Senin, 18 Januari 2016

Personal Branding Aktivis Dakwah

Tulisan ini saya buat disela-sela tugas Pondok untuk 'nyopiri' Mba' Peggy Melati Sukma berceramah di Masjid Raya Singkawang. Tapi saya ga sendiri. Saya bareng istri lho, hihii. Saya sendiri jarang turut serta mengantar para penceramah nasional berkeliling. Mungkin Mba Peegy inilah satu-satunya, hihii. Jadi saya punya kesempatan juga untuk mengamati akhwat yang sangat padat jadwal ceramahnya ini. Performanya, gaya bicaranya, tema yang diangkat.dsb. saya jadi mikir, ternyata semua aktis dakwah yang terkenal itu memiliki kharakter yang berbeda. Kharakter yang kuat dan konsisten. Jadi munculah ide menulis tentang personal branding ini. Hihii. 
Bukan ndengerin ceramah, malah nulis. Dasar!

Oke langsung aja ya. Gini, bagi mereka yang berkecimpung di dunia dakwah mungkin memerlukan marketing pula. Marketing diperlukan untuk mendukung agar pesan dakwah dapat sampai lebih optimal. Salah satu aspek marketing yang penting adalah tentang personal branding.
Personal branding adalah sebuah proses pengembangan citra personal melalui proses komunikasi yang fokus dan berkelanjutan.

Dalam dunia dakwah, secara sederhana, brand seorang aktivis dakwah dibentuk oleh performa personal (gaya bicara/retorika, pakaian, mimik wajah), lingkungan, serta tema dakwah.
Aa' Gym misalnya secara performa memiliki penampilan dengan gaya bicara yang lemah lembut dengan akses bahasa khas sunda, serta sering diselingi humor segar. Pakaiannnya bercirikhas sorban dan jas, walau sesekali sering pula menggunakan pakaian modern. Mimik wajahnya lembut dan lebih sering tampak tersenyum. Pada aspek lingkungan Aa' Gym memiliki pesantren Daruttauhid serta (dulu) memiliki aneka usaha. Aa' gym juga sering tampak pada lingkungan masyarakat kelas menengah dan menengah ke atas. Tema dakwahnya terpackaging dengan apik lewat istilah Manajemen Qalbu yang sering disingkat MQ.

Agak berbeda dengan Aa' Gym adalah Yusuf Mansur. Ustadz yang sering dipanggil Ustadz YM ini memiliki performa yang lebih "Indonesia". YM lebih sering menggunakan jas dan kopiah hitam. Mimik wajahnya agak lebih hard dibanding Aa' Gym dengan sorot mata yang lebih tajam namun sayu. Sorot mata seperti ini sangat relevan dengan kharakter Ustadz YM yang pekerja keras, disiplin dan pembelajar yang tak kenal lelah. Gaya bicaranya tak selembut Aa' Gym, namun tidak juga berapi-api seperti Zainuddin MZ. Aksennya lebih kental aksen betawian. Lingkungan YM identik dengan lingkungan pesantren dan pondok penghafal Al Quran. Pesantrennya juga dikemas dengan modern dan dibranding dengan nama DAQU, atau Darul Quran. Ustadz YM lebih banyak mengusung tema yang berfariatif. Namun, beliau lebih identik dengan ajakan sedekah dan membaca Al Quran.

ustadz Yusuf Mansur
Selain Aa' Gym dan ustadz YM ada juga ustadz Arifin Ilham dengan baju serba putih dan majelis dzikir nya. Ada Felix Siaw dengan baju batik, muka chinese dan tema dakwah tentang sejarah Islam. Ada Ippo Santoso dengan penampilan necis dan tema motivasi bisnisnya.

Dan yang akhwat ada Peggy Melati tadi dengan penampilan yang modis-syarie, wajah yang ramah serta tema dakwah tentang hijrah serta kepedulian sosial. Selain Peggy ada Mama Dedeh yang identik dengan pakaian ibu-ibu paruh baya, suara yang lantang, tegas dan sesekali lucu. 

Selain aktivis dakwah nasional  di Kalimantan Barat kita juga mengenal dengan baik beberapa ustadz yang memiliki personal branding cukup kuat seperti Ustadz Luqmanulhakim dengan penampilan anak muda yang gaul dan necis, lingkungan Pondok PMMAY nya, serta tema dakwah motivatif terkait dengan Shalat Tepat Waktu, shodaqoh, Cinta Al Quran, tauhid, hijrah, akhlak, dan seminar Mustahil Miskin nya. Ada juga Ustadz Uzlah dengan penampilan islami-formal berkopiah hitam dan identik dengan tema-tema terkait kajian Al Quran.

ustadz Luqmanulhakim
Semua aktivis dakwah diatas memiliki personal brand yang khas. Beda aktivis beda kharakter, beda juga citra dan persepsi kita saat membayangkannya. Melalui proses komunikasi melalui berbagai media, kharakter itu diserap oleh publik dan direkam dalam memori. Terbentuklah citra. Citra inilah yang disebut personal brand. Sedangkan personal branding adalah proses untuk mengkomunikasikan kharakter yang unik tersebut kepada publik.
Nah demikian marketing praktis untuk personal branding, khususnya untuk aktivis dakwah. Hal penting yang perlu diingat adalah keunikan para aktivis dakwah itu bukanlah sesuatu yang dibuat berdasarkan kehendak pasar. Tapi lebih banyak karena memang sudah jadi kharakter masing masing personil yang kemudian  diperkuat dengan manajemen komunikasi yang fokus dan berkesinambungan.

(Bungben, singkawang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...