Senin, 18 Januari 2016

Strategi Produk dalam Bisnis Kuliner

Dalam marketing memutuskan produk yang pas dengan harapan customer sasaran sangatlah penting. Namun bagi seorang pengusaha dibidang makanan, tak mudah untuk menentukan produk apa yang akan diproduksi. Untuk membantu mempermudah proses pengambilan keputusan barangkali tulisan ini ada manfaatnya.

Memutuskan Produk inti
Jika disederhanakan bisnis di jasa kuliner dapat dibagi ke dalam beberapa jenis.
1. Multi produk. Yang dimaksud multi produk adalah pengusaha yang membuka usaha kuliner disebuah tempat dengan aneka jenis makanan sekaligus. Tempat usahanya biasa disebut dengan restoran atau rumah makan. Misalnya restoran padang atau rumah makan padang. Di Pontianak ada Al Hijrah Food Gallery, Rumah Makan Melda, Rumah Makan Zamzam,dsb. Pengusaha restoran padang menyajikan aneka menu masakan sebagai produk intinya. Mereka beranggapan semakin beraneka semakin akan menarik perhatian. Konsep rumah makan ini banyak ditiru oleh pengusaha rumah makan. Ciri khasnya tak ada satu menu yang diandalkan. Kelebihan pilihan ini, customer akan mendapatkan banyak pilihan makanan. Sedangkan kelemahannya adalah semakin rumitnya proses produksi dan kontrol terhadap kualitas makanan akan jauh lebih rumit.

2.  Satu produk inti. Contoh pengusaha yang menerapkan pilihan ini cukup banyak. KFC dengan menu andalannya ayam goreng, es teler 77 dengan produk inti minuman es. Di pontianak, ada Ayam Penyet Bowo, Bakso Pak Kumis, Ayam Goreng Wong Solo, Pecel Lele Lamongan Cak Edi, Pondok Ale-ale, Bubur Ayam Barokah,dsb. Mereka memulai bisnis dengan satu produk inti tang sangat mereka andalkan. Setelah kuat baru dilakukan diversifikasi atau penganekaragaman menu. Tak heran jika pada Es Teler 77 kita juga bisa menemukan menu bakso. Dan kita juga bisa menemui menu soto betawi di Ayam Penyet Bowo, aneka minuman di Bubur Ayam Barakah, mie rebus dan mie goreng di Bakso Pak Kumis, atau aneka seefood di Pondok Aleale. Kelebihan strategi ini, kita lebih fokus dalam menjaga kualitas menu.

Lalu dari kedua pilihan strategi tadi manakah yang lebih baik? Sangat tergantung. Kalau untuk pengusaha kuliner pemula, saya sarankan untuk menerapkan strategi yang kedua. Kalau untuk pengusaha yang jago memasak strategi pertama boleh dicoba.
Sedangkan berdasarkan pengamatan saya di Pontianak, para pengusaha yang menggunakan strategi pertama cenderung lebih kuat bahkan bisa tumbuh dan berkembang. Beberapa pengusaha yang mengusung konsep restoran gulung tikar. Restoran Cobekulek (kalao ga salah) baru saja tutup, lalu ada restoran cukup mewah di bilangam Ahamad Yani II hanya bisa bertahan tak lebih dari satu tahun. Sebaliknya jarang saya melihat ada pengusaha pecel lele yang gulung tikar, demikian juga beberpa pengusaha baru lain yang mengusung konsep satu produk.
Namun, kolaps atau berkembang tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi bukan sekedar pada pilihan strategi produk. Bisa jadi rasa makanan yang tak konsisten, pelayanan yang kurang cepat dan kurang ramah, kurang promosi, atau mungkin salah pengelolaan keuangan. Wallahualam Bissawab. (Bungben, singkawang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...