Sabtu, 06 September 2014

Marketing Amal Shaleh



Oleh Beni Sulastiyo


Islam sangat mementingkan kegiatan amal shaleh, seperti  shalat, zakat, infaq, shadaqoh, pelayanan social, maupun aktivitas dakwah.  Dalam perspektif manajemen, amal shaleh yang diwajibkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah adalah sebuah produk.  Jika amal shaleh adalah sebuah produk, lalu siapa customernya?

Customernya tentu saja ummat Islam yang telah memenuhi persyaratan. Produk shalat  misalnya,  customernya adalah ummat Islam yang telah akhil baligh. Produk zakat customernya adalah mereka yang memiliki jumlah harta tertentu. Demikian seterusnya.
Jika amal shaleh adalah produk, tentulah produk itu harus dipromosikan, harus didistribusikan agar sampai kepada customer dengan baik. Pertanyaannya, siapa yang mempromosikan dan mendistribusikannya, dan bagaimana caranya?

Jika kita memiliki pertanyaan seperti pertanyaan di atas, maka sesungguhnya kita sudah memasuki dunia marketing.

Lho, bukankah marketing itu hanya dapat diterapkan di dunia bisnis saja?

Iya, itu dulu. Tapi sekarang marketing sudah bisa diterapkan untuk apa saja, untuk politik, untuk social, bahkan untuk memasarkan amal shaleh.

Sebagai umat Islam, aktivitas dakwah merupakan tanggung jawab kita bersama.  Maka, ketika kita ingin berdakwah, maka sejatinya kita adalah seorang  praktisi pemasaran  produk-produk amal shaleh.  Terserah pada bagian mana posisi praksis yang akan kita ambil. Bisa sebagai  aktivis dakwah yang menyediakan diri untuk menyiapkan produk amal shaleh, atau sebagai aktivis dakwah  yang mengambil peran untuk menyiapkan dan melaksanakan promosi produk-produk amal shaleh.  Bisa pula sebagai distributor, atau bahkan sebagai “penjual”  produk amal shaleh. 

Nah, dalam konteks inilah ilmu pemasaran diperlukan. Tentu saja ilmu pemasaran amal shaleh, bukan ilmu pemasaran bisnis.

Secara ilmiah tidak ada buku apalagi teori khusus yang membahas pemasaran amal shaleh. Istilah itu bisa-bisa saya aja, hehee. Oleh karena itu jangan harap Anda akan menemukan istilah ini melalui Bang Google.
Oke bagaimana menerapkan pemasaran untuk memasarkan produk amal shaleh?  Dalam ilmu marketing ada konsep dasar yang sangat terkenal yaitu konsep 4 P. Konsep 4 P dipopulerkan oleh Philip Kotler untuk menyederhanakan strategi pemasaran melalui 4 faktor, yaitu product, pricing, promotion, dan place/ distribution. Bagaimana caranya?

Oke  Langsung praktek jak ye…

Semisal  kita ingin memasarkan sebuah forum kajian ilmu rutin. Maka pertama kali yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan produk, dengan menjawab berbagai pertanyaan seperti, ilmu apa yang akan dikaji, apakah masyarakat memerlukan kajian itu, siapa yang memerlukan, dimana mereka berada, apa yang menarik dengan kajian yang akan kita diselenggarakan, apa bedanya dengan pengajian-pengajian lainnya? Apa saja manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat jika ingin bergabung dengan pengajian? Bagaimana menyajikan informasi pengajian tersebut agar dapat sampai secara efektif dan efisien kepada target pasar, bagaiamana membuat kemasan kajian agar meningkatkan daya tarik?
Nah, untuk pricing. Apakah ada tariff khusus yang harus dibayar konsumen untuk mengikuti pengajian. Jika ada, berapa biayanya. Lalu berapa biaya yang diterapkan untuk pengajian lainnya, apakah kita lebih murah atau lebih mahal? Bagaiamana cara membayarnya?

Untuk promosi. Apa yang menjadi selling point pengajian kita? Media apa saja yang akan digunakan untuk menyampaikan informasi itu kepada masyarakat? Perlukan membentuk tim penjualan langsung untuk menjemput calon anggota pengajian? Perlukah digunakan social media dan broadcasting via bbm, bagaimana susunan kata-kata yang menarik? Berapa biaya yang diperlukan untuk menjalankan promosi?

Dan terakhir untuk pertanyaan place. Dimanakah tempat untuk mendapatkan informasi tentang pengajian, dimanakah lokasi pengajian yang tepat dan apakah diperlukan lokasi lain untuk memudahkan akses target pasar kepada lokasi pengajian? Perlukah dibentuk cabang-cabang khusus untuk memudahkan daya jangkau masyarakat terhadap kegiatan kajian?

Demikian, berbagai pertanyaan yang perlu kita ajukan jika menggunakan konsep marketing . Dengan konsep marketing, proses perencanaan pemasaran amal shaleh dapat dilakukan secara sistematik, detail dan sederhana.  Dengan marketing amal shaleh ini, mudah-mudahan dapat aktivitas dakwah dapat dilaksanakan secara lebih menarik, berdayaguna, berhasil guna serta membuahkan kebaikan di dunia dan akherat.  Bukankah ada kalimat bijak yang penuh hikmah, Al haqqu bila nidzoomin yaghlibuhul baathilu binidzoomin,  bahwa kebenaran yang tidak dikelola dengan baik PASTI di kalahkan dengan Kejahatan yang di dikelola dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...