Sabtu, 25 Oktober 2014

PMMAY bagian 1

3 bulan yang lalu, dipertengahan bulan Ramadhan, sekitar 24 orang aktivis dakwah yang beraktivitas di Masjid Kapal Munzalan Mubarakan I serdam mendeklarasikan berdirinya pondok. Dipimpin oleh ustaz Luqman, ketua yayasan ashabul yamin khatulistiwa dan H.M.Nur Hasan, takmir masjid Munzalan Mubarakan 2, 24 aktivis dakwah, ikhwan dan akhwat, mewakafkan dirinya untuk membangun sebuah gerakan dakwah di bawah koordinasi pondok.

Saat itu suasana penyerahan diri itu berlangsung haru. Pipi seluruh rekan yang menandatangani wakaf diri itu basah oleh kucuran air mata. Bergetar, gembira, dan mungkin juga bingung apakah bisa berkesungguhan melaksanakan komitment seumur hidup untuk melanjutkan setitik gerakan dakwah dari samudra gerakan dakwah yang diperjuangkan oleh Rasulullah.

Tanda tangan telah dibubuhkan dengan cairan tinta dan air mata. Ia telah terukir dalam hati dan terserap oleh alam semesta. Allah, manusia, udara dan semesta raya merekam komitmen itu.
Setelah proses deklarasi, Ustaz Lukman mendapatkan mandat untuk memimpin pondok bersama H.M.Nurhasan. Mandat beliau terima. Dan tanpa berlama-lama beliaupun mengajukan usulan agar pondok tersebut dipimpin oleh tiga orang. Dan nama yang diusulkan adalah saya sendiri.
"Saya? Wew?! Inikan pondok dakwah bukan pondok lesehan yang menjual pecel lele. Yang bener aja", begitu tolak batin saya.
Setelah mengalami pergolakan batin dan menerima masukan dari Ustaz Luqman Bang Nur Hasan dan temen-temen yang lain, singkat cerita saya tak punya alasan untuk mengambil tanggung jawab.
"Saya akan coba barang setahun untuk membeckup pondok ini, semampu saya, lalu mengundurkan diri dan meminta temen-temen yang lebih layak dalam ilmu agama dan spiritual untuk menggantikan saya. Bisa kacau kepercayaan publik jika saya yang saat itu notabene memiliki pemikiran yang jauh dari nuansa ke Islaman". Begitu pikiran saya saat itu. Setelah itu sayapun menyatakan, oke siap, ga masalah!

Singkat cerita akhirnya sayapun menerima amanah itu. Masih dengan perasaan yang "aneh".

Nah, pada saat itu nama pondok belum diputuskan. Awalnya disebut Pondok Modern Munzalan Darussalam, namun setelah melakukan seputaran musyawarah ditetapkanlah nama baru yaitu Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin. Sebuah nama yang panjang, namun sarat dengan makna historis. Nama itu dipilih untuk mengabadikan cikal bakal lahirnya pondok yang berpusat di masjid munzalan mubarakan dengan aktivitas dakwah sosial yang diusung oleh Yayasan Ashabul Yamin Khatulistiwa.
Sayapun mengambil tanggung jawab untuk mempopulerkan nama itu. Tanpa berlama-lama sayapun merancang logo dengan menggabungkan inisial M dan A. Lalu membubuhkan tiga titik berbentuk belah ketupat yang mewakili kharakter gerakan masjid munzalan dan yayasan ashabul yamin, yaitu Alquraan, shalat, infaq (ASI). Setelah jadi, saya ajukan ke Ustaz Luqman dan bang Nur hasan. Alhamdulillah keduanya sepakat. Lalu digunakanlah logo sederhana itu secara resmi.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...