Senin, 18 Januari 2016

Organisasi Bisnis Berumur Panjang

Menyambung tulisan tentang bisnis berjamaah, saya mengamati ternyata banyak pengusaha muslim yang enggan membangun organisasi bisnis.

Kebanyakan para pengusaha muslim di Kalbar cenderung berbisnis sendirian tanpa punya orientasi untuk memiliki organisasi yang kuat. Kalaupun ada organisasi kebanyakan sebatas legalitas. Sehingga tak heran jika umur bisnisnya sama dengan umur si pemiliknya. Pemiliknya wafat, wafat pula bisnisnya.

Karena orientasi bisnis single fighter ini, banyak pengusaha muslim di daerah yang mengabaikan pentingnya kaderisasi. Bahkan beberapa pengusaha muslim justru menyekolahkan anak-anaknya agar bisa eksis sebagai PNS atau pekerja profesional di perusahaan-perusahaan swasta. Bukan sebagai individu yang diorientasikan sebagai pemimpin bisnis.

Kakek saya misalnya adalah seorang  pengusaha agribisnis yang terbilang sukses di Kampung Bedogan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Sawahnya berhektar-hektar, punya banyak rumah dan tanah, banyak kolam ikan, punya pabrik penggilingan gabah, dan punya simpanan dalam bentuk uang dan emas. Anaknya ada dua belas, namun tak satupun dari keduabelas anaknya yang ia kader untuk meneruskan bisnisnya. Begitu kakek tercinta wafat, wafat pula bisnisnya.

Semua aset yang ia kumpulkan selama berbisnis dibagi habis kepada anak-anaknya. Tak ada satupun bisnis yang terorganisir yang mereka tinggalkan. Dan setelah itu tak ada satupun dari pihak keluarga yang mampu menjadi pengusaha agribisnis sebaik kakek dan nenek saya. Salahkah mereka? Oh tentu sama sekali tidak. Hal itu terjadi mungkin karena minimnya pengetahuan yang mereka miliki.

Berbeda dengan kakek teman saya di kuching, Malaysia. Menurut ceritanya, kakeknya merantau dari daratan tiongkok hanya membawa beberapa keping uang emas yang kalau diringgitkan hanya sekitar 500 ringgit. Beberapa puluh tahun kemudian, saat ia wafat, ia mewariskan usaha dengan nilai aset lebih dari 5 juta ringgit atau lebuh dari 17 milyar rupiah. Dan di generasi ketiga usaha yang telah dirintis puluhan tahun sebelumnya itu kini brkembang menjadi beraneka jenis usaha. Mulai kontraktor, hotel, pabrik, toko, dsb.

Kini, walaupun si pendiri bisnis telah wafat, organisasi bisnis yang ia tinggalkan masih menghasilkan banyak uang serta masih tetap mampu menyerap banyak tenaga kerja. Salah satu usaha kakek temen saya yang saya masih ingat namanya adalah usaha hotel dengan nama Crown Hotel di Kuching. Organisasi bisnis itu dikelola oleh kader-kader pemimpin bisnis terbaik di lingkar keluarga dekat.

Lalu apa beda kakek saya dengan kakek teman saya itu? Perbedaan yang paling mendasar adalah kakek saya meninggalkan warisan berupa aset pribadi, sedang kakek teman saya meninggalkan aset yang ia bungkus secara sistemik dalam organisasi bisnis.

Padahal kakek teman saya yang orang China itu tak mengenal konsep amal jariyah. Sebuah konsep dalam agama islam yang meyakini pahala yang terus mengalir dari peninggalan yang bermanfaat bagi orang banyak saat masih hidup di dunia.

Sebenarnya dalam sejarah bisnis pengusaha muslim, kita mengenal sosok Usman bin Affan. Orientasi bisnis jangka panjang ala Usman bin Affan  bisa kita tiru. Beliau membeli sebuah sumur dari orang Yahudi yang berwatak anti sosial. Sumur itu lalu diwakafkan kepada publik. Oleh pemerintah setempat yang mewakili publik,  sumur itu lalu diolah oleh organisasi khusus.

Menurut cerita, hasil penjualan air di sumur itu sebagian disumbangkan kepada fakir miskin, sedangkan sebagian lainnya diinvestasikan untuk bisnis yang produktif. Salag satunya adalah dibelikan kebun kurma. Hasil dari  kebun kurma itu, 50% nya dialokasikan lagi untuk menyantuni fakir miskin sedangkan sisanya untuk pengembangan usaha produktif lagi. Begitu terus. sehingga saat ini organisasi yang mengelola dana ustman bin affan telah memiliki banyak usaha produktif dan  dan memiliki banyak property.

Walau saya tahu persis, tapi saya sangat yakin selama ribuan tahun hasil uang dari sumur itu telah mampu mempekerjakan ratusan ribu bahkan mungkin jutaan orang sepanjang umur investasi Usman bin Affan.

Di inggris dan beberapa negara Eropa lain terdapat pula beberapa organisasi bisnis yang masih eksis selama berabad-abad. Bahkan ada yang telah berumur lebih dari 400 tahun, lebih tua dari umur beberapa kerajaan Islam di Indonesia.

http://danish56.blogspot.co.id/2011/08/10-perusahaan-besar-yang-lahir-tahun.html?m=1

Di Jepang lebih dahsyat lagi. Ada perusahaan kontraktor yang telah berumur 15 abad dan masih eksis hingga sekarang. Nama perusahaannya Kongo Gumi, Co. Ltd, bergerak dalam bidang pembangunan kuil di Jepang. Perusahaan ini didirikan pada tahun 578, atau sekitar 8 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad, SAW dan hingga kini masih eksis.

Sebagai pengusaha muslim, mengapa kita perlu membentuk organisasi bisnis yang bisa eksis dalam jangka panjang dan bagaimana kira-kira caranya? Lalu apakah kepentingan di akherat jika memiliki bisnis yang berkepanjangan dan memiliki dimensi kemanfaatan?

(Bungben, Singkawang)

Bersambung...

1 komentar:

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...