Sabtu, 01 Februari 2014

PE NGAJIAN

Pengajian adalah istilah populer yang digunakan oleh masyarakat kita untuk mendengarkan ceramah dari seseorang yang dianggap memahami ilmu agama. Walaupun banyak forum atau majelis pengajian yang melakukan kajian melalui proses diskusi, namun sebagian besar aktivitas pengajian yang dilakukan oleh masyarakat kita adalah aktivitas 'mendengarkan' ceramah.

Isi ceramahnya biasanya adalah hasil kajian penceramah. Jadi yang mengkaji dan kemudian bertambah kecerdasannya adalah sang penceramah. Sedangkan yang mendengarkan hanya bertambah ilmunya saja, bukan kecerdasannya. Mengapa? Karena peserta pengajian tak mengaktifkan akalnya. Yang aktif hanya pana indera dan memorinya saja.

Beberapa majelis pengajian memang memberikan kesempatan bagi pesertanya untuk berkomunikasi dua arah. Namun hanya terbatas bertanya. Dimana peserta bertanya, lalu penceramah menjawab. Peserta yang lain tak punya kesempatan yang setara untuk menjawab pertanyaan dari peserta lain.

 Akhirnya hanya sang penceramahlah yang punya kesempatan untuk semakin cerdas.sedangkan para peserta tak punya kesempatan untuk menjadi minimal sama cerdas dengan sang penceramah.

Menghadiri majelis seperti ini tentu tak ada salahnya bahkan sangat baik dan sangat dianjurkan. Namun, setelah saya amat-amati, sebagian besar komunitas yang gandrung dengan pengajian-pengajian satu arah itu tak memliki kemajuan dalam kehidupan sehari-harinya.Berarti tak ada perkembangan proses berpikir.

Coba lihat fenomena majelis taklim yang sebagian besar diikuti oleh ibu-ibu rumah tangga. Dari hari kehari, dari bulan ke bulan, bahkan tahun ke tahun, begitu-begitu saja. Hihiii.

Memang betul pengetahuan mereka tentang agama bertambah. Artinya setelah ikut pengajian memang ada ilmu baru, dan seringkali keimanan semakin kuat. Namun, begitu frequensi mengikuti pengajian turun, maka turun pula ilmu dan keimanan. Hahaa.

Ibu-ibu peserta majelis taklim itu biasanya memang lebih suka mendengar saja. Tradisi 'mengkaji' nya tak lantas berkembang setelah bertahun-tahun mengikuti majelis taklim. Mungkin mereka telah merasa telah menjadi seorang muslim yang baik dengan mengikuti pengajian sekali dalam seminggu. Padahal 6 hari setelahnya kosong plong dari aktivitas pengkajian,

Cilakanya seseorang yang tak mengikuti majelis pengajian, namun lebih aktif mempelajari ilmu agama dianggap bukan seorang muslim yang ideal.

Lalu mana yang baik dan mana yang tidak baik? Yang terbaik adalah mengikuti majelis pengajian diringi dengan tradisi untuk melakukan kajian-kajian mandiri sepanjang waktu. Hasil kajian dapat disampaikan kepada penceramah atau pengasuh majelis pengajian. Majelis pengajian yang baik adalah majelis pengajian yang hasil kajiannya berpengaruh secara positif bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Lalu yang tidak baik?

Yang tidak baik adalah mereka yang tak mau ikut majelis pengajian, tak mau mengkaji aneka ilmu agama yang bermanfaat bagi hidupnya dan orang-orang disekitarnya, serta suka mencemooh orang yang ikut majelis pengajian. Hehee..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar?

ORANG JAWA LEBIH JAGO BERPOLITIK

Iseng-iseng otak-atik angka durasi umur negeri-negeri di Pulau Jawa. Kesimpulannya orang Jawa itu lebih jago berpolitik daripada orang ...