepat lelah. Karena energi kita tidak mengalir secara apa adanya. Hal ini akan menyumbat saluran kebahagiaan kita. Padahal kebahagiaan adalah obat lelah paling mujarab di muka bumi.

Dan jika kita tak mau memperbaiki diri dengan cara menambah pengetahuan dan berupaya hidup lebih bersyukur dan lebih ikhlas, maka waspadalah karena hidup kita akan semakin rentan dengan ancaman frustasi bahkan depresi. Lalu kita akan mulai menyalahkan dan membenci lingkungan. lalu kitapun akan terasing dari lingkungan kita sendiri. Lalu, kitapun akan merasa asing dengan diri kita sendiri.
Nah, Lo!?

Teknik Menulis Imajinatif I

Jika ingin hidup Anda panjang umur, banyak-banyaklah tersenyum. Tapi jika ingin hidup Anda abadi, maka banyak-banyaklah menulis.

Heheee, itu bukan quote saya, tapi qoute seseorang yang saya tak ingat namanya, lalu saya tulis ulang sesuai dengan pemahaman saya. Mungkin tak sama persis. Tapi gak masalahkan? Yang penting maknanya sama.

Dan memang hanya dengan menulislah nama kita akan dapat dikenang orang sepanjang masa. Tak peduli apakah tulisan itu baik atau buruk.

Namun, banyak orang yang tak bisa menulis. Mungkin mau menulis, tapi tak bisa. Ada juga yang merasa tak layak menulis karena beranggapan bahwa menulis itu kerjaan orang-orang pintar yang sudah mengecap pendidikan formal yang tinggi. Orang-orang biasa seperti kita tak akan becus dalam menulis dan kalaupun dipaksakan untuk menulis,  pastilah tulisan itu jelek, buruk dan tak berkualitas. Anggapan itu jelas-jelas salah besar. Karena menulis itu esensinya sama dengan berkomunikasi sebagaimana kita berkomunikasi lewat ucapan. Bedanya, menulis itu berkomunikasi lewat huruf yang tersusun menjadi kata dan kalimat.  Sehingga semua orang punya potensi yang sama untuk bisa menulis sebagaimana potensi setiap orang dalam berbicara. 

Akan tetapi berkomunikasi lewat tulisan akan lebih abadi dibandingkan berkomunikasi lewat ucapan. Kalau lewat ucapan hanya orang yang mendengar secara langsung saja yang akan menangkap pesan kita. Sedangkan jika kita berkomunikasi lewat tulisan, maka akan lebih banyak orang dalam waktu dan ruang yang lebih luas yang akan menangkap pesan yang kita sampaikan. Kata-kata itu akan bertahan dan tersebar sepanjang umur dan sebanyak media yang digunakan untuk menulis. Selembar kertas, misalnya akan bertahan kurang lebih 50 tahun. Jika hanya dibuat satu lembar dan tak berpindah maka satu orang saja yang akan membacanya, sekali atau berkali-kali dalam 50 tahun. Kalau dibuat 10 lembar maka 10 orang juga yang akan membaca selama 50 tahun. Lalu bagaimana jika 100,1000, atau sejuta lembar? Bagaimana jika setengah diantaranya disimpan dan atau disalin kembali lalu diperbanyak. Dan bagaimana apabila tulisan itu disimpan di media yang tak berpengaruh dengan cuaca seperti melalui media blog? Dimana setiap orang darimanapun dan kapanpun akan dapat mengaksesnya? Tentu tulisan kita akan bertahan jauh lebih lama lagi.

Mungkin cicit dari cicitnya kita masih bisa membacanya. Bahkan mungkin cicit dari temanya cicit kita akan dapat menangkap pesan lewat tulisan kita. Inilah yang membuat hidup kita abadi.

Tapi bagaimana caranya? Banyak cara agar kita bisa menulis. Cara menulis tersebut dapat kita pelajari dari berbagai buku yang dijual di toko buku, atau berbagai artikel yang tersaji di dunia maya. Namun, seringkali setelah membaca banyak buku dan banyak artikel kita tak kunjung punya kemampuan menulis.

Nah, walaupun saya bukanlah penulis yang produktif namun tak salahkan jika saya ingin berbagi tips menulis?

Tak taulah apakah metode atau tips yang ingin saya sampaikan ini pernah dibahas oleh orang lain. Kalau sudah, mudah-mudahan tips ini akan semakin memperkaya bahasan itu.

Oke saya sebut saja metode menulis yang ingin saya sampaikan ini dengan istilah menulis imajinatif.

Menulis imajinatif adalah metode menulis dengan cara membayangkan sesuatu atau seakan-akan menjadi sesuatu. Lalu ketika bayangan itu eksis maka mulailah untuk menyampaikannya secara teratur lewat kata-kata.

Bingung ya? Saya juga, hehee..

Jadi maksudnya begini, kita akan mulai dengan hal yang sepele. Sekarang katakanlah kita ingin menulis tentang  kondisi rumah kita. Lalu kita ingin menyampaikan kondisi rumah kita tersebut kepada rekan kita dengan jelas dan detail. Maka, yang pertama harus kita lakukan adalah membayangkan rumah kita sejelas-jelasnya lalu mulailah menyampaikan kondisi rumah kita itu dari depan lalu secara berurutan hingga ke belakang. Agar apa yang disampaikan jelas maka janganlah sampaikan kondisi rumah kita itu secara melompat-lompat,  tapi sampaikanlah secara berurutan.
Tekhnisnya seperti ini...bayangkan pagar anda, jelaskan dengan kata-kata. Bayangkan halaman rumah Anda jelaskan dengan kata-kata, bayangkan teras rumah Anda, jelaskan. Bayangkan pilar, pintu, gagang pintu, jendela. Jelaskan! Bayangkan ruang tamu Anda jelaskan....begitu seterusnya beruurutan hingga ke belakang. Sistematik kata orang kampus.

Saat Anda menjelaskan kondisi bangunan rumah itu, jangan hiraukan kata-kata yang telah Anda tuliskan. Tak usah pedulikan apakah kata-kata itu sudah tertata dengan baik atau belum. Jangan hiraukan apakah kata-kata itu telah memenuhi standar bahasa Indonesia atau masih bercampur dengan bahasa daerah. Teruslah menulis dan menulis apa yang terbayang dalam bayangan Anda. Yang penting tetaplah konsentrasi untuk membentuk bayangan itu dan jangan berhenti untuk menjelaskan kondisi yang kita bayangkan tersebut dengan kata-kata yang tertulis.

Makin detail bayangan itu makin baik, dan tentu saja makin banyak kata-kata yang dapat Anda tuliskan. Saat Anda membayangkan bagian-bagian rumah Anda, sisipkan perasaan Anda terhadap bagian itu. Perasaan apa saja, terserah. Setelah habis karena tak ada satupun sesuatu yang dapat dibayangkan lagi, maka itu pertanda bahan tulisan Anda telah habis. Dan itu berarti telah selesailah tulisan itu. Nah, sekarang Anda telah menjadi penulis. Mudah bukan?

Motivasi Mandiri II: Membangun Mesin Motivasi

Para pelaku sejarah dan orang-orang hebat memiliki semangat dan motivasi yang cenderung stabil. Mereka memiliki mesin pembangkit motivasi.

Mesin pembangkit itu beraneka ragam diantaranya perintah suci, ideologi, rasa cinta dan rasa benci. Mesin-mesin itu bisa bekerja untuk menggerakan diri kita secara sendiri atau bekerjasama. Perintah suci untuk berjihad di jalan Allah, misalnya sudah sanggup menggerakan remaja berusia belasan menenteng AK-47 lalu pergi ke medan tempur. Ideologi sosialis, misalnya mampu membuat seorang Tan Malaka menulis buku yang sangat hebat walau harus hidup berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Demikian pula dengan rasa benci dan rasa cinta, rasa benci terhadap kolonialisme telah menggerakan jutaan orang didunia untuk berjuang membebaskan negeri mereka dari cengkeraman penjajah. Rasa cinta pada istri telah menghasilkan masjid Tajmahal yang indah.
Jika masing-masing unsur mampu menggerakan manusia dalam pergerakan yang hebat, tentu kehebatannya akan semakin bertambah ketika berbagai unsur mesin motivasi tersebut bekerja sama. Betapa hebatnya motivasi para pejuang kemerdekaan yang punya semangat jihad + rasa benci terhadap kolonialisme-kapitalisme + rasa cinta terhadap tanah air?

Namun mesin pembangkit itu bukanlah pemberian yang telah jadi. Mesin-mesin itu perlu dirakit dan  perlu dijaga dan dirawat. Cara merakitnya adalah dengan proses pembelajaran, penyaksian dan pengalaman. Pembelajaran, penyaksian dan pengalaman akan membentuk sebuah keyakinan dimana keyakinan itulah yang akan menjadi mesin-mesin itu, yaitu keyakinan terhadap perintah suci, keyakinan terhadap ideologi, keyakinan terhadap alasan mencintai atau membeci. Hal itu berarti sehebat apapun pengetahuan Anda tentang sebuah ideologi tapi tanpa pengkristalan keyakinan, maka pengetahuan itu tak akan mampu berubah menjadi mesin motivasi yang hebat.

Saat keyakinan telah muncul, maka mesin motivasi telah bekerja. Dan saat mesin itu mulai bekerja, maka meain tersebut harus dirawat dengan baik.

Bagaimana cara merawatnya? Ikuti postingan selanjutnya.

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...