Bagaimana agar bisnis kita dapat berumur panjang? Padahal banyak usaha bisnis pengusaha muslim yang turut meninggal bersamaan dengan wafatnya pemilik.
1. Harta tak dibawa mati vs konsep Amal Jariyah
Saya berandai-andai aja untuk menjawab mengapa banyak pengusaha muslim di sekitar kita yang enggan membangun bisnis yang terorganisir sehingga memungkinkan sebuah bisnis dapat hidup secara jangka panjang. Saya berandai-andai karena memang belum pernah melakukan penelitian yang seksama.
Pengandaian pertama adalah bisa jadi mereka meyakini bahwa harta tidak dibawa mati. Jika kita beranggapan harta dibawa mati kita akan terjebak kepada jeratan cinta dunia. Jeratan cinta dunia ini akan membuat kita rela berbuat apa saja. Tak peduli baik dan buruk dan akan membuat hidup kita jauh dari kedamaian. Mereka beranggapan berbisnis itu saat masih hidup saja. Setelah wafat biarlah harta benda ditinggalkan untuk orang yang masih hidup.
Cara berpikir seperti ini tentu tak ada salahnya. Tapi dalam ajaran Islam, bukankah ada konsepsi amal jariyah.
Konsep amal jariyah mengajarkan bahwa seorang yang telah wafat pahalanya akan terus mengalir dari harta benda yang memilki kemanfaatan untuk umum.
Cara berpikir pertama jika diterapkan akan melepaskan manusia pada cinta dunia. Cara berpikir kedua akan mengakibatkan sikap menjadikan dunia sebagai bekal untuk kehidupan akherat. Mau pilih yang mana terserah.
Namun, jika kita yakin dengan kehidupan akherat, mestinya kita akan memilih cara berpikir yang kedua. Bahwa kesempatan hidup di dunia ini harus dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kehidupan yang jauh lebih baik di akherat.
Jika kita menganut cara berpikir kedua maka saat membangun bisnis kita harus berupaya betul untuk memiliki bisnis yang bermanfaat positif bagi masyarakat. Karena jika bisnis yang kita miliki dan kita bangun justru menebarkan mudharat, maka yang didapat diakherat kelak bukanlah amal jariyah tapi dosa jariyah. Sebuah amal buruk yang akan diterima terus oleh si pemilik walau ia sudah wafat. Tapi saya belum tau apakah ada referensi dalam Al Quraan tentang dosa jariyah ini.
Dengan menerapkan cara berpikir kedua ini saya juga meyakini kita akan lebih bersungguh-sungguh mengelola bisnis kita, bukan karena untuk menumpuk harta benda demi kemakmuran di dunia,bukan pula karena kita cinta dunia, tapi demi kebaikan di akherat dan kebaikan generasi penerus kita. Kitapun akan terhindar dari jebakan cinta dunia namun tetap menjadi manusia yang produktif.
2. Pewaris yang shaleh
Salah satu amal yang tak terputus juga adalah doa anak yang shaleh. Konsepsi juga akan berdampak pada sikap untuk untuk menganggap penting proses kaderisasi. Sebuah bisnis yang baik dan dikelola oleh anak yang shaleh akan memberikan amal kebaikan yang tak putus saat kita wafat. Jika kita tak meyakini ajaran ini maka kita enggan memikirkan iman, akhlak dan ilmu anak-anak kita. Kita enggan melakukan kaderisasi. Sehingga ketika wafat, tak ada seorangpun dari pewaris kita yang berkemauan dan berkemampuan mengurus bisnis orang tuanya. Jika ini terjadi bisnis kita pun akan wafat sepeninggal kita.
3. Mewariskan amal atau mesin amal? Anggaplah si A memiliki uang sebesar Rp 100 juta. Lalu seluruhnya ia sumbangkan untuk membangun masjid. Lalu ada si B yang menginvestasikan uangnya untuk bisnis dengan komitment 50% keuntungannya akan diserahkan untuk pembangunan masjid. Kira-kira pahala mana yang lebih besar jika kedua orang tersebut telah wafat? Saya akan memilih si B asalkan bisnis yang dibangun itu terorganisir dan termanajemen dengan baik sehingga dapat hidup berkepanjangan. Seandainya dengan investasi 100 juta itu keuntungannya sebesar Rp 10 juta perbulan lalu 50% nya disumbangkan ke masjid maka berapakah nilai yang akan diterima oleh masjid dalam 10 bulan, 100 bulan, 1000 bulan, 10.000 bulan? Tentu akan lebih besar. Inilah yang pernah dilakukan oleh pengusaha Ustman bin Affan 1400 tahun yang lalu. Beliau memilih mewariskan mesin uang dari pada uang kepada generasi penerus.
Nah, jika kita memiliki pola pikir amal jariyah seperti di atas, maka saya memprediksi umur organisasi bisnis kita akan berkepanjangan, demikian pula dengan amal kebaikan yang akan kita terima di akherat. Wallahuallam.
Namanya juga berandai-andai.
(Bungben, Singkawang)
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada Komentar?